Chapter 13: Not a Play Thing
"Apakah ada caranya?"
Megumi pun bertanya kembali seraya tanpa sadar tangannya sudah menarik ujung pakaian sang raja kutukan yang terdiam karenanya. Kepalanya pun ikut tertunduk, getaran tubuhnya yang kecil menyalur sampai ke ujung jemarinya.
Sukuna terdiam sesaat. Sedikit penasaran. Satu tangannya yang besar mengangkat wajah Megumi. Lantas keempat bola mata merahnya membulat dengan sempurna, ketika ia mendapati air mata yang membasahi wajah cantik sang anak manusia.
"Apakah Sukuna diluar sana juga mengatakan. Kalau kau membuang nyawamu hanya untuk sesuatu yang tak penting?" tanya Sukuna sembari mengusap sudut mata Megumi dengan jempolnya. Tangan besar itu bergerak pelan, menyentuh dengan lembut, seolah sedang menangani barang pecah belah.
"......kalian tidak mau menjadikan ku sebagai wadah?" tanya Megumi seraya tersenyum sedih.
"Aku hanya penasaran kenapa ada anak manusia yang ingin membahayakan dirinya demi makhluk terkutuk seperti ku," jawab Sukuna lalu terkekeh geli terutama karena Megumi kini menatapnya aneh.
Seolah apa yang sedang dilakukan anak manusia itu adalah sebuah keharusan.
"Hmm.....cara huh," kemudian Ryomen Sukuna bergumam sambil mengosok dagunya dengan tangannya yang lain, wujudnya yang ini punya empat tangan, pasti sangat praktis pikir si ilmuwan muda. Semenjak ketakutannya mereda, Megumi tidak bisa berhenti memperhatikan wujud asli sang raja kutukan.
Wujud asli Ryomen Sukuna memang besar dan menakutkan tapi juga indah. Apabila dia adalah seorang seniman mungkin Megumi akan mengabdikan sosoknya kedalam lukisan, sebagai peringatan bahwa makhluk tersebut adalah sang raja kutukan yang tak akan pernah mengabdi di bawah kekuasan umat manusia.
"Kurasa kita bisa memindahkan energi kutukanku secara bertahap. Dengan begitu tubuh kecilmu tak akan terbebani," ujar Sukuna tersenyum lebar, memamerkan gigi-giginya yang besar. "Tapi jangan mengeluh tentang prosesnya. Siapa tahu dengan tanpa sengaja aku meremukan tulangmu," tambahnya. Lalu tangannya besar menarik tangan Megumi lalu mengendongnya layaknya putri. Ini gila. Entah mengapa berada dalam gendongannya sambil melihat seringaian liar itu dari dekat membuat Megumi sempat terpana.
Menyadari rasa kagumnya terhadap Sukuna lantas membuat Megumi membuang mukanya, demi menyembunyikan wajahnya yang mulai merona. Dalam hati dia mengolok dirinya sendiri, mengolok-olok seleranya yang buruk. Apalagi ini bukan waktunya mengagumi penampilan sang raja kutukan.
"Oi Fushiguro Megumi," panggil Sukuna seraya mendudukan dirinya diatas singasananya. Ketika lamunan Megumi terbuyarkan oleh panggilan suaranya yang dalam khas pria dewasa, pemuda itu sudah menemukan dirinya berada diatas pangkuan pria raksasa tersebut.
"Hmm?"
Karena Sukuna tak kunjung mengatakan lanjutannya, Megumi membalasnya dengan tatapan bertanya yang terkesan kekanakan. Pemuda itu baru saja selesai menangis, matanya yang sembab masih nampak berkaca-kaca, bola matanya nampak lebih bulat dan lebar ketimbang biasanya.
Sekalipun itu adalah sang raja kutukan Ryomen Sukuna. Apakah ada orang di dunia ini yang tak menganggap makhluk di depannya ini menggemaskan? Apalagi kalau mengingat betapa kecil dan rapuhnya tubuh Megumi saat berada dalam genggamannya, membuat sang anak manusia bagaikan seekor hewan kecil yang lucu.
Sedangkan iblis semacam Ryomen Sukuna akan kegirangan membuat makhluk semacam itu menangis, memohon dan merintih di bawah penyiksaannya.
