Chapter 11: The After Night

"Kau mau agar aku membiarkanmu menelan jariku!!?"

Ryomen Sukuna lantas membentaknya, sesaat setelah selesai mendengarkan ide konyol apalagi yang telah terbesat di dalam kepala kecil sang peneliti muda.

Megumi terdiam. Membiarkannya, mencoba memahami mengapa Sukuna begitu panik sekaligus marah kepadanya. Namun pemuda tersebut sudah tidak bisa mundur lagi, dia membutuhkan persetujuan dari Sukuna.

"......biarkan aku menjadi wadahmu Sukuna," ujar Megumi mengkoreksi seraya manarik sudut bibirnya, tersenyum tipis demi berusaha menenangkan sang raja kutukan yang sepertinya sudah terlalu mencintainya itu.

"Dengan teknik kutukanku. Aku yakin dengan mudah aku bisa menciptakan kembali tubuhmu yang telah lama hancur," terangnya kemudian.

"......kau sendiri pasti sudah menyadarinya kan? Walau kau mendapatkan kembali seluruh jarimu. Kau masih akan tetap kesulitan menciptakan wujudmu yang sebenarnya....."

Sukuna merapatkan giginya, menggeram bagaikan hewan buas. Semuanya yang dikatakan sang anak manusia adalah kenyataan dan dirinya tak mampu untuk membantahnya.

Namun amarahnya tak kunjung mereda.

"......yang benar saja!!" serunya seraya membuang muka. Sukuna memijat pelipisnya, berjalan mondar-mandir mengelilingi sekitar perapian.

"Kau tahu barang itu sangatlah beracun bagi manusia. Apa kau sudah gila!!?" tanyanya lalu kembali mendekati Megumi, berbicara seolah menantang pemuda tersebut.

Megumi mengangguk kecil, sebelum mendongak dan tersenyum kalem pada Sukuna. "Kudengar kemungkinannya adalah 0.000001%" katanya tanpa getar dan hal tersebut malah menuangkan minyak pada api kemarahan Ryomen Sukuna.

"Jangan bercanda!"

Sekarang Sukuna memperdalam suaranya, terdengar seperti mendesis namun penuh akan penekanan. Tangan besarnya mencengkram erat lengan Megumi, sampai membuat pemuda itu merintih kesakitan karenanya.

".....lepaskan Sukuna!!" pinta Megumi seraya mencoba menarik tangannya.

"Coba kau pikirkan kembali!! Kalau aku berhasil menjadi wadah untukmu. Maka kekuatanmu akan kembali sebagaimana masa-masa kejayaanmu!!" bujuknya selagi berusaha membebaskan diri dari genggaman Sukuna yang begitu kuat dan malah jadi semakin kuat karena bujukannya tersebut.

"Sama persis seperti pada saat 1000 tahun yang lalu........asosiasi penyihir Jujutsu akan memburumu........namun kali ini Bakufu hendak memanfaatkanmu dan menjadikan mu sebagai hewan peliharaan mereka....."

"Selain Gojo Satoru banyak penyihir yang mungkin akan menyulitkanmu...."

Sukuna mendengus kasar lalu membebaskan tangan Megumi sambil tanpa sengaja sedikit mendorongnya. Sang raja kutukan itu masih nampak sedemikian marahnya tapi menahan diri demi anak manusia yang tubuhnya terlalu lemah apabila harus menerima amukannya.

"Omong kosong macam apa ini?" gumam Sukuna seraya memberantakan rambutnya. "Jiwa yang dulunya menyegelku kini berkata dia ingin menyelamatkanku?" tanyanya sarkas lalu menoleh kembali pada tempat Megumi berada.

"Apa semua keturunan Zen'in segila dirimu?"

Megumi lantas terdiam lagi, sedikit merasa kecewa karena Sukuna menolak untuk bekerja sama dengannya. Padahal itu semua dilakukannya demi sang raja kutukan yang entah sejak kapan telah mewarnai kehidupannya.

".......tsk," Sukuna kemudian mendecih sembari melangkah mendekati Megumi.

