Bab 28 - Fallin ... love?

28
Fallin ... love?

"Bukankah perasaan manusia mudah sekali berubah-ubah? Bisa saja satu menit yang lalu kita mencintai seseorang, dan satu jam kemudian kita membenci orang tersebut."

⛺⛺⛺

"Eh katanya malem ini ada alumni yang hadir, ya?"

"Iya, katanya Kak Akbar juga dateng loh!"

"Serius? Waah! Asiiik!"

Nayya memutar bola mata mendengar obrolan beberapa anggota OSIS yang nampaknya punya banyak waktu senggang. Memang segitu populernya ya, Akbar? Tapi memang sih, gimana nggak. He's most wanted guy; tampan, baik, ramah, murah senyum, pinter, ketua OSIS pula. Siapa yang tidak mengagumi orang seperti itu? Nayya membatin.

"Nay," panggil seseorang. Nayya menoleh, mendapati Arkan di hadapannya.

"Kenapa, Kan?"

Arkan melihat arlojinya. "Udah waktunya penyalaan api unggun. Suruh peserta berkumpul di lapangan mengelilingi kayu bakar. Dan seluruh perwakilan ekstrakurikuler untuk berkumpul di sumber suara," titahnya.

"Siap, Bos!" Nayya memberi hormat lalu balik badan untuk melaksanakan perintah. Tapi ....

"Nay,"

Nayya berbalik. "Apa lagi?"

"Itu...,"ㅡArkan menyentuh dahinya sendiriㅡ"Beneran udah sembuh? Kenapa nggak pake perban aja sih? Nanti kena debu terus kotor, kalau infeksi gimana?"

Nayya tertawa kecil. "Bekas jahitannya udah dicopot dan ini udah kering. Kata dokter juga nggak papa, kok. Perasaan kemaren lo juga udah ngomong gini deh," Nayya menyipit heran.

"Iya sih, cuman ... mencegah lebih baik daripada mengobati, kan? Kalau mau bisa minta tolong Retha, dia kan anak PMR."

Nayya tersenyum. Maklum dengan kekhawatiran Arkan yang kadang suka berlebihan. Sejak kecelakaan waktu itu Arkan memang kerap sekali bertanya tentang keadaannya. Seolah penyebab kecelakaan itu adalah karena dirinya.

"Thanks, but I'm truly fine. Gak usah khawatir, oke!" ujarnya dengan cengiran lebar. Arkan pun hanya bisa menghela napas.

"Oh ya, banyak alumni yang dateng?"

"Lumayan, ada beberapa staf inti dan anggota sekbid. Mereka lagi di tenda panitia. Kenapa? Mau nyapa?"

Nayya mengangguk paham, kemudian menggeleng. "Ntar aja. Cabut dulu ya!" ujarnya melenggang pergi menuju sumber suara untuk kemudian memberi perintah sesuai petunjuk Arkan.

Malam itu adalah malam terakhir MOPD lapangan. Ide ini diusulkan oleh Arkan. Meskipun sangat sulit meyakinkan sekolah karena dari pihak sekolah mengkhawatirkan keselamatan calon peserta didik baru. Namun Arkan memberikan jaminan jabatannya, dia bilang dia akan bertanggung jawab penuh. Dan kegiatan MOPD lapangan ini tidak wajib. Hanya bagi siswa yang mau dan mendapat izin orang tua.

Semua peserta nampak sudah duduk melingkar mengelilingi kayu bakar yang siap untuk dibakar. Arkan memimpin seluruh perwakilan ekstrakurikuler untuk mengambil obor dan menyalakan api unggun.

"Kita menuju tumpukan kayu bakar dengan sikap lari dan sesuai dengan nomor urutan. Semuanya langsung mengelilingi kayu bakar lalu seperti yang sudah saya katakan sebelumnya. Meneriakkan motto masing-masing ekskul kemudian menaruh obor pada kayu bakar. Ada yang belum paham atau ingin bertanya?"