"Buka bajumu," titah Sukuna mempertemukan tatapan tajam yang mengintimidasi dengan raut wajah kaget Fushiguro Megumi. Anak manusia itu membeku untuk beberapa saat, sebelum menuruti kemauannya.
Lantas senyuman licik yang memabukan terpasang jelas di wajah sang raja kutukan. Dihadapan Sukuna. Megumi diam saja dan mulai secara berlahan melucuti pakaiannya. Pemuda itu menahan diri dari kerisihannya terhadap cara Sukuna memperhatikan gerak-geriknya. Dengan tatapan intens tersebut. Sebelum dia selesai menelanjangi dirinya sendiri, secara tidak langsung Sukuna sudah menelanjanginya hanya dengan sebuah tatapan.
"......kau puas?" tanya Megumi bernada ketus, tanpa berani menatap Sukuna secara langsung. Tentu saja karena ini sangatlah memalukan baginya.
Anehnya Sukuna terdiam, Megumi masih bisa merasakan tatapan intensnya. Akan lebih baik kalau Sukuna mengatakan sesuatu atau berbuat sesuatu, apapun itu boleh. Keheningan yang mencekam ini cepat atau lambat akan merebusnya seperti kepiting.
Namun Sukuna berpikir sebaliknya, dia sedang menikmati bagaimana reaksi Megumi sekarang. Kulit anak manusia dihadapannya itu seputih salju, sangatlah indah. Rona merah yang menjalar lambat seolah menghiasi permukaan kulit mulus tersebut, di tambah dengan ekpresi wajah Megumi yang menahan malunya. Tidak ada lagi yang lebih cantik ketimbang pemuda tersebut.
"....hmm. Kau lebih patuh dari dugaanku," komen Sukuna lalu mulai menyentuh leher Megumi. Sentuhan tersebut bagaikan menyetrum Megumi dan Sukuna tak akan menyalahkannya. Situasi semacam ini memang akan merangsang siapapun, bahkan orang suci sekalipun.
"...ma-mau bagaimana lagi?" jawab Megumi yang malu-malu. "Cara yang kau maksud tadi.....adalah cara semacam ini huh," katanya lirih sambil menunduk dan menyembunyikan wajahnya. Telinganya memerah padam seolah terbakar, begitu juga dengan tubuh kecilnya yang mulai bergemetaran ketika jemari Sukuna menggerayangi area leher dan pundaknya yang dua kali lebih sensitif ketimbang biasanya.
"Hmm..." Dehemen itu terdengar sombong. Sukuna lalu menyunggingkan senyumannya mematikan, Megumi pun baru menyadari bahwa itu adalah sisi bengis yang dibicarakan legenda. Pada saat yang hampir sama. Besarnya energi kutukan yang selama ini terpendam kini mulai menguap dan menyelemuti udara di sekitar mereka.
Atmosfer di sekitar Megumi terasa berat atau mungkin hanya dia seorang yang merasa demikian. Entah bagaimana cara kerja otaknya berpikir. Di tengah sitasi seperti ini. Melihat Sukuna memang membuatnya sedikit cemas, gugup, dan juga ketakutan akan apa saja yang akan diperbuat sang raja kutukan terhadap dirinya. Namun pada saat yang sama dia merasa tenang, tanpa alasan yang jelas Megumi merasa dia bisa mempercayai Sukuna.
"Buka mulutmu," sekali lagi Sukuna memberikan perintah. Spontan Megumi menurutinya, pemuda itu mengadahkan kepalanya dan menjulurkan lidahnya yang kecil dan merah.
Melihat kepatuhannya, Sukuna pun lantas tersenyum puas. "Kalau kau tidak mengingatkanku. Mungkin tanpa sadar aku akan melahapmu secara utuh," ujarnya sebelum menyelipkan lidahnya kedalam rongga mulut Megumi yang sangat kecil baginya.
Lidah Sukuna sangatlah besar, dalam waktu sedetik dia mampu mengusai dan mendominasi rongga mulut Megumi. Pria raksasa itu melumat lidahnya yang kecil, Megumi dibuat tak berkutik karenanya. Mulutnya terasa penuh, dan samar-samar dia bisa merasakan adanya energi yang diserapnya dari sana, mungkin terdengar bodoh namuan Megumi menganggapnya seolah dia sedang menghirup oksigen di tengah kedalaman laut.
