Chapter 06 : Benefit Relation

Berlahan Megumi membuka matanya dan langsung mengitarkan pandangan kepada sekitarnya. Tubuhnya berbaring di tengah ruangan yang familiar---kamarnya. Mungkin Sukuna yang lagi berbaik hati mengantarkannya pulang.

"Sakit." Megumi meringis kesakitan seraya bangkit dari rebahannya dan duduk. Pemuda itu lalu menyingkap selimutnya, mencari tahu apa yang telah terjadi pada dirinya. Megumi menyunggingkan senyuman samar ketika menemukan kimononya sudah berganti menjadi sebuah yukata hitam. Selain rasa sakit dan pegal, tubuhnya sudah bersih dan bebas dari rasa tak nyaman.

".....aku hanya seperti ini. Cuma kepadamu seorang," senyuman Megumi pun menjadi semakin kentara, karena tiba-tiba mengingat ucapan Sukuna tadi siang. Setelah menyadari perubahan ekpresi maupun suasana hatinya tersebut. Megumi menguncang kepalanya dan menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang merona----walau tidak ada siapapun di sana. Megumi hanya sekedar ingin menyembunyikannya, atau lebih tepatnya. Dia hanya tidak ingin mengakui perasaan seolah adanya sekumpulan kupu-kupu terbang di perutnya, yang sekarang sedang di alaminya ini.

Megumi menepuk-nepuk pipinya sendiri, berusaha mengumpulkan kembali kerasionalannya yang sempat terpecah belah. Mungkin lantaran habis terbentur pohon dan bebatuan, makanya otaknya mulai bertingkah aneh sampai mengakibatkan sebuah delusi terhadap Sang raja kutukan Ryomen Sukuna

OXO

Hanten Jujutsushiki adalah sebuah teknik Jujutsu yang membuat penggunanya mampu memanipulasi energi positif dan negatif dari energi kutukan. Singkat penjelasan, teknik tersebut merupakan teknik yang sering di pakai untuk penyembuhan.

Karena pada dasarnya eksistensi kutukan berasal dari energi kutukan. Makanya kutukan tak membutuhkan teknik tersebut untuk menyembuhkan luka-luka mereka.

Namun berbeda dengan Ryomen Sukuna. Mungkin karena saat ini dia sedang memakai wujud fisik seorang manusia, makanya teknik tersebut sangat di perlukan oleh sang raja kutukan----Megumi masih belum yakin sepenuhnya akan teori yang di tuliskannya dalam laporan. Tapi biasanya pendapatnya itu tak mungkin jauh-jauh dari kenyataan.

"Kau rajin sekali huh," komen Sukuna yang dengan santainya duduk berselonjor di teras. Tanpa menoleh ke lawan bicaranya yang sedang sibuk menulis di depan meja.

Hari sudah larut malam. Cahaya rembulan menerangi ruang kerja sang peneliti muda tapi masih belum cukup apabila tak di bantu oleh penerangan dari lampu minyak yang berdiri di sudut ruangan. Ruangan tersebut selalu di penuhi aroma dupa, wangi bunga melati yang menjadi favorit sang pemilik rumah.

Andai Sukuna tak bersuara dan tetap diam menikmati sebotol sakenya, konsentrasi Megumi pasti masih melekat pada gulungan-gulungan buku di hadapannya.

"Punggungku sakit, pantatku sakit, tenggorokanku juga sama sakitnya, dan di tambah mataku bengkak sekarang. Kau tahu semuanya adalah salahmu kan?" oceh Megumi seraya meletakan kuasnya lalu mulai mengasah kembali batu tintanya. Semua kalimatnya di beri nada penekanan, menunjukan betapa jengkel dirinya sekarang. Namun gesturnya yang elegan dan penuh kewibawaan malah tidak menunjukan tanda-tanda tersebut.

"......makanya aku menyuruhmu tetap tidur kan?" Akhirnya Sukuna menoleh dan menaikan satu alisnya. Terkadang sang raja kutukan tak habis pikir akan temperamen pemuda tersebut.

