KaseHana - 2
Ide buat drabble tema lagu masih banyak 0w0~
Tanpa banyak fafifu mari kita mulaaaai! XD
Chap ini dibuat untuk memenuhi keluhan ArataKashi yang bilang fandom Vocaloid sepi
emang kandjeng, emang sepi /cry/
Saia tidak tau anda suka ship ini atau tidak tapi tidak apa apa /heh/
-
{1. Ah, it's a Wonderful Cat's Life!}
Meme squad pakai nekomimi? Benar sekali.
Oliver awalnya sempat ribut dengan Fukase. Len menyuruh Oliver memakai nekomimi oranye karena rambut pirangnya cocok dengan warna itu. Fukase datang-datang langsung protes karena sebagai memelord (atas dasar pengakuan sendiri) di agensi Vocaloid, seharusnya dia yang memakai nekomimi oranye untuk merepresentasikan kocheng oren, memelord server kucing.
Len bersikeras memberi Fukase nekomimi hitam, sesuai music video aslinya. Fukase masih ngotot.
"Sudah, sudah... Jangan bertengkar lagi, ayolaah..." Piko memanyunkan bibir. Beberapa oknum pengintip yang sengaja tidak disebutkan namanya nosebleed. Bagaimana tidak? Seorang Piko dengan nekomimi putih bisa membelokkan (sedikit) orientasi para kaum adam.
"Kalian mau pekerjaan cepat selesai atau tidak?" Flower melipat tangan di dada. Nekomimi yang ia kenakan berwarna hitam dan putih sesuai rambutnya.
"Astaga..." Len sweatdrop. "Oliver, kalau kau tidak diam, James-mu akan kujadikan sate emprit."
"Jahat!" Mata Oliver berkaca-kaca.
"Fukase, ayolah. Kau tidak malu berebut dengan anak kecil?"
"AKU TIDAK KECIL!" protes Oliver.
"Sudah, sudah... Ini permen." Gumi menyodorkan lolipop Pend*kar B*ru pada Oliver. Kenapa harus Pend*kar B*ru? Karena murah, seribu dapet empat. Oliver langsung sorak-sorak bergembira.
Setelah beberapa kejadian tak penting tersebut, kita lanjut ke recording suara. Yang duet sudah bisa ditebak, Fukase dan Flower tentunya. Duo shota tadi cuma jadi figuran.
"Nista sekali." Gumi menahan tawa.
Apa yang nista? Kembali ke judul lagu, nyan nyan nyan nyan.
"Payah kau... Tidak natural sama sekali." Len menepuk dahi.
"APA MAKSUDMU, HAH!? KAUKIRA GAMPANG!?" Fukase menjambak rambutnya.
"Nyanyi 'nyan nyan nyan nyan' saja tidak bisa, mungkin seharusnya memelord kita dipecat saja..." Piko cengengesan. Oliver malah sudah ngakak tak tertahankan, beberapa kali menghujani lantai dengan tabokan.
"Coba lagi, coba lagi!" Len berkacak pinggang. Emosi jiwa raga dia menjadi penanggungjawab lagu ini.
"Nora wa saikou, nyan nyan nyan~♪" Fukase berjuang menahan geli-geli cringe jiwa.
"KEK ORANG STRUK CUUUUK!1!1!1!" Komen biadab Oliver membuatnya terkena hantaman papan clipboard dari Len.
"Gitu aja gak bisa." Flower memberi tatapan merendahkan. Fukase sesungguhnya sangat ingin memberi tendangan salto pada Flower namun ia mengurungkan niatnya. Belum ada seminggu jadian, jangan koid dulu.
"Kasih tau dia, kasih tau yang bener!" Len frustasi.
"Watashi wa yuuga yo, nyan nyan nyan~♪" Flower menyanyikan bagiannya dengan santai, tanpa beban sedikitpun.
CRITICAL!
Tebak siapa yang diangkut ke rumah sakit gara-gara nosebleed? Bukan saya.
{2. Google Re Kasu}
Piko menguap. Ia tak tahu berapa lama Fukase meminjam laptopnya. Awalnya Piko mengira Fukase hanya akan meminjamnya sebentar untuk mengecek viewer lagu yang baru dirilis atau mencari music sheet, awalnya.
