Chapter 18: The New Journey
Setelah Gojo Satoru melepaskan mereka. Megumi bersama dengan bawahan Sukuna mulai berkelana, hidup berpindah-pindah sambil bersembunyi dari perhatian khalayak umum. Sejauh mungkin mereka menjauhi Edo dan hanya mendatangi desa-desa terpencil apabila sangat di butuhkan.
".....bagaimana kalau ke Kyushu?"
Hanya dengan satu masukan dari Megumi. Rombongan mereka kini dalam perjalanan ke Kyushu, tempat terjauh dari Edo yang bisa mereka pikirkan dalam waktu sekejap. Setidaknya semakin jauh tujuan mereka, untuk sementara waktu mereka tidak perlu mencari tujuan lain di dalam hidup mereka, selain bersembunyi dari pengamatan para penyihir Jujutsu ataupun pemerintah.
Ketimbang menginap di area pemukiman penduduk. Megumi akan bersikeras untuk tetap berkemah di tengah hutan. Sukuna dalam wujud kutukannya tak kasat mata di mata orang normal namun Megumi masih hanyalah manusia biasa. Tentunya, Megumi tidak mau mengambil resiko apabila ada orang yang mengetahui identitasnya. Sekali saja ada yang mengenalinya, kabar keberadaannya akan tersebar luas, membuat lokasi mereka terbongkar.
Setiap malam. Megumi selalu tertidur dalam pelukan Sukuna yang duduk di depan perapian.
Hari demi hari kepercayaannya terhadap sang raja kutukan terus bertambah, lantaran Sukuna yang selalu menjaganya setiap malam.
Makhluk kutukan tidak perlu tidur.
Makanya setiap malam Sukuna dengan senang hati selalu berjaga sambil memandangi wajah manis Megumi yang tertidur lelap dalam dekapannya.
Dapat melakukannya setiap malam bagaikan sebuah anugrah untuknya. Siapa yang akan menyangka makhluk dengan kekuatan penghancur semacam dirinya akan berakhir mengabdikan diri untuk melindungi seorang anak manusia?
OXO
Megumi di bangunkan oleh terpaan sinar matahari yang mengenai matanya.
Ketika dia membuka kedua matanya, dia sudah terbiasa apabila selalu menemukan dirinya sedang berbaring di atas pangkuan seorang pria raksasa.
Setiap kali dia terbangun di dalam posisi tersebut. Megumi pun tidak bisa menahan senyumannya, dia senang karena selalu terbangun dengan melihat wajah Sukuna yang mengucapkan selamat pagi padanya dan selalu menanyakan apakah semalam tidurnya nyenyak.
Sukuna selalu memperlakukannya dengan sangat lembut.
Kadang Megumi dibuat sempat bertanya-tanya apakah kelakuan Sukuna yang sekarang ada kaitannya dengan dirinya yang kini merupakan wadah Sukuna.
"Sebentar lagi musim dingin tiba."
Uraume memberitahu ketika dia menyerahkan kantung berisi sedikit makanan pada Megumi. Di dalam kantung kain berwarna hijau tersebut terdapat beberapa buah dan daging kering yang hanya akan dikonsumsi oleh satu-satunya manusia di dalam kelompok mereka.
"Yah," jawab Megumi singkat seraya mengunyah makanan kering yang agak alot. Setelah itu dia terdiam dan fokus pada makanannya, tanpa menyadari tatapan inten Sukuna yang terus melekat pada wajahnya.
Sukuna nampak berpikir sejenak sebelum beranjak dari tempatnya.
"Kita sudah cukup jauh dari Edo," ujarnya yang membuat Megumi mendongak ke arahnya.
"Selama musim dingin. Kita harus mencari tempat yang lebih dekat dari pemukiman," sambungnya seraya bertatapan dengan mata biru Megumi.
".........kenapa kita harus melakukannya?"
Tapi Megumi malah bertanya acuh tak acuh sebelum minum dari botol bambu.
"Selain makanan kau juga butuh pakaian," jawab Sukuna tegas. "Manusia sepertimu tidak akan bertahan hidup di tengah salju," sambungnya yang lantas membuat Megumi mengembungkan kedua pipinya, seolah sengaja untuk bertingkah imut demi melunakkan Sukuna.