Sekilas Megumi memang terlihat sangat dewasa dan bijaksana, maka karna itulah banyak wanita yang memperebutkannya. Namun tak jarang juga dia menunjukan kecerobohannya dan sikap gampang murungnya tersebut.

Belum lagi kalau sudah menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan bidang penelitiannya, dalam sekejap wibawa pemuda itu akan lenyap dan di gantikan oleh kekonyolan-kekonyolan yang merupakan sumber dari kecerobohannya. Selalu demikian, sampai-sampai Sukuna binggung harus bagaimana menghadapi Megumi saat obsesi pemuda tersebut mulai kambuh.

"Bagaimana aku bisa tidur sebelum selesai menuliskan apa saja yang ku temukan hari ini?" balas Megumi seraya mencibir. Baru sekarang pemuda itu menunjukan kalau dirinya memang sedang merajuk. Dan hal tersebut membuat Sukuna menghela nafas lelah karenanya.

"Ya sudah cepat selesaikan sana. Percuma saja kau mengomel padaku," Sukuna membalas seraya melambaikan tangannya dengan malas. Pria tersebut lalu mengembalikan posisi awalnya dan memilih untuk melihat ke atas langit, ketimbang wajah kesal Megumi yang sedikit ia anggap menggemaskan.

Tentu saja Megumi tidak suka dirinya di abaikan begitu saja. Pemuda tersebut lantas berdiri dari tempatnya dan mendatangi tempat Sukuna kemudian ikut duduk di sana.

"Hei," panggil Megumi seraya seenaknya bersandar pada punggung lebar Sukuna. Apalagi karena ia sudah tahu apabila sang raja kutukan akan tetap membiarkannya. "Apa kau sungguh tidak ada bayangan? Mengenai alasan mengapa tiba-tiba pemerintahan memintaku untuk melakukan penelitian terhadap kasusmu?" tanyanya.

"Oh....." Sukuna malah dengan cueknya ber-oh ria.

Padahal orang biasa pasti sudah waspada akan hal tersebut, dan membayangkan apabila pihak pemerintahan berniat akan membasminya atau sejenisnya. Tapi, mau bagaimana lagi? Ini Ryomen Sukuna yang sedang di bahas. Sang raja kutukan bahkan tak mengingat siapa gerangan yang berhasil menyegelnya di masa lalu. Sungguh keterlaluan.

Megumi pun lantas mengerutkan dahi terhadap sikap acuh tak acuhnya.

"Karena kau sudah banyak membantuku. Akan lebih adil apabila aku membagikan informasi mengenai komunitas penyihir Jujutsu jaman sekarang," ujar pemuda itu kembali ke nada yang penuh akan penekanan sarkas.

Kali ini, akhirnya Sukuna melirik ke arahnya. Sang raja kutukan sudah tak lagi secuek sebelumnya.

OXO

Tiga keluarga utama: Gojo, Zenin, dan Kamo. Ketiga keluarga besar yang mendominasi teknik Jujutsu dan berpengaruh besar pula terhadap komunitas para penyihir. Mereka selalu mewariskan tenik Jujutsu legendaris secara turun temurun sebagai tradisi, maka karna itulah setiap anggota keluarga selalu menikah melalui acara perjodohan.

Tidak perlu di tanyakan lagi apabila ketiga keluarga besar terdiri dari kalangan penyihir elit---banyak dari mereka merupakan penyihir veteran yang handal dalam setiap pertarungan, sekalipun itu lawannya adalah kutukan kelas khusus.

"Dan yang lebih penting lagi," tambah Megumi seraya mengacungkan jari telunjuknya seolah dia adalah guru dan Sukuna adalah muridnya. Ia pun mengumbar senyuman penuh arti, yang sebenarnya hanya di tunjukannya lantaran puas mendapati tatapan risih dari Sukuna. Karena saat ini pemuda itu sedang bersantai-santai meletakan kepalanya di atas pangkuan sang raja kutukan.

"Gojo Satoru. Apa kau pernah mendengar namanya?" tanya Megumi kemudian.

