Chapter 03 : The King of Curses
Ryomen Sukuna. Semasa hidup, merupakan seorang manusia, seorang penyihir Jujutsu terkuat di eranya. Tak ada yang bisa mengalahkannya, semuanya menakuti keberadaannya. Dan setelah mati, jiwanya bangkit menjadi kutukan yang kelak di sebut-sebut sebagai raja dari kaumnya sendiri.
Makhluk yang terkenal bengis, tak berperasaan. Keberadaan yang lebih baik tetap menjadi sebuah isapan jempol. Hidupnya hanya di tentukan dari dua hal: apa yang ia sukai, dan apa yang tidak ia sukai. Dia hanya bergerak atas hasratnya sebagai diktator.
1000 tahun lalu maupun 1000 tahun kemudian. Mana ada satu pun makhluk hidup waras yang berani berbuat macam-macam dengan dirinya, sang raja kutukan.
Seharusnya segala makhluk hidup takut kepadanya, membencinya, tunduk, atau bahkan berusaha membunuhnya dengan alasan mempertahankan kedamaian.
Lalu, apa-apaan dengan satu lelaki di hadapannya saat ini? Seorang manusia muda yang tubuhnya rapuh dan lemah, bahkan tak mampu mempertahankan energi maupun teknik kutukannya---manusia berbakat yang menyia-nyiakan potensi terbesarnya.
"Bantu aku mengerjakan penelitianku?" begitu tawaran dari sang manusia. Tanpa rasa takut maupun segan, pemuda tersebut bertanya sambil merangkak manaiki sang raja kutukan yang berperawakan kekar dan besar.
"......kau sama sekali tidak menjelaskan niatmu. Fushiguro Megumi," balas Sukuna tanpa bergerak barang se-inci pun. Sang raja kutukan mengerutkan dahinya, saat Megumi malah menyunggingkan senyuman manis yang tipis.
"Sebenarnya. Entah mengapa pemerintah memintaku untuk melakukan penelitian mengenaimu," terang Megumi mengawali. "Tanpa perlu ditanya pun. Kalau aku gagal menebak maksud mereka, sudah pasti. Kepalaku akan melayang," sambungnya seraya membuat gerakan memotong di lehernya sendiri.
"Padahal.....beberapa saat yang lalu kau terang-terangan memintaku untuk membunuhmu," komen Sukuna seraya mendorong pelan tubuh Megumi yang di rasa terlalu dekat. "Jadi? Kau ingin aku membantumu, lalu apa?" tanyanya mendikte.
"Setelah aku menyelesaikan thesis ku. Kau bisa langsung membawa pulang jarimu," jawab Megumi mantap seraya turun dari pangkuan. Bibirnya memang memasang senyum manis namun sinar matanya begitu datar---kosong dan dalam. Sama seperti sebelum-sebelumnya. Nampaknya pemuda tersebut bukanlah tipe yang sayang nyawa. Tapi terlihat jelas bahwa ia bukan orang bodoh. Kalau mau membuang nyawa, buanglah pada sikon yang tepat.
"Manusia pun juga bisa membenci manusia lainnya huh," komen Sukuna lirih yang mungkin tidak terdengar oleh lawan bicaranya. Sang raja kutukan lalu mengosok lehernya, menimang-nimang tawaran yang sepertinya tidak terlalu buruk untuknya. Namun tak ada salahnya apabila ia meningkatkan kewaspadaannya pada manusia unik di hadapannya.
"Apa yang terjadi padamu setelah kau kehilangan barang yang di titipkan padamu? Bukannya hasilnya bakal sama saja?" Mungkin di muka bumi ini. Hanya Megumi seoranglah yang mendapatkan segudang pertanyaan dari sang raja kutukan. Jujur saja, saat ini Sukuna telah menunjukan ketertarikannya pada seorang manusia muda.
Megumi mengangguk meng-iyakan. "Kau benar. Tapi kalau tebakanku tepat. Kurasa aku akan baik-baik saja selama aku mengatakan bahwa Ryomen Sukuna-sama sendiri lah yang datang untuk merebut jarinya," terangnya yang setelah itu beranjak berdiri.
Mata Sukuna mengikuti gerak-gerik Megumi yang berjalan mendekati pintu teras yang mengarah ke halaman rumah. Pintu bergeser dan di buka lebih lebar, membiarkan sinar matahari terik menyusup masuk dan menerangi ruangan.
