Chapter 16: Being or Doing Human

Note: sebelumnya salah mention teknik kutukannya Megumi itu 10 bayangan bukan seribu bayangan. Efek kebanyakan nonton naruto nih.









...

Tidak butuh waktu lama untuk merapalkan mantra pelepasan segel yang tiba-tiba muncul di dalam kepalanya, seolah-olah mantra tersebut selalu di ketahui oleh Megumi.

"Semoga kita bertemu kembali di kehidupan selanjutnya....."

Itulah yang dikatakan Megumi tepat sebelum tato di tubuhnya menghilang. Ia mengatakannya pada Gojo Satoru yang setelah itu tersenyum puas bercampur lega, dan mau tak mau Megumi hanya bisa mengasihaninya. 

Untuk pertama kali dan terakhir kalinya, Satoru akhirnya bertemu dengan orang yang dicintainya melalui Megumi. Pengguna pertama teknik 10 bayangan, pria yang telah mendirikan klan Zen'in———dialah yang dicintai Gojo Satoru. Bukannya Fushiguro Megumi yang kini merupakan wadah dari sang raja kutukan.

Baru di saat itulah Megumi mulai menyadari.

Kenyataan bahwa orang tersebut mengatakan sampai jumpa di kehidupan selanjutnya. Terdengar sangat menyedihkan di telinga Megumi. Namun ketika dia melihat senyuman lebar Satoru, perasaan sedih itu langsung menghilang begitu saja.

Sekalipun Satoru tidak pernah mengharapkannya untuk menjadi orang tersebut, kakak iparnya itu juga tidak pernah melihatnya sebagai pengganti orang yang di cintainya. Dan itu sangatlah melegakan lantaran sekarang dia tahu, kalau bukan dirinya lah yang selama ini menyakiti Satoru————kakak yang disayanginya, yang sudah dianggapnya sebagai keluarga.
















OXO

Kini wujud sang Ryomen Sukuna sudah nampak persis seperti yang dikatakan di dalam legenda. Pria raksasa bersurai merah, berlengan empat, bermata empat pula. Wujudnya yang gagah dan sangar itu sama sekali tak mencerminkan kemanusiaan, penampilan yang samar-samar diingat Megumi ketika menelan jari Sukuna.

Tato-tato rumit yang menghiasi sekujur tubuh kekarnya nampak indah seolah meneriakan keabadian dan kekuatan tanpa batasnya. Keempat bola mata semerah darah yang bersinar tajam, menatap Gojo Satoru dengan tatapan tak suka. Aura keberadaannya terasa sangat berbeda jauh ketimbang ketika dirinys masih berwujud tubuh manusia.

Pantas saja orang-orang juga menyebutnya sebagai "Dewa Kehancuran". Bukan hanya karena sekedar penampilannya saja yang mengerikan namun auranya yang mengintimidasi menunjukan keserakahan dan betapa kentara ditunjukannya hasratnya yang ingin menghancurkan itulah yang membuatnya pantas mendapatkan julukan tersebut.

Senyuman di wajah Satoru kini berubah arti. Pria jangkung bersurai putih itu lantas berbalik badan, menghadap Sukuna yang masih memasang wajah masam padanya. Terlihat jelas kalau sang raja kutukan tidak suka ketika dia harus melihat Satoru dan Megumi berdekatan.

Satoru lantas membalas tatapan sinis Sukuna dengan senyuman remeh yang seolah mengejeknya kekanakan.

"Hentikan kalian berdua," tegur Megumi yang langsung menengahi sebelum Sukuna memulai perkelahian. Padahal dia sedang membelakanginya. Tapi tanpa perlu melihat ke arahnya, dia sudah tahu Sukuna sudah membuka mulutnya lebar hendak memaki Satoru. Karena bukan Ryomen Sukuna namanya kalau dia membiarkan dirinya dihina.

Dasar sang raja kutukan dan harga dirinya. Terkadang Sukuna akan berbuat bodoh hanya untuk mempertahankannya.  