Tanpa menunggu jawaban. Megumi mulai kembali menjelaskan.

"Saat ini pria itulah yang di juluki sebagai penyihir Jujutsu terkuat sedunia," sambungnya.

"Tinggi. Rambut dan kulitnya seputih salju dengan mata sebiru langit tak berawan. Penampilannya yang mirip orang asing dan kepribadiannya yang mirip orang gila. Semuanya sangat lah mencolok. Kalau kau pernah bertemu sekali saja dengannya, aku jamin kau tak akan pernah melupakannya."

Entah apa yang membuat pemuda tersebut memberikan penekanan pada kalimatnya. Sukuna tidak berani mempertanyakannya, dia hanya mengangguk sambil menjawab "Dia orang yang berhasil membuatku sekarat."

"Tentu saja tak akan ada yang lain selain pria tersebut yang mampu melakukannya," balas Megumi masih memasang senyuman penuh artinya.

Berusaha tetap mengabaikan senyuman tersebut. Sukuna pun berkomen, "Sudah kuduga. Kau terlalu banyak menyimpan informasi."

"Karena aku tidak sepenuhnya tak berhubungan dengan mereka. Tiga keluarga besar maksudku," balas Megumi santai seraya membenahi posisi bebaringnya. Sekarang pemuda itu malah menyamankan diri memeluk perut Sukuna.

"Oi!" protes Sukuna.

"Biarkan aku seperti ini dulu," pinta Megumi. "Sebagai ganti yang tadi sore."

OXO

Fushiguro Megumi---atau yang pada awalnya di takdirkan sebagai Zenin Megumi. Dia adalah anak kedua dari hasil perkawinan ayahnya dengan seorang wanita di luar klan.

Ayahnya mulanya hanyalah salah satu anggota keluarga Zenin yang di asingkan lantaran tak memiliki energi kutukan. Setelah meninggalkan keluarganya dan menikahi seorang wanita desa. Pasangan tersebut di berkahi dua orang anak----putri tertua lahir sebagai manusia biasa, sama sekali tak berhubungan dengan kekacauan atau pun pertikaian dalam komunitas penyihir. Sedangkan putra bungsunya lahir sebagai seorang anak yang di masa depannya akan menjadi kartu andalannya untuk membalaskan dendam kepada keluarga Zenin.

Anak tersebut ialah Megumi. Anak yang mewarisi teknik kutukan 10 bayangan yang melegenda. Sangat aneh menemukan orang sepenting dirinya berada di pingiran ibu kota. Bukannya seharusnya saat ini ia sedang di perebutkan atau di paksa untuk mengabdi kepada klannya?

"Entah karena bukan takdirnya atau hanya sekedar sial. Pada akhirnya rencana ayahku di gagalkan dan ia terbunuh di tengah misinya sebagai pembunuh bayaran," jelas seorang pemuda yang mewarisi marga ibunya tersebut.

Selama Megumi bercerita. Sukuna hanya diam mendengarkan dan pura-pura tak tahu menahu akan pelukan pemuda tersebut yang semakin mengerat di setiap kalimat.

"Yaah. Pada saat itu ia harus berhadapan dengan Gojo Satoru. Kurasa memang waktu itu ayahku sedang sial huh," komen pemuda itu santai di akhir.

Sukuna menggaruk belakang kepalanya, sebelum menghelakan nafas panjang di atas udara malam. Iris merah darahnya memantulkan bayangan bulan purnama. Diam, sama sekali tak mengatakan apapun sedari tadi. Namun entah apa saja yang tersimpan di dalam benak sang raja kutukan.

".....katakan sesuatu!" seru Megumi memecahkan hening yang sempat berlangsung beberapa saat. Sekarang dia baru tahu bagaimana perasaan teman-temannya dulu apabila hanya dia sendiri yang diam selagi yang lain mengoceh---ini pertama kalinya ada yang lebih pendiam selain dirinya. Dan entah mengapa hal tersebut membuatnya jengkel.