Semua diam. Saling menunggu jika ada yang ingin bertanya hingga kemudian berkata tidak ada.

Arkan mengangguk lalu menyuruh mereka bersiap. Semua berjalan sesuai rencana. Api unggun kini sudah menyala, semakin lama api itu semakin membesar. Seluruh peserta bertepuk tangan dan nampak begitu bersemangat menyaksikan api unggun.

Acara dilanjutkan dengan demonstrasi ekstrakurikuler, mereka tampil di sekitar api unggun dan disaksikan oleh semua peserta. Tujuannya untuk memperlihatkan bakat masing-masing anggota ekskul dan menarik minat peserta didik baru. Ada yang menampilkan drama, ada yang bernyanyi, ada yang memamerkan kekuatan, beragam penampilan dengan beragam bakat. Dan malam itu pun menjadi malam terakhir yang paling meriah.

Nayya menatap Arkan kagum. Tidak sia-sia dia mencalonkannya menjadi ketua OSIS dulu. He's doing great. Batinnya.

"Hei," sapa seseorang. Nayya sedikit terperanjat hingga ia menoleh dan mendapati Akbar yang tersenyum padanya.

"Oh, hai, Kak," sapanya kikuk. "Apa kabar? Udah lama?"

Akbar tersenyum. "Kabar baik. Dateng jam sepuluh tadi," jawabnya. "Kamu gimana? Udah baikan? Lukanya udah sembuh?"

Dengan sedikit tersipu, Nayya mengangguk. "Udah," jawabnya.

"Syukurlah kalau begitu. Sekarang lagi sibuk nggak?"

"Ini lagi nunggu giliran tampil, Kak."

"Ohh...,"ㅡAkbar manggut-manggutㅡ"ekskul Rohis, ya? Tampil ke berapa?"

"Iya, tampil terakhir. Hee. Nanti jangan lihat ya...."

"Loh? Kok gitu?"

"Maluu...," cicitnya.

Akbar tertawa. "Bisa malu juga ya ternyata?" gelaknya.

Nayya cemberut. Iya, aku cuma malu dan salah tingkah di depan kamu, Kak..., desahnya dalam hati.

Saat sedang asyik mengobrol, seseorang memanggil Akbar. "Bar! Sini, penting!"

"Oke, bentar!" sahut Akbar lalu kembali pada Nayya. "Nanti lanjut ngobrol ya, kangen udah lama gak ketemu."

Nayya langsung tersipu. Lalu menunduk. "Iya...," ujarnya pelan.

"Ya udah, sukses ya buat perform-nya!"

Nayya tersenyum. "Makasih, Kak."

Akbar menangguk lalu menghampiri teman yang tadi memanggilnya. Sepeninggal Akbar, Nayya menarik napas panjang. Seolah baru saja ia lupa bernapas. Ia mengelus dadanya yang berdebar begitu kurang ajar.

Huuu jangan gini doong, belum saatnya! Gak mau, gak mauuu...!

"Cieeeeee yang abis temu kangen!" ledek Safira yang entah datang dari mana.

"Safiraaaaa huaaa!" Nayya malah menjerit histeris. Memeluk sahabatnya.

"Apa sih? Jangan teriak-tetiak!" Safira melepaskan pelukan Nayya.

"Aduh, gue kenapa yaaa?"

"Apa sih? Gak jelas banget deh, udah siap-siap sana buat tampil. Ditungguin sama anak-anak tuh di tenda."

"Ah, iya bener. Ya udah, yuk," tukasnya lalu berjalan mendahului Safira.

Demonstrasi ekstrakurikuler sudah selesai. Ditutup dengan penampilan dari ekskul Rohis yang membuat semua merinding dengan takbir yang menggema dan renungan yang membuat beberapa siswa bercucuran air mata. Nayya sudah puas dengan penampilannya tadi.