Entah memang sengaja atau tidak tapi itu tetap berhasil. Walaupun akhirnya Sukuna membuang wajahnya ke arah lain sebelum dia termakan oleh triknya.
"Aku serius!!" imbuhnya penuh penekanan. "Kita harus segera turun ke desa untuk membeli makanan dan pakaian untukmu."
Megumi lalu mengerutkan alisnya, memasang wajah cemberut selagi dia mengikat kembali kantung hijau di pangkuannya. "Baiklah," jawabnya setelah menimang sejenak.
"Kau mau mengajakku pergi kencan kan?"
Belum sempat Sukuna memujinya karna telah mau mendengarkannya. Pertanyaan Megumi membuatnya membisu dengan wajah tersipu, sebelum tersenyum kecil.
"Tidak masalah kalau kau mau menganggapnya begitu," katanya lalu tertawa lemah.
Setelah mereka menghabiskan waktu bersama cukup lama, dia mulai menyadari kalau Megumi suka ketika dia mengalah untuknya.
OXO
Ketika Sukuna dalam ukuran manusia, sepertinya dia kembali ke dalam badan manusianya. Itadori Yuuji, nama yang diciptakan Megumi untuknya masih dipakai ketika mereka membaur di tengah lingkungan manusia.
Sementara Megumi tidak mau ambil pusing untuk menyamarkan namanya, dia hanya menyembunyikan nama keluarganya saja. Apalagi nama Megumi cukup pasaran walaupun jarang dipakai laki-laki.
Perjalanan menuju ke desa memakan waktu lumayan lama. Itulah mengapa Sukuna terus memaksa untuk menyewa penginapan selama beberapa hari.
Megumi yang terpaksa mengalah lantaran lelah mendengarkan ocehannya, hanya bersedia menginap dua hari satu malam. Walaupun mereka sekarang sudah berada di tempat terpencil dan jauh dari ibukota, Megumi masih lebih suka untuk tetap berjaga-jaga. Lebih baik mencegah kemungkinan terburuk daripada terlanjur kejadian.
Mereka berdua tiba pada tengah hari lalu seharian menghabiskan waktu mencari-cari kebutuhan Megumi di pasar kecil di tengah desa.
Tidak ada orang yang mengenal mereka disana. Ditambah lagi karena orang-orang disana mengira Megumi sebagai istri Sukuna lantaran melihat caranya mengenakan Kimono, mengikat sabuk Obinya seperti perempuan.
Di desa tersebut mereka hanya berbelanja sebagai pasangan pengembara. Sebenarnya mereka tidak merencanakan penyamaran tersebut, hanya saja para penduduk terlalu cepat menyimpulkan hubungan mereka.
Apalagi Megumi ataupun Sukuna, tidak ada dari mereka yang sepertinya berniat untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut. Mereka diam-diam malah menikmatinya.
Kalaupun ada masalah, mungkin cuma ada satu.
Seperti biasa Sukuna selalu bertingkah layaknya gentleman di depan Megumi dan bertingkah layaknya preman di depan orang lain. Ironinya caranya mendiksriminasi orang selain "istrinya yang cantik" itulah yang malah membuatnya menarik perhatian. Hanya dalam waktu sehari Sukuna sudah mendapatkan julukan "suami penyayang" dari penduduk desa.
Agak menggelikan memang, apalagi kalau membayangkan bagaimana reaksi para penduduk setelah mengetahui pria yang mereka anggap sebagai suami penyayang rupanya adalah raja kutukan yang terkenal bengis. Tapi Megumi pun tak sanggup untuk menertawakannya ataupun menyalahkannya lantaran telah menarik perhatian banyak orang.
OXO
Di desa terpencil tersebut hanya ada satu penginapan sederhana.
Sukuna dan Megumi menyewa satu ruangan yang cukup luas untuk mereka berdua pakai. Begitu masuk. Rupanya di dalam ruangan tersebut sudah di siapkan sepasang Futon yang bedempetan satu sama lain, pasti pemilik penginapan menatanya dengan mengingat kalau mereka berdua menyewa tempat tersebut sebagai pasangan suami-istri.
Sukuna terlihat sama sekali tidak mempermasalahkannya. Sedangkan Megumi diam-diam berdebar berkat tatanan dua Futon tersebut.
Dia sendiri pun tidak memahami dirinya, sebenarnya apa sih yang kini membuatnya tiba-tiba merasa gugup dan tersipu?