"Aku sudah mendengarkan mu kan?" balas Sukuna judes. "Kau ingin aku bilang apa?"

Megumi memindah posisinya untuk mengadahkan kepalanya. "Kau sama sekali tak berperasaan huh?" komennya seraya menaikan alis. Tentu saja dia tidak sebodoh itu untuk membuat ekpektasi mustahil terhadap sang raja kutukan.

"......buat apa aku berkomentar terhadap sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan apa yang sedang terjadi di antara kita berdua?" balas Sukuna lagi.

Sekarang Megumi yang semakin tak paham, mengerutkan dahinya. "Maksudmu?" tanyanya mendikte.

"Mau Fushiguro Megumi atau pun Zenin Megumi. Kau pasti sudah memutuskannya kan? Berniat menjadi siapa dan hidup sebagai siapa. Kau cukup pintar untuk mengurusi masalahmu sendiri. Makanya aku tak mau repot-repot menghabiskan nafasku hanya untuk mengocehkan sesuatu yang sudah dari awal kau pahami."

Padahal beberapa saat yang lalu bungkam. Kini Sukuna mulai berucap panjang---melontarkan banyak hal yang tak akan pernah di sangka orang lain bahwa kalimat-kalimat motivasi semacam itulah yang keluar dari mulut sang raja kutukan yang terkenal bengis.

Megumi pun terkekeh geli setelah menyimaknya. "Bagaimana kalau saat kau seperti ini aku akan memanggilmu dengan nama Itadori?" tanyanya setengah bercanda.

Sesuai dugaannya. Sukuna mulai membuat wajah sewot sekaligus merajuknya. Dirinya sama sekali tidak terima apabila dia harus tetap di panggil dengan nama konyol tersebut, bahkan di saat mereka sedang berduaan.

"Ngomong-ngomong," Megumi tiba-tiba bangkit dari bebaringnya lalu bangkit berdiri. Pemuda itu membenahi kerah pakaiannya. Sudah kebiasaannya untuk merapikan bajunya setelah selesai berbaring ataupun duduk.

"Jawabanmu yang tadi salah besar Sukuna," sambungnya dengan senyuman jenakanya. "Tolong jangan melihatku seperti itu. Tentu saja aku sangat menghargainya." Pemuda itu terlihat sangat menikmati tatapan sewot sang raja kutukan.

"Namun seharusnya kau bertanya. Lebih menggali informasi mengenai teknik kutukan yang sekarang ini kumiliki," Megumi berdiri di tempat seraya memasukan kedua tangannya kedalam lengan baju. "Terutama karena orang yang dulu berhasil menyegelmu adalah seseorang yang memiliki teknik yang sama denganku kan?"

Nada lembutnya yang seolah sedang mengajar anak kecil itu masih di pakainya. Membuat Sukuna mulai muak mendengarnya. "Segera katakan apa maumu. Fushiguro Megumi," titahnya. Mungkin dalam tahap ini. Sang raja kutukan sudah terbiasa terbawa arus permainan lelaki manusia di hadapannya itu.

"Kalau itu Sukuna....."

Senyuman Megumi melebar. Seolah sedang menyaksikan mekarnya bunga mawar tepat di hadapannya, Sukuna pun membulatkan mata.

Fushiguro Megumi, seorang pemuda berparas agak feminim dan selalu memiliki garis teduh. Seseorang yang terpelajar, sekilas tak menyimpan kelemahan. Dia adalah seorang manusia yang menyimpan sebuah jiwa yang unik dan komplek.

Sekali pun itu sang raja kutukan,

"Kurasa aku tidak akan mempermasalahkan apabila kau ingin memanfaatkan tenik kutukan ini. Atau lebih tepatnya. Aku ingin kau melakukannya, sebagaimana niat mendiang ayahku dulu."

Tidak ada yang bisa membaca apa yang ada di benak pemuda tersebut.

TO BE CONTINUE 

A/n:

Semoga tidak membinggungkan ataupun terlalu cepat alurnya. Maaf kalau terkesan seperti melompat-lompat. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top