Kencan
Ariel menghela napas ketika ternyata sudah dua puluh menit dia menunggu Laila. Pemuda berusia dua puluh tahun itu merebahkan diri di atas sofa ruang tengah keluarga gadis itu. Sore ini rencananya memang ia akan mengajak Laila jalan-jalan di luar.
Selama ini dirinya sadar bahwa ia tidak pernah mengajak Laila melakukan sesuatu bersama dengan romantis. Ia hanya mengeluarkan kata-kata kasar yang juga dibalas umpatan oleh Laila.
Bahkan untuk sekedar mengatakan kata-kata manis seperti i love you or i miss you saja jarang.
Baik Ariel maupun Laila sadar jika hubungan yang mereka jalani tidak sehat. Namun, mereka juga terlalu enggan untuk mengakhiri.
Ariel meraih buku di atas meja, membukanya lalu ia gunakan untuk menutup wajah.
Tidur sepuluh sampai dua puluh menit tidak masalah. Tuan putri yang lagi berdandan akan memakan waktu yang sangat lama.
"Gue udah selesai, nih. Ayo buruan, keburu hujan."
Ariel mengambil buku yang menutupi wajah. Tuan putri tidak selama itu ternyata kalau berdandan.
"Tumben lo gak lebih dari dua jam?" tanya Ariel sedikit menyindir. Hanya sebentar kekesalan yang ia rasakan. Karena selanjutnya ia jadi terpana dengan kecantikan Laila.
Gadis itu tidak memakai dress atau rok, apalagi high heels yang biasa digunakan perempuan untuk berkencan. Laila hanya memakai cardigan crop top dan high waist jeans. Rambutnya dirajut menjadi simpul cantik di belakang kepala.
Terlihat lebih seperti bad girl karena telinganya penuh dengan piercing.
"Untung lo dandan cantik. Jadi gak sia-sia gue nunggu lama," kata Ariel judes sembari berdiri.
Laila mendengus. Ternyata sampai kapanpun cowok di depannya ini akan tetap sama. Kasar dan selalu mementingkan gengsi.
"Gue mau bobok cantik aja deh." Laila bersiap kembali naik ke lantai atas.
"Eh, bercanda." Ariel meraih lengan Laila. Ia menjilat bibir bawahnya. "E-elo cantik."
Laila mengulum bibir, menahan senyum yang sangat siap untuk ditampilkan. "Cantikan mana sama Rosie?"
Niatnya hanya iseng. Tidak ada maksud lain dari dalam diri Laila ketika bertanya.
"Elo lah, dia mah apaan."
Laila mengerjapkan mata, tiba-tiba jadi merasa malu dengan jawaban yang Ariel lontarkan. Walau sebenarnya ia juga sadar kalau dirinya memang lebih cantik tapi tetap saja ia merasa malu kalau Ariel yang mengatakan.
Tidak seperti Stefan yang menjemput di depan gang dan memakai mobil mewah. Ariel menjemput Laila di rumah dan seperti lelaki yang gentle, ia juga meminta izin pada mama gadis itu.
Lelaki itu juga menjemput memakai motor hitam favoritnya.
"Kita mau kemana, sih?" tanya Laila.
Bedanya Ariel dengan yang lain adalah cowok itu tidak pernah tanya mau pergi kemana atau mau makan apa. Ia selalu memutuskan apapun sendiri.
Alasannya cewek ribet kalau ditanya.
"Ada pokoknya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top