Piko melihat jam dinding. Demi apa, empat puluh lima menit. Apakah Fukase sedang mengerjakan skripsi?
Berbekal kesabaran yang menipis, kepala antena si Utatane pun melongok ke layar laptopnya. Emosinya memuncak ketika melihat 20 tab browser di layar.
"Se, itu namanya nyiksa laptop."
"Ngelag terus! Dasar laptop kentang!"
"KENTANG KEPALAMU, KAU SAJA YANG BUKA TAB TANPA BERPERIKEKOMPUTERAN!"
"AAAAAAAH BERISIK!"
"Memangnya apa yang sedang kaucari, hah?" Piko mulai curiga kalau-kalau Fukase mau membobol rekening Presiden Zimbabwe.
"Kau tahu lagu Google re Kasu?"
"Kenapa?"
"Itu dia. Aku mencari warna celana dalam seseorang, kau tahu?"
"KALAU BEGITU CARI DI JEMURAN JANGAN DI INTERNET, BODOH!"
{3. Suki Kirai}
Di siang yang indah, para bocil, eh, gadis sedang ghibah. Astaghfirullah.
"Oi, Kak Flower benar-benar jadian dengan Lord Fukase?" tanya Una.
"Yang benar saja?" Rana berhenti bermain PSP demi topik panas yang menggelitik.
"Kalian baru tahu?" Yuki menanggapi dengan santai sambil mengupas apel.
"Yah, mereka terlalu aneh untuk dibilang couple." timpal Una.
Rana berpikir sejenak. "Yah, tidak aneh sih kalau dua orang yang sering bertengkar itu jadi couple, seperti di lagu Suki Kirai."
"Memangnya lagunya bagaimana? Aku belum pernah dengar." tanya Una.
"Kau belum pernah dengar? Padahal minggu kemarin aku membuat cover bersama Kak Kyo. Kau tidak nonton ya?" Rana menggembungkan pipinya.
"Kalau aku nggak nge-ship, aku nggak nonton." Una nyengir.
"Intinya sih, lagunya tentang cowok yang suka sama cewek, tapi ceweknya masih ragu dengan perasaannya sendiri. Tapi ending-nya mereka jadian kok!" Jelas Yuki. "Mirip, kan?"
"Wah, aku baru tahu Kak Flower bisa punya perasaan seperti itu." Una mengangguk-angguk.
"Terlalu cool sih. Apalagi Kak Flower tomboy banget, benar-benar gak cocok sama urusan percintaan!" ucap Rana.
"Bukan berarti dia gak berhak punya pacar, kan?" Yuki sweatdrop.
"Masalahnya Lord Fukase tidak seperti Kak Len di lagu itu kalau menurutku." Una memansang pose berpikir.
"Kok bisa?" tanya Yuki.
"Di lagu itu, cowoknya frontal sekali soal menyatakan perasaan! Sedangkan Lord Fukase bisanya cuma ngajak berantem Kak Flower!" Una membeberkan hujatannya. "Lord payah!"
"Benar juga!" seru Rana.
"Kalian bahas apa, sih?" Oliver dan James yang bertengger di topinya menghampiri bocil-bocil itu.
"Beritahu si memelord itu kalau dia payah!" ujar Una.
"Pengecut!" kata Rana.
"Bodoh!" sambung Yuki.
"Tidak punya harga diri!"
"Tidak cocok jadi laki-laki!"
"Cupu!"
"Idiot!"
"Tolol!"
"Tidak peka!"
"Gila!"
"Gak cocok jadi memelord!"
"SUDAAAAAH!" teriak Oliver. "Kenapa kalian tidak bilang pada Flower?"
"BENAR JUGA!"
Tepat sekali. Flower baru saja lewat di depan mereka.
"Uwaaah. Ada apa, anak kecil?"
"Kak Fukase itu payah!"
"Pengecut!"
"Bodoh!"
"Tidak punya harga diri!"
"Tidak cocok jadi laki-laki!"
"Cupu!"
"Idiot!"
"Tolol!"