Padahal ini bukan pertama kalinya mereka berdua tidur bersama. Semenjak mereka menjadi pelarian, tiap malam dia selalu tidur di dalam dekapan Sukuna, demi berbagi kehangatan dengan seorang pria yang kini dianggap orang-orang sebagai suaminya.
"Ukh. Tidak pernah ku mengira orang-orang akan sungguhan salah mengiraku perempuan," keluh Megumi yang langsung menjatuhkan pantatnya ke atas lantai beralas tatami. Entah kenapa hari ini dia capek sekali.
"Apa aku.... terlihat sefeminim itu?" tanyanya dengan ragu lalu menoleh pada Sukuna.
"Kau cantik." Sukuna pun menjawabnya dengan mantap sambil menyeringai lebar, seolah pendapatnya tersebut sudah sangat pasti.
"Jangan pakai kata cantik untuk memuji laki-laki. Apa kalian semua buta?" sangkal Megumi lalu menghela nafas panjang. Seharian sudah dia mendengarkan pujian semacam itu keluar dari mulut ke mulut, dan sekarang tidak perlu Sukuna sampai ikut-ikutan.
"Tapi aku serius."
Tiba-tiba Sukuna mendekatinya dan mendorongnya jatuh ke atas Futon. Kutukan bersurai merah itu lantas tersenyum puas ketika dia melihat Megumi yang berbaring di bawahnya, dia sangat menikmati bagaimana lelaki muda itu malu-malu menghindari tatapannya.
"Bukannya aku sangat beruntung? Mendapatkan istri secantikmu."
Wajah Megumi bagaikan terbakar ketika Sukuna menggodanya, dia pasti sengaja mengombal untuk membuatnya semakin malu.
Dalam sekejap wajah Megumi jadi memerah padam sampai merambat ke daun telinga dan lehernya. "A-aku tidak ingat telah menerima lamaran. A-aku belum bersuami," sangkalnya yang berlahan berbisik dengan suara agak bergetar seraya bersembunyi di balik punggung tangannya.
Kalau Megumi terus bereaksi menggemaskan begitu, kebiasaan jahil Sukuna sepertinya tidak akan pernah menghilang.
"Apa yang kau katakan?" tanya Sukuna lalu mendaratkan beberapa kecupan hangat diatas tangan Megumi. "Itu karena kau yang melamar duluan. Bukannya kau yang pertama memaksa menjadi wadahku?" sambungnya lalu berlahan menarik tangan Megumi yang menutupi wajahnya.
"Apalagi kau akan menghabiskan sisa umurmu bersama denganku. Bukannya itu sama saja?" Sukuna mengimbuhkan seraya tersenyum lebih lembut.
Ketika Megumi bertatapan dengan Sukuna yang membuat ekpresi langka itu, dadanya mulai merasakan sesak. "Bodoh," oloknya ketus untuk menutupi perasaan tak nyamannya. Setelahnya Megumi mulai terdiam dengan wajah cemburut.
Melihatnya merajuk. Sukuna lalu menciumnya dengan lembut sebagai ganti permintaan maafnya. Lidahnya masuk secara berlahan dan bergerak pelan, menyentuh Megumi yang mulai meleleh akan sentuhan lembutnya.
Megumi tidak memberontak saat ia merasakan tangan Sukuna masuk ke dalam bajunya, menyentuhnya dengan sepasang tangan besar yang seolah akan meringkusnya. Suhu tubuh Sukuna terasa lebih tinggi ketimbang suhunya. Megumi dibuat merasa sangat nyaman ketika kulit mereka saling bersentuhan, apalagi ketika Sukuna menyentuh dadanya, dia tidak kuasa menahan rintihannya.
Berlahan Sukuna melucuti pakaian Megumi sembari memainkan puting merah mudanya dengan lidahnya, dia tetap melakukannya walaupun pria di bawahnya itu menggeliat sambil memohon "Ja-jangan," tanpa henti.
Dari waktu ke waktu tubuh Megumi semakin sensitif. Sukuna menegak paksa ludahnya, ingin lebih ketika matanya bertemu dengan Megumi yang menatapnya memelas.
"Su-sukuna," panggil Megumi. Berbisik dengan suaranya yang semanis madu seraya menjulurkan lidahnya yang mungil dan semerah semangka. Caranya memohon ciuman sangatlah menggemaskan sekaligus seksi, bagaimana mungkin Sukuna tak menurutinya?