"Janganlah kau membuat wajah seperti itu........." bujuk sang raja kutukan seraya berjongkok di bawah lutut Megumi. Tangan besarnya meraih wajah pemuda itu dan lantas mengusap sudut matanya yang mulai berair.

Megumi tetap meneteskan air matanya, tidak begitu banyak bergerak. Bola matanya bergulir menghindari tatapan sang raja kutukan tapi gerakan tubuhnya berkata lain.

Dia pun membiarkan Sukuna meraih tangannya, membiarkan kutukan itu mencium punggung tangannya dengan sangat lembut, seolah tangannya itu adalah barang rapuh. Tapi semua hal itu tidaklah cukup untuk mengembalikan senyuman Megumi.

"Bukannya kau sudah berhasil menebaknya?" tanya Sukuna seraya mengelus punggung tangannya yang mungil apabila dibandingkan dengan telapak tangan sang raja kutukan.

Megumi masih tetap menolak bertatapan mata dengannya. Dalam situasi tersebut, Sukuna hanya bisa mengalah dan bersabar. Semua amarah sang raja kutukan menghilang, menguap dalam dinginnya udara malam.

"..........selain dirimu seorang. Sudah tak ada lagi di dunia ini yang kucintai," ujar Sukuna yang akhirnya bersedia mengutarakan kenyataan tersebut dengan mulutnya sendiri.

Megumi langsung bengong mendengarnya, bola matanya membola dengan sempurna. Berlahan wajahnya memanas dan memerah, jantungnya pun mulai bertabuh seiring lamanya Sukuna membelai tangannya.

"A--apa kau bodoh?" Megumi lantas mencemooh dengan ketus, berusaha menyembunyikan kegugupannya. "Ka-kau tidak perlu mengatakannya kan?" ocehnya sembari menarik tangannya.

"Justru kau lah yang bodoh!! Sekarang kau paham kan kenapa aku menolak penawaran konyol mu itu!?" balas Sukuna tanpa mau melepaskan tangan Megumi.

"Ta-tapi Sukuna....itu tidak merubah kecemasan ku," jawab Megumi yang masih berusaha menarik tangannya. "Sebagaimana kau mencemaskan ku. Biarkan aku mencemaskanmu juga......" pintanya dengan tatapan memelas.

Kalau itu adalah permintaan biasa, Sukuna pasti langsung akan mengabulkannya. Tapi tetap tidak dengan yang ini. Walaupun hal ini bersangkutan erat dengan kekuatannya sendiri, Sukuna tetap harus menolak untuk mengambil resiko sebesar itu.

Mereka baru saja bertemu sedangkan umur manusia tidaklah panjang. Jelas-jelas Sukuna bakal enggan melepaskan Megumi begitu saja, dia tidak akan pernah rela.

".......sukuna selama ini melindingiku dari para kutukan. Jadi kali ini biarkan aku melindungimu dari tangan kotor para manusia," bisik Megumi seraya mendekap kepala Sukuna.

"Seperti yang kau tahu. Aku adalah buronan, sedang diincar sama seperti dirimu. Maka karna itulah kita membutuhkan kekuatanmu sebagai sang raja kutukan yang dalam kondisi prima......"

Tentu saja Fushiguro Megumi selalu mampunyai alasan di balik penawaran gilanya. Secara teori Sukuna telah memahami tujuan dari alasan tersebut tapi secara emosional dia tetap tidak bisa menerimanya. Pasti masih ada cara lain.

"........aku ingin melihat neraka bersama denganmu," bisik Megumi lalu menjatuhkan diri di atas tanah, berlutut bersama dengan Sukuna yang mematung di tempat.

Sukuna masih tertegun, masih tidak mempercayai bagaimana situasi mereka saat ini. Bimbang, ketakutan, semua itu adalah perasaan baru yang asing baginya. Dan semua ini adalah kesalahan dari eksistensi Fushiguro Megumi.