"Tidak peka!"
"Gila!"
"Gak cocok jadi memelord!"
"Yang kalian katakan semuanya benar." Flower melipat tangan sambil tersenyum. "Biarkan saja dia begitu."
"Kenapa, Kak?" tanya Rana.
"Aku suka." Flower mengangkat alis, lalu berbalik meninggalkan mereka.
"Mereka memang dua orang yang aneh..." Oliver geleng-geleng.
{4. Insanity}
Fukase tidur-tiduran di kamarnya. Ia sedang libur hari ini. Memelord juga butuh istirahat, kalian tahu?
Dua hari tanpa kerjaan rasanya terlalu damai. Jarang-jarang ia bisa rebahan di tengah kesibukan baru-memenuhi album dengan cover bersama Flower, maksudnya.
Omong-omong soal Flower, sudah dua hari tidak bertatap muka. Fukase kangen? Pasti. Lockscreen dan wallpaper HP Fukase adalah bukti kebucinan tiada tara. Terpampang Flower sedang mengacungkan jari tengah dengan wajah datar dilengkapi teks 'Don't touch my phone!' di bawahnya. Fukase mengetikkan kata sandi, dan lockscreen itu berganti dengan potret Flower dalam balutan gaun ala gadis-gadis dalam lagu Madness of Duke Venomania. Proyek lagu itu harusnya dikerjakan hari ini, namun masuknya Oliver dalam daftar pemain menuai kontroversi. Akhirnya pengerjaan lagu itu dibatalkan, atau setidaknya ditunda. Mungkin Master belum mau diciduk FBI, KPAI, atau semacamnya.
Notifikasi baru muncul. Cover lagu Insanity milik mereka telah ditonton tiga ribu dua ratus kali setelah seminggu dirilis. Fukase senang. Saya juga senang.
Headset hitam-merah bermerek N*xus seperti punya author pun dipasang Fukase dan dipakainya untuk mendengarkan lagu itu. Beat musik yang asyik dipadu dengan makna lagu yang dalam tentang kewarasan yang hilang menjadikan lagu ini masuk dalam daftar lagu favoritnya. Versi terbaik selain original? Jelas covernya lah, siapa lagi?
Fukase hendak menggulir layar untuk membaca komentar, namun perhatiannya terfokuskan pada salah satu video rekomendasi untuk tontonan.
Lagu yang sama, iNSaNiTY. Versi Flower dan Yuuma.
Dengan viewer lebih banyak, tiga ribu tiga ratus dua orang.
Keesokan harinya, satu studio gempar.
"FUKASEEEEEEEEEE!!! AMPUUUUN!!!"
"KEMARI KAAAAAAAUUUUU!!!" JANGAN LARI DASAR MANUSIA PINK SIALAN!!! TIDAK AKAN KUAMPUNI KAU KARENA VIEW-MU LEBIH BANYAK DARI COUPLE CANON, KEPARAT!!!"
"KEMBALIKAN ROADROLLERKU, BODOH!"
"ITU ROADROLLERKU!"
"ENAK SAJA! ITU PUNYAKU!"
"TIDAAAAAK! JAAAMEEEES!"
Yap, Fukase mengamuk dengan roadroller Kagamine hasil curian. Yuuma bisa dipastikan sedang jogging menghindari Fukase. Rin dan Len mengejar maling, Oliver mengejar James yang hampir disenggol roadroller ketika sedang mematuk biji-bijian yang tersebar. Sementara Piko sedang mandi.
"Pagi yang indah..." ucap Flower sambil meminum susu di atas meja.
"Flower, manusia menciptakan kursi dengan maksud dan tujuan tertentu..." Yukari geleng-geleng.
{5. Romeo and Cinderella} (spesial untuk Watanabe_Chiaki)
"Tambah lagi?" Flower mendesah capek. Jangan berpikir aneh dulu, ini hanya capek nyanyi, bukan yang lain-lain.
"Ayolaaah, satu lagu lagi. Besok kau bisa libur!" bujuk IA.
"Terserahlah. Kuharap ini cepat selesai." Flower memutar bola mata.