Api unggun sudah tidak terlalu besar, semua peserta pun disuruh kembali ke tenda untuk beristirahat sejenak sebelum melaksanakan sholat subuh kemudian senam pagi. Sementara para panitia berkumpul di dekat api unggun. Memilih untuk beristirahat dengan sedikit hiburan; bernyanyi dan bercanda ria.

"Tadi keren banget," bisik seseorang tiba-tiba, mengagetkan Nayya.

"Eh, Kak Akbar...," ucap Nayya setelah menoleh.

"Aku sampai merinding dengernya, apalagi pas renungan, aku hampir nangis."

"Iya? Makasih loh," cengirnya lebar.

Akbar mengacungkan satu jempol sambil tersenyum lalu mengajak duduk ikut bergabung dengan anak-anak lain. Mereka duduk terpisah, Akbar bergabung ke bagian laki-laki, sementara Nayya ke bagian perempuan. Kegiatan di luar schedule ini menjadi asyik begitu mereka bernyanyi bersama hanya untuk menghilangkan lelah. Kadang lagu ceria, kadang lagu sedih.

"Dari alumni dong, nyanyi. Masa dari tadi kita terus," ujar Reno yang sejak tadi paling sering memegang gitar karena suaranya memang paling bagus dan permainan gitarnya pun sangat baik.

"Iya, Kak Akbar nyanyi dong! Tamu kehormatan masa diem aja," goda yang lainnya.

"Iya, ayo Kak!" semuanya berseru menyuruh Akbar bernyanyi.

"Oke, oke tapi jangan pada pingsan ya," candanya.

"Asiik! Belum mulai aja aku udah mau pingsan, Kak!" celetuk salah satu panitia perempuan. Membuat Nayya memutar bola mata mendengarnya. Tapi memang benar sih, Nayya akui setelah lulus penampilannya benar-benar nampak lebih dewasa dan menawan.

Nayya mendesah dalam hati. Mencoba mengontrol diri sesaat setelah Akbar menatapnya sekilas.

"Nyanyi apa, Kak?" tanya perempuan itu lagi setelah Akbar siap dengan gitarnya.

"Secondhand Serenade, fall for you...," jawab Akbar dengan mata tertuju pada Nayya.

Deg.

Nayya segera menundukkan pandangan. "Jangan berpikir yang enggak-enggak, Nay. Mungkin maksudnya ke orang lain, ya kan? Biasa aja, biasa aja," gumamnya sangat pelan sampai-sampai tak ada yang bisa mendengarnya kecuali dirinya sendiri.

"Waah! Kakak lagi jatuh cinta, ya? Cieeee...." semua kompak menggodanya. Dan Akbar hanya tersenyum.

"Jangan-jangan orangnya ada di sini, lagi. Iya nggak, Kak?"

"Iya," jawab Akbar tanpa ragu kembali melirik Nayya yang sejak tadi sudah diam seribu bahasa. Sibuk menenangkan diri dan detak jantungnya yang semakin tak bisa diatur.

Semua langsung berseru heboh dan bertanya siapa perempuan itu, mereka juga mencoba menebak-nebak.

"Woy udah dong! Ini mau nyanyi apa mau wawancara sih? Malah jadi kayak acara gosip gini," Sadiya melerai kehebohan. "Lagian itu privasi, kali. Pada kepo deh lu pada."

Semua diam. Pasalnya, Sadiya berbicara tanpa nada bercanda seperti biasa. Lalu Akbar mulai memetik gitar. Suasana pun menjadi hening, fokus pada satu objek.

The best thing about tonight's that we're not fighting
It couldn't be that we have been this way before ...

Suaranya mengalun merdu dengan petikan gitar yang terdengar begitu romantis. Semua yang di sana pun hanyut ke dalam alunan melodi yang derdengar indah.

I know you don't think that I am trying
I know you're wearing thin down to the core....

