(💌) · - 𝟐𝟔,

|
.



Aki memutar buah apel pelan-pelan pada bilah pisau, mengupasnya dengan pola spiral hingga semua kulitnya terlepas. Setelahnya, segera ia memotong buah itu menjadi beberapa bagian, kemudian memakannya.

"Darimana Name mendapatkan apel ini?" gumam Aki, mengunyah potongan apel sampai habis.

Cklek


Pintu dibuka, dua orang yang tampak tak begitu asing bagi Aki muncul dari balik pintu. Mereka mengenakkan seragam Devil Hunter, berjalan mendekat ke arah Aki, lalu melempar senyum.

"Oh, kukira kau sudah siap. Ternyata masih bermalas-malasan di rumah sakit, ya."

"Oi, Kurose. Jaga ucapanmu." salah seorang wanita berkuncir menyikut lengan rekannya, memberi isyarat untuk bersikap lebih sopan.

Pria bernama Kurose itu langsung nyengir. "Warui warui."

Aki meletakkan sisa apel nya di atas meja sebelah tempat tidur, kemudian menyingkap selimutnya dengan kasar. "Aku akan menjemput Name dulu sebelum pergi." ucapnya, melompat turun dari kasur.

"Hm? Siapa itu Name?"

"Pacarku." jawab Aki, mengambil pedang nya yang tersandar di samping meja.

Kurose dan Tendo saling tatap. Kemudian melihat gerak gerik Aki yang sekarang tengah berjalan melewati mereka, lalu melangkah ke arah pintu.

Tendo mengerut, melirik Kurose di sebelahnya. "Siapa tuh?" tanya nya.

"Entahlah. Mungkin cewek yang kita temui malam tadi itu adalah pacarnya." bisik Kurose, menebak-nebak.

Aki berdiri di depan pintu, ketika ia hendak memutar kenop di depannya, seseorang lebih dulu membuka pintu dan membuatnya berjalan mundur ke belakang.



CKLEK!




Alis Aki mengerut. Membiarkan seorang pria paruh baya masuk ke dalam ruangan, raut wajahnya tampak cemas akan sesuatu. Hal itu membuatnya sedikit bingung. "Dokter?"

Tendo dan Kurose ikut menoleh. Ada apa kira-kira?

"Ah, apa kau adalah Hayakawa Aki?"

Aki mengangguk. "Ada apa?"

Dokter itu menghela napas lega. Menyenderkan punggungnya di pintu. "Kau bersama dengan Name Surname kan?"

Lagi, Aki mengangguk. Ia kian heran dengan seorang Dokter di depannya.

"Begini, Name Surname tak ada di ruangannya. Perawat yang menanganinya bilang, luka di dahi nya terbuka lebar. Dan sekarang dia malah tidak ada disini." Dokter itu menggeleng-gelengkan kepala. Cemas dengan pasiennya.

Aki mendengus. "Dia bersamaku tadi malam. Tak mungkin dia kabur tanpa alasan. Dan aku ada disini, untuk apa dia pergi?"

Dokter itu sedikit tertegun, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Yah.. bagaimana cara mengatakannya, ya. Dia sedang masa Primigravida, jadi aku agak khawatir. Terlebih, dia juga terluka—"

"APA?!" kedua bola mata Aki membelalak lebar, jantungnya berdegup kencang saat itu juga. Sekujur tubuhnya memanas, membuat tenggorokannya jadi sakit. "Name.."

Dokter itu mengangguk. "Ya. Jadi bisakah kau menghubungi keluarganya?"

Aki meneguk ludah. Sebuah perasaan antara senang dan khawatir bercampur aduk mengacaukan pikirannya. Pemuda itu menggigit bibirnya, lalu mengeluarkan ponsel dari saku celana. Menekan beberapa angka, kemudian meneleponnya.

Tak butuh waktu lama, telepon diangkat.

"Haik, moshi-moshi~ Denji disini."

"DAN PAWAAA!"

"Uruse yo aho. Nah, dengan siapa?"

Tanpa bertele-tele, Aki langsung menanyakan tentang Name pada mereka. Namun, jawaban yang ia terima berbeda dari yang dia bayangkan.

"Mbak Name? Bukannya dia bersamamu di rumah sakit?"

Ketika mendengar satu jawaban dari Denji, Aki langsung mematikan telepon. Tanpa aba-aba, ia segera bergegas meninggalkan semua orang yang ada disana. Berlarian di lorong rumah sakit. Mencari Name.

Dan sebelum ia sadari, keberadaan seorang gadis bersurai hitam kecokelatan itu telah menghilang dari peradaban bumi. Kembali ke tempat asalnya. Aki.. sebenarnya sudah tau itu. Malam ketika dia dibuat tertidur oleh Name, adalah malam terakhir mereka.

Aki tau.

Namun... ia tak mau terima.

Pemuda bermanik biru itu tetap berlari di lorong-lorong, mencari segala kemungkinan yang ada. Berharap akan menemukan sosok yang ia cari, sembari menepis kata 'nihil' di otaknya. Aki menghiraukan rasa sesak di dada, cukup lama sampai air matanya mengalir.

"Kumohon. Jangan begini, Name.."







|
.








Ges
Akhirnya chii dapet ide buat ending OwO
Ah, gimana yeaa.. pen cepet² namatin soalnya kedepannya bakal sibuk hikseu (';ω;`)

Mana ujian idup banyak bet lagi kontrol (╥﹏╥)

Yg ga ngevote semoga ujian idup nya nambah seribu wkaka 😋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top