Baru kali ini Flower lembur di akhir pekan. Salahkan para produser yang sedang getol-getolnya membuat remix lagu rock dan ia yang dipilih untuk menyanyikannya. Kenapa tidak minta pada Lily atau Kiyoteru atau IA? Flower baru ingat Kiyoteru cukup sulit mendapatkan dispensasi dari sekolah tempatnya mengajar dan Lily sedang menghadiri acara wisuda di universitas tempatnya menekuni studi. IA sudah mencoba lagu ini tadi, namun ia berkilah suara Flower akan lebih cocok darinya (walau pada akhirnya kedua cover akan di-upload oleh Master) untuk menyanyikan lagu ini.
"Lagu mesum keparat ini?" Flower menunjukkan wajah jijik.
"Uhm, kalau kau tidak mau ilustrasi setengah telanjang itu dipajang, kau bisa pakai dance PV saja." jawab IA canggung sambil merinding karena aura membunuh Flower tiba-tiba mengalahkan Mayu ataupun Sukone Tei.
Sementara itu, di supermarket lima ratus dua puluh meter dari apartemen studio.
Menenteng belanjaan dalam tote bag, Fukase baru saja membelikan makanan titipan kawan-kawannya. Apel titipan Oliver yang cukup mengherankan, entah mengapa bocah itu tiba-tiba doyan buah. Es krim rasa permen karet untuk Kaito. Kopi untuk Piko, jangan digabung nanti jadi Kopiko. Bumbu nasi goreng untuk Yohio yang akhirnya mau memasak sendiri setelah tiga bulan nongkrong di warung ramen sebelah lampu merah. Saos tiram untuk bumbu ikan milik Luka. Ada juga kebutuhan pribadinya, seperti alat mandi dan bumbu kare yang akan dimasaknya hari itu juga.
Flower dari siang tidak mengabari. Masihkah ia sibuk sampai sekarang? Ketika Fukase ingin menemuinya di ruang musik, Flower sedang tertidur dengan kertas-kertas menutupi wajahnya. Fukase mengurungkan niat untuk membangunkan sang gadis.
Ketika Fukase hendak menyeberang jalan, ia melihat toko minuman langganan Flower. Tanpa pikir panjang, ia langsung mendekati toko itu.
"Boba milktea satu, gulanya setengah dari aslinya."
Flower tidak pernah mengatakan pada Fukase rasa apa yang ia minum, namun namanya juga Fukase, memperhatikan diam-diam. Tidak se-stalker itu sebenarnya, Fukase pernah mencoba minuman itu sekali. Ia pikir rasa manis berlebihan akan menyerang indera pengecapnya, namun takaran gula yang diminta Flower ternyata tak sebanyak porsi aslinya.
Lagipula, gadisnya lebih manis dari semua makanan dan minuman bergula.
Pesanannya selesai dibuat. Fukase lalu meminjam spidol untuk menuliskan sesuatu di gelas plastik itu.
Kembali ke studio. Break lima belas menit berlalu, saatnya kembali bekerja. Flower membasuh wajahnya, berusaha menghilangkan sisa-sisa kelelahan.
Seseorang menepuk pundaknya, menyodorkan handuk padanya. Mata Flower masih terpejam, ia tak tahu siapa.
"Terima kasih."
"Sama-sama."
Flower seketika melotot ketika tahu suara itu milik seorang laki-laki.
"YUUMA APA YANG KAULAKUKAN DI SINI HAH-"
"Tenangkan dirimu, hahaha. Kita berada di wastafel luar, dasar."
Flower terdiam. Yuuma tersenyum. Flower yang bagaikan es batu ternyata bisa tolol juga.
"Ehm, maaf." ucap Flower sambil mengembalikan handuk itu.
"Kau pasti kelelahan." ucap Yuuma hangat, menerima handuk yang Flower sodorkan.
Flower menghela nafas. "Aku lembur beberapa hari ini, Yuuma. Lagu-lagu rock akhir-akhir ini banyak sekali, dan aku tak tahu mengapa Master ingin aku yang menyanyikannya."
"Jangan bicara seperti itu, kau ini tidak menyadari kemampuanmu atau bagaimana?" Yuuma menunduk, menatap langsung mata Flower.