Setelah terdiam sesaat sambil menatap langit biru tak berawan, lantas Megumi menoleh ke belakangnya, dimana Sukuna masih duduk manis di tempatnya.
"Sebagai permulaan. Bagaimana kalau aku bertanya mengenai wujud mu terlebih dahulu?" tanya pemuda bersurai hitam jabrik tersebut. Sambil menunggu jawaban, sepasang iris gelapnya mengamati penampilan sang raja kutukan dari ujung kepala sampai kakinya.
Dikatakan dalam legenda apabila Ryomen Sukuna adalah kutukan berwujud manusia raksasa berlengan empat dan bermata empat pula. Namun yang tinggal ke kediamannya saat ini adalah kutukan yang berwujud menyerupai manusia pada umumnya---seorang pria dewasa bertubuh kekar dan yang berupa garang. Dengan tata-tato yang menghiasi sekujur tubuhnya. Bisa jadi ia di sangka sebagai seorang bos Yakuza.
"Sudah kubilang. Saat ini aku sedang tidak dalam kondisi prima, maka karna itulah aku tak bisa berbuat banyak." Walau sang kutukan masih belum bilang setuju pada penawaran Megumi. Sukuna mulai menjelaskan situasinya sambil memasang wajah sewot----siapa sangka berbicara dengan sang raja kutukan adalah suatu hal yang cukup mudah dilakukan?
Singkat penjelasan. Wujud Ryomen Sukuna saat ini merupakan wujudnya yang dalam mode penghematan. Meski demikian kekuatan yang dimilikinya saat ini masih berada jauh di atas rata-rata para kutukan----bahkan melawan kutukan tingkat khusus pun dia masih sanggup.
Dan mengenai kondisi babak belur Sukuna kemarin. Katanya bukan di sebabkan oleh kutukan----mulai dari sini Megumi mulai serius mendengarkan ceritanya. Terutama karena yang berhasil membuat seorang Ryomen Sukuna sekarat katanya adalah seorang manusia, lebih tepatnya seorang penyihir Jujutsu.
"Jadi. Setelah kau berhasil kabur dari si penyihir itu, kau sampai ke rumahku. Dan karena salahku, kau jadi terpaksa menghabiskan sisa tenagamu untuk menyelamatkanku dari kutukan lain..." oceh Megumi mengambil kesimpulan. Sementara Sukuna menekuk bibir karenanya, tentu saja kata kabur pasti sangatlah merusak reputasi sekaligus harga diri sang raja kutukan.
Melihat reaksinya yang cukup menggemaskan. Megumi pun lantas terkekeh pelan, wajahnya sedikit memerah lantaran tertawa setelah sekian lama terus memasang wajah yang seolah dirinya berkata sudah bosan hidup.
Sejujurnya. Sudah lama Megumi tak merasa sesantai ini---dan siapa sangka ia akan merasa demikian ketika berhadapan dengan sang raja kutukan.
"Kurang lebih sekarang aku memahami situasi mu," ucap Megumi seraya memasukan kedua tangannya kedalam masing-masing lengan kimononya. "Dan kalau aku benar. Maka tidak ada orang lain selain orang itu yang menarik senar," sambungnya dengan penekanan yang terdengar menyiratkan banyak makna tersembunyi.
Ingin Sukuna menunjukan rasa penasarannya namun terlalu gengsi dan akhirnya memilih untuk tetap diam. Apalagi urusan para manusia bukanlah urusan kutukan seperti dirinya.
Megumi melangkah mendekatinya. "Mulai sekarang. Mohon kerja samanya. Ryomen Sukuna-sama," ujarnya. Lalu mengulurkan tangan kanannya dengan senyuman tipis menghiasi parasnya yang terkesan kekanakan.
Sukuna mendengus kasar namun akhirnya ikut tersenyum juga. Matanya menatap sejenak iris sewarna dalamnya lautan, yang mana Megumi masih menunggunya dengan sabar. "Jangan terlalu merepotkan ku. Bocah," balasnya dengan nada mencemooh sekaligus setengah bercanda.
"Umurku sudah 23 tahun."
"Masih bocah bagiku."
OXO
Sudah ribuan tahun lamanya Asia selalu mendominasi semua teknik Jujutsu, terutama Jepang. Di setiap seluk beluk muka bumi ini, yang namanya kekuatan supranatural ataupun dunia gaib selalu menjadi topik hiburan yang berada dalam area abu-abu, dimana beberapa orang mempercayainya dan sisanya tidak mempercayainya bahkan meremehkannya.