Lagi-lagi keduanya saling menautkan lidah dengan Sukuna yang mendominasi Megumi secara utuh.
Megumi yang bertingkah pasif membangkitkan selera makan Sukuna. Ciuman itu berlahan menjadi lebih agresif. Ketika bibir mereka berhenti bertaut, Megumi menemukan Sukuna yang menatapnya tajam bagaikan seekor predator kelaparan.
Sudah lama dia tidak melihat Sukuna yang hendak melahapnya secara utuh.
Kini giliran Megumi yang menjadi tak sabaran. Dia mampu mematahkan kerasional Sukuna dengan menarik tangan si kutukan dan mengarahkannya ke arah lubang pink yang kini sudah dalam keadaan basah kuyup dan berdenyut. Lubang itu berdenyut seolah sedang mengundang milik sang raja kutukan, siap mendapatkan hantaman yang akan membuat Megumi mendesah tanpa henti.
Kali ini pun Sukuna dengan senang hati mengikuti kemauan Megumi. Dia lantas menghunjam lubang tersebut, memasukan semuanya hanya dalam sekali hentak. Teriakan Megumi akan terdengar sampai luar apabila Sukuna tak membungkamnya dengan ciuman agresif yang dalam sekejap berhasil meredam suara manisnya.
Sukuna sengaja untuk terus mengenai titik lemah Megumi, menghantamnya tanpa ampun. Dia masih saja belum berhenti meskipun tahu Megumi sudah beberapa kali membasahi kasur.
Tak lama kemudian Megumi mulai memohon agar Sukuna membiarkannya beristirahat. Tapi kali ini Sukuna tidak berniat untuk menurutinya, dia malah meremas milik Megumi, terus menahannya agar Megumi tidak mencapai klimaksnya sendiri lagi.
Stimulasi tersebut memang mulai menyakiti Megumi yang kini tak dapat mengeluarkan cairannya. Namun itu tak membuatnya berhenti mendesah. Badannya masih sangat menikmati bagaimana cara Sukuna memperlakukannya, menghantam isi perutnya sampai ke titik paling dalam.
Barulah ketika Sukuna hampir mencapai klimaksnya sendiri. Dia melepaskan pegangannya, membiarkan Megumi memuncratkan cairan putih yang kini terlihat jauh lebih encer. Sementara miliknya menyembur membasahi perut Megumi dan beberapa mengotori wajah pria tersebut.
Nafas Megumi berderu, memburu dengan sangat cepat dan begitu juga dengan Sukuna. Namun ketika Megumi hampir memejamkan kelopak matanya yang berat, Sukuna malah menarik kakinya dan membuatnya kembali ke dalam posisi yang memalukan.
"Tu-tunggu....sukuna," cegah Megumi lemah. "Aku capek," mohonnya.
Sukuna sempat terdiam sejenak. Sebelum akhirnya memutuskan untuk mengabaikan permohonon Megumi. "Kau boleh tidur duluan. Kalau kau bisa tentunya," ujarnya sambil memasukan kembali penisnya yang sudah kembali mengeras.
Sebelum Megumi bisa protes, mulutnya hanya bisa menangis sambil memanggil nama Sukuna selama semalam suntuk.
OXO
Paginya. Megumi bangun dengan kantung mata tebal, badannya sakit semua, suaranya pun serak sampai hampir hilang. Lubang pantatnya juga merasakan perih dan sepertinya jadi bengkak karena ulah Sukuna.
Megumi benar-benar kesal. Begitu bangun dia langsung memelototi Sukuna yang malah cengengesan di depannya.
"Tenang saja. Aku akan mengendongmu selama seharian," bujuk Sukuna setengah bercanda.
Tidak seperti Megumi yang terlihat begitu lelah. Pagi ini Sukuna terlihat lebih segar ketimbang biasanya, seolah dia baru saja menghisap setengah dari nyawa Megumi.
"........kau masih memperlakukanku sebagai makanan...." Dengan suaranya yang serak Megumi berusaha terdengar lebih ketus. "Apanya yang istrimu?....jangan bercanda," katanya cemberut sambil menggerutu, seraya mencoba berdiri.
Sukuna menyeringai senang mengamati keimutannya, omelan Megumi cuma masuk telinga kanan keluar kiri.
