Sweet Like A Candy
"Semalam gue liat elo pergi sama Stefan." Ariel melempar pelan kacang pada Laila.
"Gue juga liat elo sama Rosie," balas Laila biasa.
Kalau dipikir-pikir hubungan yang mereka jalani memang aneh. Kelewat aneh malah. Lagi pula tidak untungnya sama sekali bagi mereka meneruskan hubungan jika mereka sama-sama saling menyakiti.
Like for what?
Dulu saat memutuskan untuk menerima Ariel, Laila akui dia memiliki perasaan. Meski tahu seberengsek apa Ariel, tapi, Laila memilih menutup mata dan telinganya. Toh dirinya juga seorang player.
Ariel yang masih banyak pertanyaan tersimpan di hatinya terdiam. Memandangi wajah kekasih hatinya itu. Menurutnya, tidak ada yang kurang dari diri Laila kecuali sikapnya yang tidak ramah pada orang lain.
Laila yang sadar dirinya terus ditatap menendang kaki Ariel di bawah meja. "Apa lu liat-liat?"
Ariel yang terkejut mengumpat. "Bisa-bisanya gue suka sama cewek gak bener kayak elo."
Engga bener, berengsek, lonte, dan kata-kata kasar lainnya sudah sering Laila dengar dari orang lain. Tapi dari Ariel, ini yang pertama kali. Karena itu tidak heran kenapa hatinya berdenyut sakit sekarang. Ia pikir karena Ariel adalah cowok berengsek, ia tidak akan mengatainya seperti itu.
Karena mereka dasarnya memang sama-sama berengsek.
"Elo juga sama gak benernya kalau elo lupa. Dasar keparat!"
Ariel mendelik tak terima. Bisa-bisanya ia dibilang keparat. Tapi, emang bener juga, sih. Dirinya memang seberengsek itu.
Karena sadar dirinya juga sama-sama orang yang tidak benar, maka, Ariel lebih memilih mengalihkan topik. Ia mengeluarkan permen tusuk dari saku kemeja lalu melempar pelan ke arah Laila.
"Walo bar-bar tapi elo masih manis kayak permen."
Kadang berengsek tapi kadang juga bisa manis. Ariel memang seaneh itu. Tapi mampu membuat hati Laila berbunga-bunga.
Laila membuka bungkus permen dan memasukkannya ke dalam mulut. Netra cokelatnya mengedar ke seluruh Cafe yang dominan diisi mahasiswa dari kampus mereka. Wajar, lokasinya memang berada di depan gerbang kampus. Tentu saja banyak orang dari kampusnya yang suka nongkrong disini.
"Elo pernah kepikiran buat putus sama gue gak?" tanya Laila tiba-tiba. Membuat Ariel spontan menggigit permen di mulutnya sampai patah.
Tatapan mereka bertabrakan sebentar, sangat sebentar karena Laila dengan cuek membuang wajahnya ke arah lain.
"Sama sekali engga."
"Kenapa?" Laila rupanya hanya akan puas jika Ariel sudah memberikan alasannya.
Untungnya si pemuda mengerti apa yang diinginkan gadisnya.
"Gue sayang sama elo. Terserah mau percaya apa engga."
Tidak peduli seberapa liarnya seorang buaya. Mereka pasti hanya memiliki satu perempuan yang di puja. Dan untuk kasus Ariel, Laila lah sang ratu di hati pemuda berengsek itu.
"Kok manis banget, sih," gerutu Laila pelan. Jantungnya juga menjadi bertalu kencang. Perutnya juga tiba-tiba ada yang menggelitik.
Ada sedikit keraguan di hati Laila setelah mendengar kalimat Ariel, tapi gadis itu lebih memilih mengabaikan. Jika Ariel mengatakan ia menyayangi dirinya. Maka, hal itulah yang akan Laila percaya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top