Akbar kemudian mengalihkan pandangan pada Nayya yang sedang menikmati penampilannya.

But hold your breath
Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again
Don't make me change my mind
Or I won't live to see another day
I swear its true
Because a girl like you is impossible to find
You're impossible to find ....

Nayya membeku. Tatapan itu ... ditujukan untuknya. Dan lagu itu ... benarkah untuknya? Akbar masih bernyanyi tanpa memutuskan kontak matanya pada Nayya. Seolah, hanya dia satu-satunya objek yang bisa ia lihat.

This is not what I intended
I always swore to you I'd never fall apart
You always thought that I was stronger
I may have failed
But I have loved you from the start
Oh, but hold your breath

......

Nayya menunduk, tidak tahan dengan tatapan Akbar padanya. Ia meremas jari, jantungnya berdetak begitu hebatnya. Tidak. Tidak. Pasti bukan untukku. Ya, bukan. Tenang Nayya, tenang..... Ia menenangkan diri sendiri kemudian kembali mendongak dan mendapati Akbar masih dengan tatapan yang sama.

....
Because a girl like you is impossible to find
It's impossible to find
So breathe in so deep
Breathe me in I'm yours to keep
And hold onto your words
'Cause talk is cheap
And remember me tonight when you're asleep

Semakin hening .... Ada sejenak sebelum ke lirik selanjutnya. Ia bisa merasakan semua orang menatapnya. Mereka tidak buta, mereka juga bisa melihat jika sejak awal lagu, Akbar hanya menatapnya. Nayya menoleh pada Arkan, yang ternyata sedang menatapnya ... dan entah mengapa tiba-tiba ia merasa begitu bersalah, ia merasa telah menyakitinya, secara tidak langsung .... ia pun kembali menunduk. Memejamkan mata, menenangkan hati dengan menikmati alunan bait terakhir yang dinyanyikan sedikit pelan dengan harmoni gitar yang terdengar begitu merdu....

Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again
Don't make me change my mind
I won't live to see another day
I swear it's true
Because a girl like you is impossible to find
You're impossible to find ....

Semua orang bertepuk tangan. Begitu pun dengan Nayya. Akbar tersenyum, mengakhiri lagu itu dengan sempurna seolah ia adalah pemain profesional. Seolah ia sudah terbiasa memainkannya berkali-kali. Nayya menunduk dalam, menghindari tatapan Akbar. Hatinya gelisah dan bahagia di saat yang bersamaan. Bagaimana bisa terjadi hal seperti itu? Dirinya yang lain mencibir.

"Bentar lagi subuh nih, gue mau siap-siap dulu, duluan ya guys...!" seru Sadiya. Nayya mendongak melihatnya yang kemudian beranjak, menyusul Arkan yang ternyata sudah lebih dahulu meninggalkan api unggun yang mulai padam.

Seolah berkonspirasi, satu persatu mulai pergi. Padahal subuh masih tiga puluh menit lagi. Nayya pun bangkit, saat ini ia tidak ingin berlama-lama dengan kakak kelas yang selalu ia kagumi itu.

"Nay!"

Nayya berhenti melangkah. Memejamkan mata sejenak sebelum berbalik menghadap pria yang tampak semakin mempesona di matanya.

"Iya, ada apa Kak?" tanyanya berusaha tersenyum.

"Ada yang mau aku katakan," ujar Akbar melirik Safira yang sejak tadi bersama Nayya.

"Ehm Nay, aku duluan ya." Seolah paham, Safira pun pergi.

"Loh? Saf! Tung...."

"Nay...."

Nayya tidak jadi memanggil Safira. Ia pun kembali menghadap Akbar. Tersenyum hambar. "Kakak mau bilang apa?" tanyanya berusaha senormal mungkin. Walau nyatanya ia sudah tidak bisa mengendalikan detak jantungnya sendiri.

Hening untuk beberapa saat.