"Terserah apa katamu. Megumi," ujar Satoru dengan nada menggoda namun sungguhan mengikuti perkataan Megumi. Dia mengambil beberapa langkah mundur walaupun masih memberikan tatapan mengejek pada Sukuna yang sedang berdiri di belakang Megumi. Sepertinya sengaja memancing kejengkelan si kutukan.

Suasana hening lalu kembali menghantui.

Megumi terpaksa berdiri diantara dua monster terkuat hanya bisa menunggu sampai mereka berhenti saling menatap hina pada satu sama lain.

"Hahaha....."

Suara tawa Satoru terdengar hambar walaupun dia masih bertingkah ceria seperti biasanya. Pria itu lalu menghela nafas seraya meletakan satu tangannya di pinggang.  ".......setelah ini. Kalau aku melihat kalian lagi. Jangan salah kan aku kalau aku harus membunuh kalian," ujarnya santai kemudian.

Ancaman yang datang secara tiba-tiba itu lantas mengembalikan kericuhan.

Namun tidak seperti barusan. "Tsk!" Sukuna hanya berdecak lidah sambil bersedekap dada. Tatapannya yang semakin menajam sepertinya berniat untuk melubangi tengkorak Satoru. 

Sukuna tidak memiliki satu pun kata yang tepat untuk membalas ancaman tersebut. Walaupun sedang dalam kondisi paling primanya setelah tersegel lama, tapi menghadapi seorang Gojo Satoru di dalam pertarungan hidup-mati adalah hal terakhir yang diinginkan Megumi maupun dirinya.

Melihat Sukuna yang sedang mati-matian menahan dirinya, tanpa sengaja Megumi terkekeh geli dan berpikir kutukan itu sangatlah menggemaskan, padahal kiranya Sukuna akan langsung meledak begitu saja setelah ia mendengar ancaman seperti mencemooh itu.

Inikah rasanya setelah berhasil menjinakan hewan liar? Megumi jadi merasa sedikit bangga karena telah memilih Sukuna.

"Tenang saja. Setelah ini kita akan berusaha sebaik mungkin untuk menghilang dari muka bumi ini" jawab Megumi seraya menyeringai sarkas. Lalu senyumannya  jadi lebih merekah ketika dilihatnya Satoru yang mengangguk dan sekali lagi tersenyum puas untuknya.  

"Semoga kita tidak bertemu lagi," balas Satoru tak kalah sarkas lalu berbalik badan. Meninggalkan tempat tersebut bersama dengan asistennya———Geto Suguru yang merupakan ancaman lain bagi keselamatan mereka. Itulah mengapa Sukuna terpaksa menahan dirinya. Di dunia Jujutu siapa yang tidak tahu apabila Satoru dan Suguru adalah duo yang mematikan? Bahkan Sukuna pun tidak akan berani mengambil resiko.  

Megumi terus memperhatikan kedua pria itu sampai sosok mereka menghilang di telan kabut pagi. Sedangkan Sukuna ikut terdiam untuk mengamati bagaimana cara Megumi menatap kepergian Satoru dan Suguru.

Ada kesedihan dan keenganan yang tersirat dari sinar mata sang anak manusia. Dan Sukuna dibuat ikut frustasi karenanya.

Berkat status mereka yang kini menjadi buronan kelas kakap. Mulai sekarang mereka harus terus menempel pada satu sama lain dan berkelana ke satu tempat ke tempat lainnya demi menghindari perhatian khalayak umum.

Semenjak Sukuna mengakui perasannya pada sang anak manusia. Tentu situasi tersebut menguntungkannya dan dia senang karenanya.

Tapi bagaimana dengan Megumi?

"Dengan senang hati aku akan menghabiskan sisa hidupku terjebak denganmu."

Sementara Sukuna masih saja berdiri di belakangnya memasang wajah cemas yang membuatnya di luar karakter.  Seolah mampu membaca pikiran, Megumi tiba-tiba menjawab kegundahan Sukuna tanpa harus menatap wajah lawan bicaranya.