"Tapi aku tidak butuh makanan lain selain kau," balasnya seraya menangkap Megumi sebelum dia terjatuh.
Megumi yang kakinya mati rasa hanya bisa duduk manis di atas pangkuan Sukuna.
Tapi dia masih marah dan hendak memaki si raja kutukan yang telah mempermainkan tubuhnya seenaknya.
Jadi Megumi hanya diam dan mengabaikan Sukuna sampai kutukan itu mulai berusaha membujuknya lagi.
".....kuakui aku sudah keterlaluan," ujar Sukuna seraya meletakan dagunya di atas pundak Megumi dan mempererat pelukannya.
"Hei Megumi..."
Panggilnya kemudian dengan suara dalam yang manis.
".....kau janji akan bertanggung jawab?" tanya Megumi yang kemudian menyesalinya.
Kenapa dia selalu melunak setiap kali Sukuna memanggil namanya? Mungkin lantaran Sukuna jarang memanggil dengan namanya? Seharusnya dia tidak memaafkannya begitu saja!!!!
Selagi Megumi merutuki kepribadian nya yang terlalu toleran.
Sukuna lalu menjawabnya dengan anggukan, yang entah kenapa dimata Megumi sangatlah menggemaskan. Dengan begitu. Sepertinya hanya bisa sampai disitu saja usahanya untuk tetap merajuk di depan sang raja kutukan yang entah mengapa sangat disukainya.
"Nah. Kita akan bersama sampai akhir hayatmu," ujar Sukuna yang mengingatkan Megumi akan pembicaraan terakhir mereka kemarin malam. "Makanya jangan habiskan waktumu hanya untuk marah padaku," imbuhnya yang kemudian langsung mendapatkan tusukan sikut tepat di perutnya. Bukannya mereda ucapannya tersebut malah berujung membuat Megumi kembali kesal.
"Kalau begitu berhenti lah membuatku marah!!" seru Megumi dengan suara seraknya.
"Iya ya." Sukuna membalasnya santai tanpa rasa dosa seraya mengosok perutnya yang baru kena serang, yang barusan tadi bukan main.
Sepertinya Megumi tadi mengeluarkan seluruh kekuatannya hanya untuk serangan tersebut.
OXO
Umur manusia sangatlah singkat apabila dibandingkan kutukan seperti Ryomen Sukuna yang sudah hidup selama berabad-abad. Dua insan yang memiliki tingkat kecepatan waktu yang berbeda seharusnya tidak bersatu karena para dewa di dalam legenda selalu meramalkan adanya nasib tragis pada pasangan tersebut.
Tapi siapa peduli? Tidak semua ramalan berakhir menjadi kenyataan.
Megumi selalu menyadarinya. Betapa kesepiannya Sukuna setiap kali mengungkit kenyataan bahwa dia hanyalah manusia yang memiliki waktu yang sangat terbatas. Dan bukan berarti dia tidak merasakan apa yang dirasakan Sukuna.
Namun ini belum saatnya mereka mencemaskan hari dimana mereka harus berpisah.
Karena perjalanan mereka baru saja dimulai.
saat ini mereka hanya perlu menikmati apa yang mereka miliki saat ini.
END
A/n:
Akhirnya selesai!!! Sesuai judulnya ini adalah awal perjalanan mereka. Kalian bebas bayangkan perjalanan mereka yang baru kayak apa karena gak akan ada season 2 nya.
Dan setelah kubaca-baca kayanya ini cerita gaje deh. Gpp lah ya daripada gak ada asupan SukuFushi. Secara pribadi saya lebih suka jadi konsumer pair ini ketimbang yang bikin tapi karena aku kekurangan makanya buat.
Maaf kalau pace cerita ini semakin ke belakang semakin ngebut. Waktu saya baca ulang book ini saya rasa sih begitu. Belum lagi kadang ada aja yang salah ketik atau bahkan lupa ketik.
Btw bagi kalian penggemar ItaFushi silahkan mampir fic ku yang di sebelah "One Day When The Spring Come."
Gak wajib sih. Tapi kalau kalian baca ini mungkin kalian juga mau baca yang itu.
Karena untuk chapter selanjutnya ada satu side Story yang ada mention dunia paralel fanfic "One Day When The Spring Come"
Okay. Thanks for reading and leave a comment or voting please, I'ii appreciate that.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top