Di era menuju gaya hidup modern. Penyihir Jujutsu pun kehilangan tempatnya, walau pekerjaan tersebut masih sangat di butuhkan. Populasi mereka semakin menipis dan sekarang tergolong langka----Fushiguro Megumi pernah membuat perhitungan dengan topik yang serupa. 50 tahun atau 100 tahun ke depannya, mungkin teknik Jujutsu akan menghilang sepenuhnya dari dunia ini. Namun era kutukan tak akan pernah terjadi, lantaran dunia supranatural berlahan akan semakin terlupakan dan sudah tak akan lagi di permasalahkan.
Secara teori memang mudah mengatakannya. Kenyataannya, di dunia ini banyak sekali macam-macam kehidupan supranatural dan monster kutukan hanyalah salah satunya.
Dengan indera keenam yang dimiliki Megumi. Pemuda itu sudah banyak menemui banyak makhluk selain kutukan----seperti: roh bergentayangan, siluman, setan, iblis, bahkan dewa penunggu kuil dan makhluk mistis lainnya.
Dan saat ini. Kebetulan saja yang harus di tanganinya adalah kutukan, raja dari segala kutukan lebih tepatnya. Hanya segelintir kutukan saja yang di beri nama dan Ryomen Sukuna adalah salah satunya---keberadaannya sangat unik dan spesial. Jelas-jelas perlu di pelajari lebih lanjut. Terutama karena mengingat latar belakangnya sebagai mantan manusia.
Beberapa hari tinggal bersama dengan Ryomen Sukuna. Sedikit mengecewakan karena Megumi belum mendapatkan data selain kisah hidup dari sang raja kutukan.
Setelah bangkit menjadi kutukan. Ryomen Sukuna banyak membunuh penyihir Jujutsu, bahkan menyebabkan berbagai musibah di pemukiman manusia. Orang awam pun akhirnya menganggap keberadaannya sebagai bencana alam, bencana yang tak mampu di hentikan oleh manusia.
"Lalu? Siapa pelaku sebenarnya dari yang menyegel kekuatanmu?" tanya Megumi masih di tengah sesi interogasi. "Kau bilang jari yang kusimpan adalah jari terakhir yang harus kau makan kan?" tanyanya lagi agar lebih yakin akan ingatannya sendiri.
"Zenin," jawab Sukuna singkat dengan nada ogah-ogahan. Sudah beberapa hari mereka tpinggal seatap dan sesi wawancara ini sudah menjadi kegiatan rutin mereka. Jangan salahkan Sukuna kalau ia mulai merasa jenuh karenanya.
"Zenin?" Megumi mengulang nama tersebut. "Kau bilang Zenin?" tanyanya lagi.
Kali ini pemuda itu membuat raut wajah yang sukar di diskripsi kan. Megumi meletakan cangkir tehnya di atas meja lalu mengalihkan wajahnya. Setelah menghelakan nafas panjang, kemudian ia kembali bertanya, "Zenin siapa?"
Sukuna bergidik bahu, acuh tak acuh. "Aku lupa," jawabnya santai.
Sikapnya tersebut lantas membuat Megumi menepuk jidatnya lantaran frustasi. Tak habis pikir pula. Bagaimana bisa Sukuna melupakan sesuatu sepenting itu? Bukannya seharusnya ia menyimpan dendam pada orang yang sudah menyegel kekuatannya dan mengurungnya di penjara bawah gunung suci yang terletak di bagian utara Jepang?
"Ah tapi......" Tiba-tiba raut wajah Sukuna berubah lebih serius. "Dia adalah pengguna Shikigami bayangan persis seperti dirimu," sambungnya yang sekali lagi berhasil menarik respon langka dari Megumi yang selalu memasang ekpresi muka datar.
Detik itu juga Megumi memutuskan untuk mengakhiri sesi wawancaranya. Pemuda itu beranjak dari tempatnya lalu merapikan kimononya sebelum menuju ke arah pintu. "Aku lapar," ucapnya mencari alasan untuk meninggalkan tempat tersebut.
Namun Megumi tak menyangka kalau Sukuna akan mengekor di belakangnya, mengikutinya sampai ke pintu depan. "Kenapa kau ikut?" tanyanya ketus seraya mengadahkan kepalanya ke sosok yang lebih tinggi darinya itu.