"Lagu tadi ... buat kamu," ucap Akbar agak tersipu sambil mengusap tengkuk.

Apa katanya? Jadi benar, untukku?

Nayya merasa ada hewan-hewan berterbangan di perutnya. Menggelitik dan menggelikan. Lalu ia menunduk. Memainkan jarinya sendiri. "Terima kasih," gumamnya pelan.

"And I've fallin for you, Nay...."

Perlahan, Nayya mendongak. Seolah tidak yakin dengan apa yang ia dengar, ia bertanya. "Ya?"

Akbar tersenyum begitu manisnya. "I think I was fall for you," ucap Akbar lagi. "Sudah sejak lama, mungkin...,"ㅡia menatap Nayya lurusㅡ"Aku suka sama kamu, Nay."

Hening. Lapangan. Perkemahan. Api unggun. Subuh. Dingin. Dan sebuah pernyataan ... cinta?

Nayya tercenung. Tadi itu pengakuan kan? Ia yakin pendengarannya masih normal. Ia ingin menjerit dan mengatakan hal yang sama. Tapi, ada sesuatu yang menahannya begitu hebat.

"K-ke...napa...?" Nayya tergagap. Ia mendadak tak bisa berkata-kata.

"Because a girl like you is impossible to find..., you're special." Akbar mengucapkannya sambil tersenyum.

Nayya tertunduk. Campur aduk. Itulah perasaannya sekarang. Entah bagaimana mendeskripsikannya. Yang jelas sekarang ia tak bisa berkutik.

"A ... a-aku ...."

"Tidak perlu dijawab!" sergah Akbar cepat. Nayya mengernyit bingung.

"Aku tidak butuh jawaban," ucap Akbar lagiㅡtersenyumㅡnampak lebih tenang. "Aku tahu kok prinsip kamu, aku juga tahu kamu gak akan bisa jawab. Aku tidak nemerlukan penerimaan atau pun penolakan. Aku hanya ingin mengatakannya padamu. Itu saja...," tuturnya sambil tersenyum.

Nayya terdiam kemudian tersenyum haru. Ada perasaan membuncah di dada yang sulit ia ungkapkan. Ia bahagia. Namun juga takut di saat yang sama. Dan sekarang ia bersyukur, karena Akbar mengerti dirinya. Ia memang menyukai pria itu. Mengaguminya sejak pertemuan pertama mereka di klub taekwondo dulu. Saat ia masih SMP.

Nayya masih ingat dengan jelas. Saat itu ia tidak sengaja tersandung dan kakinya terkilir. Ia pun tak bisa berjalan. Klub sudah sepi, karena semua orang sudah pulang. Dan saat itulah Akbar datang, menanyai keadaannya, memijit kakinya yang terkilir dan membantunya berjalan. Nayya terpana pada pandangan pertama, ada sesuatu darinya yang menarik perhatian Nayya begitu kuat. Dan sejak saat itulah pertemuan-pertemuan yang tidak disengaja sering terjadi. Ia mulai mengenal dan mengagumi kepribadiannya. Hingga Nayya masuk SMA ini pun karena Akbar bersekolah di sini.

"Nay...?" Akbar mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Nayya. Hingga gadis itu tersadar dari lamunan panjangnya. "Kamu gak papa?" tanyanya sedikit khawatir.

Nayya menggeleng dan tersenyum lebar. "Nggak, nggak papa kok!"

Akbar tersenyum. "Jangan dipikirin ya, aku cuma pengen kamu tahu...,"ㅡAkbar menghela napasㅡ"Sejujurnya aku tidak mau mengatakannya. Toh aku tahu itu tidak akan berarti apa-apa, aku juga tahu kita tidak mungkin menjalin hubungan seperti kebanyakan orang yang memang sedang jatuh cinta. Karena aku tahu kamu tidak seperti mereka. Tapi aku pikir ada baiknya kamu tahu perasaanku yang sebenarnya. Mungkin suatu saat nanti...."