"Yah, bukan begitu maksudku-"
"Suaramu itu indah." puji Yuuma. Flower menggigit bibir, menatap ke arah lain.
"Err, terimakasih?"
"Kau sudah selesai latihan belum hari ini?" Yuuma kembali berbasa-basi.
"Belum, Yuuma. Satu lagu lagi, Romeo and Cinderella, baru aku bebas." kata Flower sambil memainkan hoodie-nya.
"Sibuk sekali, kau tidak punya waktu istirahat atau bagaimana?"
"Yah, sebenarnya besok aku libur, sih." ucap Flower sambil merapikam rambutnya.
"Benarkah?" mata Yuuma bersinar. "Kalau begitu ayo kita-"
"Yuuma, tukang parkir bilang apa padamu?"
Yuuma berbalik. Fukase men-deathglare si remaja berambut merah jambu tanpa ampun. Flower kembali ke wajah smug yang biasa ia pasang ketika menang adu argumen.
"Mmm-maaf-"
"Ayo Yuuma~ muuuuun~"
"Mundur..." Yuuma putar balik, pergi sambil menyeret kakinya.
Flower tertawa geli melihat kelakuan dua lelaki tadi. "Tumben kau menemuiku." ucapnya sambil berpaling menghadap Fukase.
"Memangnya tidak boleh?" Fukase menepuk kepala Flower.
"Dih pegang-pegang."
"Memastikan saja siapa tau terbang."
Fukase tertawa. Flower ikut tertawa.
"Oh iya. Untuk queen of memes." Fukase menyerahkan boba milktea kesukaan Flower.
"Kau kesambet apa memberiku ini?" Flower menerima minuman yersebut dengan riang gembira bagaikan anak kecil yang dapat THR sejuta.
"Mana terima kasihmu?" Fukase menggaruk pipinya, sedikit kesal.
"Ah, terimakasih, memelord tampan." goda Flower entah ikhlas atau tak ikhlas. Fukase terpantau masih berpijak di tanah, mungkin otaknya yang terbang.
"Kau mau kemana?" tanya Fukase melihat Flower mulai berjalan ke arah ruang rekaman.
"Aku belum selesai tugas hari ini."
"Aku tungguin, oke?" Fukase cengar-cengir. Flower memutar bola mata. Entah apa yang akan diperbuat sang pemegang kekuasaan dunia meme Vocaloid secara absolut tak tergantikan pada hari ini. "Sekalian nanti ada yang ingin kubicarakan, sebentar saja. Awas saja sampai si Yuuma itu menggondolmu lagi."
"Ah, kau ini. Baiklah, ikut saja." Flower tersenyum.
Lima menit berlalu, Flower kembali ke depan microphone. Romeo and Cinderella versi rock kembali berputar, Flower menyanyi dan menari mengikuti beat lagu. Fukase menontonnya dari tempat yang tersedia.
Flower tak akan mau memakai sepatu kaca Cinderella. Dia juga bukan putri duyung. Terlalu kuat untuk menjadi putri tidur. Flower bukan putri salju, ia sekeras es batu.
Ia memang bukan putri.
Ia seorang ratu.
{6. Melt}
"Oliver lama sekali." Fukase menguap lebar.
Tiga dari empat anggota terduduk dengan gabutnya di bangku depan toko perhiasan. Mereka sedang menikmati akhir pekan setelah sibuk dengan rekaman. Jalan-jalan sedikit, bermain di game center, membeli jajanan di kafe, mampir sebentar ke toko buku yang sebenarnya tujuannya ngadem (yah, hanya Piko yang membeli kabel USB baru, itupun supaya tidak terlihat malu-maluin) dan juga ke toko perhiasan, kali ini dengan alibi Piko ingin membelikan sebuah liontin untuk Miki sebagai hadiah di hari ulang tahunnya.
Piko tak lama dalam memilih hadiah, tak sampai sepuluh menit ia sudah meminta pegawai toko membungkus sepasang anting berbentuk buah cherry dan liontin bunga sakura. Namun entah mengapa tiba-tiba perut Oliver tidak bersahabat dan mengharuskannya membuang hajat di kamar mandi terdekat. Mungkin karena Oliver memakan pai terlalu banyak hari ini.