"Terakhir kali aku membiarkanmu keluar sendirian kau pulang dalam keadaan terluka," jawab Sukuna datar. Seolah apa yang terjadi pada Megumi kemarin sore sangatlah merepotkan baginya.
"Ka--kakiku cuma terkilir!" balas Megumi tak mau kalah dengan wajah tersipu malu-malu. Kemarin ia sudah mempermalukan dirinya sendiri di depan sang raja kutukan, dengan terpleset di depan gerbang rumahnya lantaran saking terburu-burunya ingin cepat masuk kedalam dan berlindung dari kejaran monster.
"Po-pokoknya jangan ikuti aku!" titah Megumi seraya memutar balik badannya.
Kebetulan, pada saat yang sama. Pintu depannya bergeser dan terbuka menampakan sosok seorang wanita paruh baya yang terlihat familiar di mata sang pemilik rumah.
"Selamat siang Fushiguro sensei," sapa wanita itu dengan senyuman beramah tamah. Lalu wanita paruh baya itu mengalihkan pandangannya ke sebelah Megumi. Sesaat ia terlihat terkejut namun kemudian tersenyum ramah lagi. "Oh Fushiguro sensei. Sejak kapan kau memutuskan untuk menerima seorang asisten?" tanyanya sambil tetap menatap ke arah Sukuna berdiri.
"Eh!?" Megumi pun lantas terkesikap mendengar pertanyaan tersebut. Pemuda tersebut langsung menoleh ke sisi kirinya dan mengadahkan kepalanya. "Orang lain bisa melihatnya!?" batinnya bertanya sambil menyembunyikan kepanikan dan keheranannya yang kini bercampur menjadi satu.
"Dia kerabat jauh ku yang baru saja datang dari desa," jawab Megumi kemudian, sambil memaksakan senyumannya. Setelah itu memberikan lirikan penuh arti ke Sukuna, meminta sang kutukan untuk tetap diam dan membiarkan dirinya seorang saja yang berbicara.
"Oh ternyata kerabat toh. Siapa namanya? Apakah dia akan menetap lama di Edo?"
Megumi harus menahan diri untuk tidak bertepuk jidat di tempat. Kenapa setiap orang tua selalu mempunyai pola pertanyaan basa-basi yang sama? Jujur saja Megumi jadi binggung harus menjawab bagaimana, jadi setelahnya ia hanya asal ceplos saja.
"Namanya Itadori Yuuji. Selama musim panas ini dia akan menetap untuk membantu ku mengerjakan beberapa tugas," jawab Megumi masih dengan senyuman paksanya. Sama sekali tak ambil peduli akan Sukuna yang berada tepat di sebelahnya.
Sang kutukan di buatnya tercenggang akan pemberian nama baru yang secara tiba-tiba terlontarkan dari mulut Megumi. Bagaimana bisa ia asal memberikan nama pada raja kutukan seperti dirinya ini!?
Megumi dan wanita separuh baya saling bertukar obrolan ringan sebentar lalu beberapa menit kemudian berpisah, setelah wanita tersebut memberinya sekantong penuh buah kesemek. Tetangganya itu terlalu baik dan perhatian. Megumi pun jadi tidak bisa merasa jengkel ataupun marah ke wanita baik hati tersebut.
"Kau juga bisa menghilangkan tato mu huh," komen Megumi begitu memastikan si tetangga sudah pergi. "Apa kau bisa makan makanan manusia? Sebagai permintaan maaf aku akan mentraktirmu. Bagaimana?" bujuknya pada Sukuna sedari tadi diam sambil memasang wajah jutek.
".....selama ada daging dan sake. Aku akan menerimanya," jawab Sukuna yang masih tengah merajuk.
Dan suasana hatinya sama sekali tak membaik ketika Megumi menertawakan jawabannya. "Hahaha....bukannya permintaan mu terlalu spesifik?" komen pemuda tersebut lalu menepuk pelan punggung lebar Sukuna beberapa kali.
Semenjak saat itu. Itadori Yuuji resmi menjadi nama manusia dari Ryomen Sukuna. Itu karena Megumi bilang bahwa orang-orang akan menganggapnya gila apabila memanggil Sukuna dengan nama aslinya di depan umum. Apalagi ini belum saatnya untuk menarik perhatian banyak orang---terutama pihak pemerintahan, maupun pihak para penyihir Jujutsu.
TO BE CONTINUE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top