Andai sang anak manusia tidak pernah di lahirkan. Mungkin Sukuna masih terkurung di bawah gunung suci. Dan dia pun tidak perlu mengalami perasaan di luar karakter seperti ini.









OXO

Uraume telah mendengarkan semuanya. Sedari tadi menunggu saat yang tepat untuk muncul dan menengahi pembicaraan Sukuna dan Megumi.

Tugasnya adalah meluruskan jalan pikiran sang raja kutukan yang di mabuk cinta. Makanya dia pun terus menunggu sampai pada saat Sukuna sungguhan menolak penawaran Megumi.

Fuahiguro Megumi bukanlah manusia biasa. Eksistensinya, jiwanya, kemampuannya, semuanya tidak bisa di bandingkan dengan manusia-manusia kebanyakan. Takdir telah memilihnya untuk bertemu dan berhadapan dengan sang raja kutukan.

Bukannya berlebihan apabila dikatakan pemuda tersebut bisa jadi termasuk ke dalam 0.00001%

Di dunia ini. Tidak ada lagi manusia selain Fushiguro Megumi yang berkemungkinan besar berpotensi menjadi wadah dari Ryomen Sukuna. Maka karna itulah Bakufu sampai meminta Gojo Satoru untuk mempertemukan mereka berdua.

"Tenang saja Sukuna-sama," ujar Uraume yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah waktu Sukuna terus berdiam diri. Membuat Megumi sedikit terkejut karenanya.

"Persentase itu tidak lah berarti apapun bagi Megumi-sama. Karena cuman dia seorang yang cocok dengan energi kutukan Sukuna-sama," jelasnya.

"......kenapa kau bisa begitu yakin hah!!?" tanya Sukuna mendikte. Berbeda dengan saat berbicara dengan Megumi. Kali ini Sukuna kembali dengan nada ketusnya.

"Kalau Megumi-sama tidak memakan jarimu sekarang. Cepat atau lambat kalian akan tertangkap dan Bakufu akan memaksanya untuk memakannya. Pada akhirnya tetap Megumi-sama lah yang harus memakannya," terang Uraume.

"........haa?? Kau mau bilang.....lebih baik aku sendiri yang membiarkannya memakannya. Ketimbang melihat mereka yang memaksanya untuk me----" terputus.

"Tunggu Sukuna!!"

Tapi sebelum ada jawabannya. Megumi malah duluan memukul punggung Sukuna dan menyela pembicaraan, melakukannya secara spontan karena pemuda tersebut baru saja menyadari maksud dari penjelasan Uraume barusan.

"......apa kau mau bilang kalau sebenarnya mereka semua sudah tahu kalau aku merupakan orang yang tepat untuk menjadi wadah Sukuna?" tanya Megumi demi memastikannya.

Uraume bergidik bahu. "Aku belum yakin," jawabnya. "Tapi apalagi penjelasan yang cocok atas tindakan Bakufu saat ini?" tanyanya balik dengan senyuman penuh makna.

Megumi lantas bersedekap dada, bertukar tatap dengan Sukuna yang sedang memasang wajah bodoh. "Kau dengar itu Sukuna?" tanyanya ketus.

Sukuna pun tersenyum masam padanya. "Apapun yang terjadi. Kau tetap ingin mempertaruhkan nyawamu dan memakan jari yang tidak lama ini baru kau sebut menjijikan itu huh?" ocehnya yang diakhiri helaan nafas yang sangat amat panjang, bertanda menyerah.

".......jangan melihat ku seperti itu," keluh Sukuna saat Megumi menatapnya dengan tajam, penuh tuntutan. "Baiklah. Jari bodoh itu milikmu sekarang. Lakukan sesukamu....." ujarnya seraya mengangkat tangan, masih bertanda menyerah.

"Tapi setidaknya.......tunggu sampai besok pagi? Biarkan aku tidur bersama mu malam ini," pinta Sukuna yang di luar dugaan. Melihat bagaimana dia mencemaskan Megumi dan betapa paranoid dirinya. Pemuda itupun tidak mampu menolaknya.

TO BE CONTINUE

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top