Andai Megumi melihat wajah Sukuna, dia pasti akan menertawakannya.

"Sukuna," panggilnya tanpa menoleh ke belakangnya. "Setelah kau mengenalku. Kau pasti menyadari kalau aku bukanlah seseorang yang pandai membaca emosi. Sekalipun itu perasaanku sendiri," sambungnya sebelum terdiam beberapa saat.

"Walaupun kau raja kutukan. Bukannya kau terlalu emosional?" tanyanya setelah dia diam untuk mengingat-ingat betapa protektifnya Sukuna ketika pertama kali dia bilang mau mencoba menelan jarinya dan menjadi wadahnya.

Ketakutan untuk kehilangan seseorang adalah perasaan manusiawi yang tak pernah di rasakannya.

"Kau sedikit berbeda dari yang legenda katakan...." komen Megumi. "Tindakanmu lebih manusiawi ketimbang kelihatannya....." 

Sang raja kutukan mungkin terkenal bengis dan tanpa ampun, membunuh secara membabi buta, menghancurkan sesuatu hanya untuk sebagai hiburan. Namun setidaknya dia selalu mengikuti kata hatinya, mengikuti keinginan dan hasratnya sebagai raja kutukan.

Berbeda dengan Megumi yang hanya berpura-pura menjadi manusia. Moralitas dan perannya di dunia sosial lah yang selama ini menjadi pemandunya untuk menjadi manusia normal. Selama ini dia hanya sekedar mengikuti apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang. 

Berbuat amal, penelitiannya, ataupun setiap ucapan ramah ataupun bijak yang keluar dari mulutnya, semuanya hanya datang dari perkiraannya. Selama orang-orang dibuat puas akan aktingnya, itu saja sudah cukup baginya. Karena dia hanya butuh sedikit tempat di dunia sosial.  

Menolong Ryomen Sukuna pun awalnya juga dilakukannya secara kebetulan. Karena dia selalu berperan sebagai seorang pria yang sering membantu orang-orang dengan aksi-aksi heroiknya, kali itu pun dia hanya menjalankan perannya. 

Saat itu Megumi sama sekali tak menyangka apabila keputusannya tersebut akan berakhir membuat kehilangan tempat di dunia sosial——dunia manusia dimana kaumnya berada.

Dan anehnya, Megumi tak pernah berkeinginan untuk mempermasalahkannya. Sekali pun dia tidak pernah merasa keberatan ataupun kerepotan akan situasinya——dimana dia harus terjebak dengan sang raja kutukan. 

"Jadi....kurasa aku juga menyukaimu? Bersamamu setidaknya tidak membosankan," oceh Megumi yang spontan tersenyum langka seraya berbalik, tanpa ada maksud sengaja dia menunjukan senyuman manis tersebut pada Sukuna yang langsung jatuh terpesona olehnya.

"Ah. Apalagi kalau aku selalu bersamamu berarti aku punya banyak kesempatan untuk menelitimu dan kawan-kawanmu......kan?" imbuhnya yang kemudian sempat tersendat lantaran Sukuna tiba-tiba datang mengendongnya dan memeluknya dengan tubuh raksasanya itu.

"Su.....sukuna?" 

Megumi lalu memanggil dengan canggung. Berada dalam pelukan lelaki sebesar Sukuna memang terasa aman dan hangat namun pada saat yang sama dia pun merasakan malu. "Tu-turunkan aku. Bagaimana kalau nanti kau menjatuhkan ku?" keluhnya beralasan dengan suara yang lebih lirih sambil menunduk demi menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Aku tidak akan pernah melepaskan mu," jawab Sukuna lalu malah mengeratkan dekapannya. "Apalagi menjatuhkan mu," sambungnya demi menambahkan rona merah di pipi Megumi yang jadi tak mampu berkata-kata lagi.






To Be Continue

A/n:
Chapter selanjutnya sudah end guys. 

Sebenarnya lagi hiatus tp karena tinggal dikit mungkin aku lanjut dulu

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top