(💌) · - 𝟏𝟑,
|
.
"Name Surname itu... siapa?!"
Aki mengepalkan tangan, menatap rekannya tajam. "Apa maksudmu dengan siapa?"
Himeno mengangkat telunjuknya, menunjuk Name yang masih berdiri di dalam area kuil. "Kau melihatnya sendiri kan?! Kenapa dia dan iblis itu tak bisa keluar sedangkan yang lain bisa?!"
Aki reflek menghempaskan tangan Himeno kasar, membuat wanita berpenutup mata itu menurunkan tangannya. "Tidak. Name bukan yang seperti itu. Dia bukan seperti yang kau pikirkan. Jadi jauhkan tanganmu darinya."
Himeno mengerutkan keningnya. Menggigit bibir bawahnya sambil menatap Aki geram. "Aki, apa kau membela nya?" jeda sebentar, Himeno menarik kerah kemeja pemuda itu hingga membuatnya mendekat.
"Apa dia seorang iblis, Aki?"
Dengan satu gerakan, Aki langsung menepis dingin tangan Himeno yang mencengkeram bajunya. Tatapan tajamnya berubah menjadi bengis. Kilat amarah yang memenuhi mata birunya, membuat Himeno berdiri takut.
Aki melangkahkan kakinya maju ke depan, membuat keadaan berbalik pada Himeno ketika dia berhasil menarik kerah baju wanita itu kuat. "Senpai... aku selalu menghormatimu. Tapi jika kau seperti ini pada Name, rasa hormatku jadi tak ada artinya. Karna aku mungkin akan melukaimu."
Deg!
Himeno membulatkan matanya, melongo tak percaya. Sungguh demi apapun, dia tak pernah menduga kalau perasaan Aki terhadap Name akan membuatnya jadi kepribadian yang seperti ini. Seolah-olah dia sedang terjebak oleh sesuatu.
"Aku akan masuk ke dalam, kau bisa mengevakuasi warga lebih dulu." ujar Aki, melepaskan cengkeramannya dari Himeno. "Setelah warga terevakuasi, kita akan melawan iblis aneh itu. Lalu mencari cara membebaskan Name dari pembatas ini."
Himeno hanya diam mendengarkan, diam mematung. Ia bahkan tak bergeming sedikitpun ketika Aki melangkah masuk ke dalam area kuil.
Tik, Tik!
Tetesan air hujan mengenai tangannya, Himeno lantas mendongak. Butiran air yang turun mulai menyerbu membasahi bumi. Di bawah derasnya hujan, sang langit bergemuruh beberapa kali, menyebabkan awan hitam berkumpul di atas sana.
Himeno menoleh pelan ke arah Aki, matanya melihat hal yang begitu romantis kala pemuda itu melepaskan kemeja nya untuk menutupi kepala Name, ia kemudian mendekap gadis itu, melindunginya dari serangan hujan. Membuat Himeno tersenyum simpul.
"Begitu rupanya. Satu-satunya 'orang asing' disini adalah aku."
CTAAARR!
Lagi, langit bergemuruh hebat. Diantara kencangnya angin hujan, Himeno menyaksikan pedihnya rasa sakit akan kehilangan.
Tap Tap Tap!
"Cuaca yang kurang bagus, ya. Aku ragu kalian belum menyelesaikan misi."
Suara ringan milik seseorang terdengar tak asing di telinga Aki dan Himeno. Spontan mereka langsung menoleh. Mendapati sosok wanita bersurai merah yang tengah berlindung di bawah payung hitam. Serta dua orang laki-laki bawahannya yang mengekor di belakang.
"Makima-san..?"
Makima mengulum senyum, ia memberi isyarat pada bawahannya untuk memberi Himeno dan Aki sebuah payung, yang langsung di laksanakan oleh kedua laki-laki berbadan besar itu.
Masih dengan senyuman khas di wajahnya, Makima menatap Aki lekat-lekat, kemudian menjulurkan tangannya. "Aki-kun, bisakah kau kesini sebentar?"
Hening.
Aki diam tak menjawab, raut cemas terlihat jelas dari wajahnya. Pemuda itu menggenggam tangan Name erat.
Melihat itu, Makima perlahan mengendurkan senyumnya. "Ja, bisakah kau menyuruh Name keluar dan berdiri di samping Himeno?"
Aki menundukkan kepalanya, tak sanggup bicara. Lidahnya seolah berat untuk menjawab pertanyaan dari atasannya itu.
Makima memicingkan matanya. "Yahari..." sekali lagi, wanita bersurai merah itu menjulurkan tangannya ke depan. "Berikan Name Surname padaku."
Manik biru Aki membulat sempurna. Ia menggelengkan kepalanya, memeluk Name erat. "Tidak. Tidak, jangan Name." pinta nya.
Makima tersenyum lebar. "Ya, itu harus Name, Hayakawa Aki-kun." ucapnya, kemudian menarik paksa lengan Name untuk melangkah keluar dari area kuil, memisahkannya dari Aki.
Dan hebatnya lagi, pembatas itu tiba-tiba menghilang ketika bersentuhan dengan Makima. Membuat Iblis tanaman raksasa itu juga dapat menembus luar area kuil, berkeliaran disana.
"Nah, kurasa karena ada dua iblis disini, biarkan aku mengatasi yang ini." ucap Makima sambil melirik Name sinis.
Aki jatuh terduduk, tangannya bergemetaran. Matanya melongo menatap Name yang sekarang telah berada di tangan Makima. Pemuda itu mulai merasa sesak, tenggorokannya sakit, tak dapat mengeluarkan suara.
"Kumohon, jangan sakiti dia.."
|
.
Aki sedboi egen:((
Btw chii juga lgi sad ges, bad news :(
Chii dpt dm sm temen nya chii, isinya gini
Huft:((
Emg si pas chii liat book nya dia critanya tu memang mirip, soalnya itu tema nya tentang teman masa kecil yang terpisah, kan sama tuh kek book chii yg ini, dan ada beberapa dialog yg sama juga.
Tapi gpp lah siapa tau beneran kebetulan, chii juga gabisa nge judge org tanpa bukti kuat, book chii juga ga sebagus itu...
Dah segitu doang, huhu :'(
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top