Begitu Sukuna melepaskan tautan bibirnya, diperhatikannya baik-baik wajah Megumi. Dilihatnya anak manusia itu menatapnya sayu dengan nafas yang terengah-engah, setiap kali tangannya menyentuh bagian tubuh Megumi, pemuda tersebut akan mengeluarlan desahan halus sembari mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
"Jangan mengalihkan pandanganmu," titah Sukuna dengan senyuman menggoda. Sukuna mencengram dagu Megumi dan memaksanya melihat ke arahnya. Sang raja kutukan lalu tertawa jenaka sambil berkata, "Padahal. Sekalipun aku tak pernah berpikir untuk menggunakan energi kutukan sebagai aphrodisiac."
Megumi tidak bisa membalas apapun, dia terlalu sibuk mengontrol dirinya sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Sukuna barusan, entah mengapa energi kutukan milik sang raja mampu membuat Megumi mabuk kepayang.
"....kurasa badanmu saja yang terlalu sensitif," komen Sukuna lalu mengangkat tubuh Megumi dan membenahi posisi dimana pemuda itu duduk. Sukuna meletakannya di atas lututnya, menaikan posisi Megumi agar sedikit lebih tinggi, dengan begitu posisi mereka bisa jadi lebih sejajar.
Salah satu tangan Sukuna menyentuh pantat Megumi yang terekpos begitu saja, sementara tangannya yang lain mengangkat kaki pemuda tersebut, memaksanya untuk menunjukan lubang kecilnya. Spontan Megumi ingin memberontak, mau berapa kalipun dia menunjukan tubuhnya di depan Sukuna, tetap saja posisi tersebut sangatlah memalukan.
Entah apakah Sukuna menganggapnya mainan atau apa. Mentang-mentang badannya kecil dan ringan, bukan berarti pria raksasa itu diperbolehkan memperlakukannya seperti ini. "Setidaknya lakukan berlahan!! BERLAHAN!!" protes Megumi seraya mengayun-ayunkan kakinya.
Sukuna tidak marah, sang raja kutukan nampak menikmati reaksi Megumi dan terhibur karenanya. Dia menyeringai nakal tanpa melepaskan kaki Megumi, bahkan sekarang dia mengangkatnya lebih tinggi lagi.
"SUKUNA!!!" teriak Megumi dengan wajah yang memerah padam, antara marah dan malu yang luar biasa.
"Ini juga kulakukan demi kebaikanmu. Apa jadinya kalau lubangmu ini tidak cukup? Hmm? Aku harus melonggarkannya," ujar Sukuna sambil menggoda pantat Megumi, meremasnya sebelum menampar pipi bokong yang bulat itu.
Megumi pun meringis dan mengaduh kesakitan. Ia pun dibuatnya semakin geram akan perbuatan tak senonoh tersebut. Persetan dengan ucapan vulgar si sialan Sukuna. Jelas-jelas sang raja kutukan sedang dalam mood untuk mempermainkan Megumi yang sedang tak berdaya dalam genggamannya.
"Ah. Benar juga," mendadak ada yang mengingatkan Sukuna terhadap suatu hal. Dari senyuman ambigunya, Megumi pun bisa merasakan adanya alamat buruk dari gelagatnya.
"Kau selalu melakukan seks dengan tubuh manusia ku kan?" tanyanya seraya melebarkan telapak tangannya, entah mengapa Sukuna mendadak ingin menunjukan telapak tangannya yang besar ke depan wajah Megumi.
Apa lagi yang akan dilakukan Sukuna untuk mempermalukannya? Megumi tidak bisa menebaknya, yang dilakukannya hanyalah mengangguk untuk menjawabnya.
Sukuna mulai tersenyum penuh arti, agak mengerikan kalau di mata Megumi yang mulai was-was akan tindakan Sukuna selanjutnya. Dia dibuatnya gugup dan rada takut. Dan perasaannya tersebut mengingatkannya kembali akan kenyataan bahwa Ryomen Sukuna di hadapannya sekarang bukanlah sepenuhnya Sukuna yang dikenalnya selama ini.
TO BE CONTINUE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top