"Nay!" seru seseorang.

Nayya terperanjat. Menoleh dan mendapati Sadiya berdiri cukup jauh dari tempatnya.

"Apa?" tanyanya berseru balik.

Lalu suara adzan subuh terdengar dari mushola di dekat lapangan. Ia tahu, itu adalah suara Arkan.

"Gak jadi," tukas Sadiya kemudian pergi begitu saja.

Nayya melongo tak percaya. "Dasar gaje!" gerutunya.

Akbar tertawa kecil. "Ya udah, udah adzan. Sholat subuh dulu," ujarnya.

"Iya," sahut Nayya.

"Mau bareng?"

Nayya cepat-cepat menggeleng. "Kakak duluan aja," ucapnya.

"Oke," Akbar mengangguk kemudian melenggang terlebih dahulu meninggalkan Nayya yang masih betah berdiri di tempatnya.

Setelah melihat Akbar yang berjalan cukup jauh, Nayya berjongkok. Rasanya lututnya lemas, dan ia tidak bisa berjalan.

"I've fallin for you...."

"Aku suka sama kamu, Nay...."

Pernyataan itu terus terngiang di benaknya. Nayya tersipu sendiri kemudian menutup wajahnya. Ia tak bisa menahan senyuman. Rasanya ia bahagia.

Lalu ia mendesah panjang. Mengingat semua perasaan ini tak ada gunanya. Mereka saking menyukai, lalu, apa? Tak ada yang berubah. Tak ada yang bisa mereka lakukan.

Semua ini tidak benar, Nayya! Dirinya yang lain mengingatkan.

"Aku tahu. Lalu aku harus bagaimana? Memang mauku kalau aku suka padanya? Enggak, kan? Perasaan itu ngggak bisa diatur-atur seenak jidat! Rasa ini hadir begitu saja. Jatuh cinta...? Enggak ada yang salah dengan jatuh cinta, bukan? Yang salah adalah ketika kita memperlakukan cinta dan menempatkan cinta." Nayya berbicara sendiri kemudian teringat Arkan.

Sama halnya dengan Arkan yang menyukainya, ia tidak bisa menyalahkan pria itu karena memiliki perasaan itu padanya. Itu haknya. Ia juga tidak bisa menyuruhnya berhenti menyukainya begitu saja. Karena perasaan tidak bisa dipaksakan. Semua akan berubah seriring berjalannya waktu. Bukankah perasaan manusia mudah sekali berubah-ubah? Bisa saja satu menit yang lalu kita mencintai seseorang, dan satu jam kemudian kita membenci orang tersebut.

Hanya Tuhan yang benar-benar tahu isi hati seseorang. Ialah Sang Maha Pembolak-balik hati. Maka benar yang dikatakan Ali bin Abi Thalib. Mencintai sekadarnya. Membenci sekadarnya.

Nayya memjamkan mata. Membaca do'a setelah adzan. Kemudian ia mengucap do'a dalam hati....

Ya Allah, jaga aku dan perasaanku. Jangan biarkan aku salah melangkah dan mengambil keputusan. Aku tahu mungkin ini salah dan belum saatnya. Maka, aku hanya akan menyimpannya. Sampai saatnya tiba.

Nayya kemudian mendongak memandang langit fajar. Lantas ia tersenyum.

Engkau Maha Tahu segalanya. Aku, dia, ataupun dia. Jaga hati kami....

***

TBC.

Alhamdulillah .... Bisa update jugaaa *lap keringet* setelah hari-hari gak bisa up karena mentok. Terus banyaknya hal lain yang harus dilakukan. Finally up :'))
Maaf yaaa lamaaa. Makasih yang selalu nanyain dan buat aku serasa ditagih rentenir 😬😅
Nantikan kelanjutannya beberapa bab lagi!
See you 😙😙

Salam.
Tinny Najmi.

Subang,
26 Maret 2018.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top