(💌) · - 𝟐𝟒,
|
.
Melihat Aki masih diam termenung di tempat, Name melangkahkan kakinya menghampiri pemuda itu. Kepalanya tertunduk, terlihat begitu shock.
"Sudah kubilang, kan? Aku benci melihat mu terluka." Name menaruh kembali jas hitam milik Aki yang menggantung di pundaknya. Beralih melilitkannya pada pemuda itu.
Namun, Aki masih tak menunjukkan reaksi. Seakan-akan, ia kian larut dalam jurang keputusasaan. Pemuda itu berusaha menoleh, mendapati Name yang duduk bersimpuh di depannya.
Aki meneguk ludah. "... Dimana yang lain?" ia mendongakkan kepala nya, hendak melihat ke sekeliling, namun langsung dicegah oleh Name.
"Jangan lihat." Name menangkup wajah Aki, membuat pandangan pemuda itu hanya berfokus padanya. "Mereka baik-baik saja." bisiknya.
Name menarik bagian belakang kepala Aki ke dekapannya. Memeluknya erat. Ia tak mau pemuda itu melihat keadaan sekitar, takut-takut kalau yang pertama kali dilihatnya malah seragam peninggalan milik Himeno. Bisa-bisa Aki makin kalut.
"Tim penyelamat sebentar lagi datang. Tidur saja, ya?" bujuk Name, kemudian mengelus kepala Aki lembut. Setelah samar-samar merasa sebuah anggukan dari pemuda itu.
Name mengambil paksa pedang yang digenggam lemah oleh Aki. Dia mengangkat pedang itu, mengarahkannya ke dahinya.
ZRAAKK!
Darah segar mulai mengucur deras dari keningnya, Name tersenyum, namun langsung menciut kala menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Gadis itu meraba-raba luka yang ia buat di dahi nya.
"Oh tidak, poni ku ikut terpotong."
Aki ikut tertegun. Ia ingin mengadahkan kepalanya, namun lagi-lagi di cegah oleh Name.
"Kalau aku tak terluka, aku tak bisa ikut kamu ke rumah sakit." ujar Name, menghela napas. Ia memukul kepala Aki pelan. "Jangan terluka lagi."
|
.
Besoknya, pukul 19:00.
"Jangan sentuh aku."
"Nona, saya hanya ingin mengganti perban di kepala Anda..."
"Ku ganti sendiri sebelum kau datang."
"Tapi bercak merah nya masih kelihatan."
"Itu terkena saus."
"..."
Name mendecak sebal. Menendang selimut tebal yang terlilit di tubuhnya sampai jatuh ke lantai. Gadis itu bangun dari tidurnya, kemudian duduk. Melotot tajam ke perawat di sampingnya.
"N-nona?"
"Balik badan. Ini privasi."
"B-baiklah."
Usai perawat itu membalikkan badannya, Name mengambil kesempatan untuk mengambil pisau buah yang berada di meja sebelah tempat tidur. Segera ia membuka perban di kepalanya kemudian menggores dahi nya yang mulus tanpa bekas luka.
"Berbalik lah."
"H-haik- WOAAAH! LUKANYA BERTAMBAH PARAH?!"
Perawat itu langsung panik, buru-buru mengambil kapas dan antibiotik dalam kotak putih yang dibawanya.
Melihat itu, Name mendengus, "Susah buatku untuk menahan regenerasi." gumamnya, menopang dagu.
Beberapa menit berlalu. Usai melaksanakan pekerjaannya, perawat wanita itu langsung keluar meninggalkan Name yang pura-pura tidur setelah diobati.
Cklek
Pintu ditutup. Name kembali menendang selimut yang membaluti tubuhnya. Ia kemudian melompat turun dari tempat tidur, berrjalan pelan ke arah pintu, tak lupa membawa keranjang berisi buah miliknya keluar ruangan.
Name berlari kecil di lorong rumah sakit. Mengabaikan tatapan aneh dari orang-orang yang berlalu lalang melaluinya. Tujuannya adalah ke ruangan Aki.
Namun, ketika sesampainya ia disana, Name memberhentikan langkahnya tiba-tiba. Ada.. seorang gadis yang berdiri lebih dulu di depan pintu masuk. Hal itu membuat Name mengerutkan keningnya kesal, matanya melotot tajam.
"Siapa kau?"
|
.
Cuma mau bilang, fanfict ini bakal berhenti di chap 30
So.. masih ada yang suka sad end ga?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top