Flower mengeluarkan beberapa lembar uang kecil, beranjak dari bangku panjang di depan toko menuju vending machine di seberang jalan. Selang tiga menit, ia kembali dengan sebuah es krim rasa mangga.
"Jajan lagi?" celoteh Fukase sekembalinya sang gadis.
"Oliver lama."
"Kau jajan sebanyak itu, tapi tubuhmu tetap saja kerempeng." Fukase tertawa. "Tidak ada isinya sama sekali."
"Ada ribuan perempuan yang menginginkan postur lidi, Fukase." jawab Flower, lalu mengemut es yang ia beli barusan.
Piko masih tenang di tempat, memandangi hadiah yang akan ia berikan. Sesekali senyuman terpancar darinya, bagaikan orang gila. Beberapa orang mulai memberi tatapan aneh padanya, tapi ia untungnya tak sadar akan hal itu. Atau tidak peduli, mungkin.
Fukase menarik-narik tali hoodie yang ia kenakan. Mencari sesuatu untuk dilakukan. Melempar-lempar topi kasual hitam miliknya, menghitung putaran anak-anak yang berkejaran di air mancur, atau sekadar bersenandung asal-asalan.
Flower masih berusaha menghabiskan es krimnya. Terlalu ngilu untuk langsung dihabiskan, terlalu panas untuk menikmati setiap detik. Flower memberanikan diri menggigit es krimnya. Apa yang terjadi? Giginya ngilu, ngilu sekali. Flower mengaduh pelan, lalu diam untuk beberapa saat.
Es krimnya mulai meleleh, beberapa tetes mulai menuruni jarinya.
Fukase menangkap lengannya, lalu menjilati es krim yang lengket di tangannya-juga yang menuruni stik es krim.
"A-Apa yang kaulakukan-"
"Jangan dibuang sia-sia, bodoh." Fukase mencuri sisa es krim Flower. "Kau tak bisa menghabiskannya?"
"Sini, berikan padaku."
"Aku menolaknya." Fukase melahap satu bongkahan es lembut itu. Raut wajah Flower menunjukkan ekspresi tidak senang.
Hanya beberapa detik.
Fukase memegang dagu Flower, memberikan es krim itu langsung ke mulutnya.
Flower terkejut dan berusaha memberontak, namun Fukase menahan tangannya.
Rasa mangga yang segar mulai memenuhi mulut sang gadis bersurai monokrom. Iris lembayung Flower setengah terpejam. Fukase masih menyapukan lidahnya, meratakan rasa es krim itu.
"Mmmhh-"
Piko menoleh. Ahoge-nya jadi lurus selama tiga detik. Ia memalingkan muka, pura-pura tidak melihatnya.
Fukase melepaskan ciumannya. Flower mencuri sisa rasa eskrim dengn menjilati bibirnya.
"Kalau begini kan habis." Fukase menjulurkan lidah.
"O-Oi, kau tidak tahu di seberang jalan banyak anak-anak?"
"Siapa peduli? Toh, mungkin mereka biasa melihat ayah dan ibu mereka berciuman di rumah." Fukase mengangkat bahu.
"Bodoh." Flower terkulai lemas di bangku. Mungkin semua tulang-tulangnya meleleh bersama dengan es krim mangga.
Piko bersiul canggung, tak tahu harus komentar apa.
Oliver masih duduk di kloset, menikmati waktunya.
Fukase kalem di luar, joget Ievan Polkka di dalam. Kita tahu ia tak akan keberatan dipukuli Flower nanti malam. Yah, mungkin saat mereka tiba di apartemen, Flower akan langsung meminjam road roller punya kakak-beradik Kagamine atau malah sekalian truk gandeng lima milik Chiaki.
LAKI, FEARLESS!
-
Owataaaa~ /kretek kretek/
Awalnya jeje pikir diri ini akan semakin produktif di WP ketika conoha menyerang, ternyata
ngga juga /slap/
Jangan lupa #dirumahaja ya sahabat. Salam rebahan~ uwe~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top