(💌) · - 𝟏𝟐,

|
.



Pukul 11:15 siang, di kuil Nagano.

Name dan Himeno duduk bersama di sebuah kursi panjang yang membentang di luar kuil. Menunggu Aki yang tengah mengecek sesuatu ke dalam.

"Kuil nya akan tutup jam dua belas. Aku akan masuk ke kuil untuk memeriksa sesuatu, sebelum mengevakuasi orang-orang disini." ucap Aki, sebelum akhirnya berlalu pergi.

Jadilah Name dan Himeno tinggal disana. Kedua gadis itu memandang lurus ke depan, melihat warga yang berlalu lalang keluar masuk kuil. Mereka berdo'a, untuk kesejahteraan, keluarga, pencapaian. Tanpa menghiraukan apa yang akan terjadi selama beberapa waktu ke depan.

Himeno melirik Name di sebelahnya, "Kudengar kau diam-diam ikut dalam misi ini, ya? Padahal sudah dilarang Makima."

Name mengangguk.

Mengukir senyum, Himeno merangkul bahu Name, hendak berbisik. "Keberanianmu patut diacungi jempol, Name."

"Aku hanya bosan berdiam diri di rumah dan menikmati masa skors." ucap Name datar, ia melanjutkan, "meski sangat malas keluar, tapi aku suka melihat Aki bertarung." lalu tersenyum.

Himeno mengerjapkan mata, "Tapi, Name. Kau tak takut pada Makima? Ano sa, Makima itu.. walau terlihat tenang, dia suka bertindak diluar dugaan."

Name menolehkan kepalanya, menatap mata Himeno lamat-lamat. "Aku juga."

Sedikit terkejut, Himeno ber-wah.

Name mengangkat tangannya, ikut merangkul leher Himeno di dekatnya, "Aku kadang juga suka suka seperti ini." ucapnya sambil tersenyum manis.

Himeno mengernyit, bingung. "...seperti apa?"

Name melirik leher kiri Himeno yang ia rangkul, seketika membuat gadis itu melebarkan senyumnya. Merasa aneh dengan perilaku Name, Himeno hendak menoleh ke sebelah kirinya yang terasa janggal.

"Jangan bergerak." cegah Name.

Tak mendengarkan, Himeno ngotot menoleh. Dan benar saja, saat itu juga... wanita berpenutup mata itu mematung di tempat, jantungnya seolah sempat berhenti berdetak, kala melihat ujung pisau yang nyaris menusuk mata kirinya.

Gluk

Himeno meneguk ludah, setetes keringat mengalir turun dari wajahnya. Dia perlahan menarik tangannya kembali dari pundak Name dengan hati-hati. "Apa yang... kau lakukan?"

"Aku menyuruh Aki berhenti merokok, dan selama dia bersamaku, dia tak pernah menyentuh rokok lagi." Name menjauhkan tangannya dari Himeno, ia melanjutkan. "Aku juga.. melakukan hal yang sama pada Makima."

Himeno mengerjapkan matanya, sedikit mundur. Benar-benar bingung dengan ucapan Name.

"Makima berusaha mengontrol pikiran Aki." Name menatap Himeno, melebarkan senyumnya, "jadi aku juga mengontrol pikiran nya."

BUUMMM!

Disaat yang sama, suara dentuman besar dari bawah mereka berpijak, runtuh menggelegar. Bak ditepis angin, sebuah kuil yang kokoh itu hancur lebur seketika.

Himeno terlempar. Terguling tak berdaya di tanah. Dia berusaha mendongak, terlihat kuil di hadapannya sudah menjadi pecah berkeping-keping. Yang tersisa utuh disana hanyalah Name yang berdiri tegak, menatapnya dengan wajah datar.

Terbatuk-batuk, Himeno berusaha berdiri. "Apa.. yang kau lakukan, sialan?"

Hembusan angin menggerakkan rambut hitam milik Name yang terayun senada dengan arahnya. "Aku tak melakukan apa-apa." jawab Name.

Di tengah-tengah kericuhan itu, orang-orang yang berada di luar kuil berusaha melarikan diri. Dan tampaklah, seorang pemuda dengan rambut dikuncir terlihat berjalan ke arah Name dan Himeno.

Aki berlari semampunya, menghampiri Name terlebih dahulu. "Kau baik-baik saja?!"

Name mengangguk.

"Sepertinya ini ulah iblis itu." Aki mengangkat tangannya, menepuk-nepuk kepala Name, membersihkan debu yang menumpuk di rambut gadis itu.

"Himeno-senpai, berdirilah. Yang terpenting sekarang kita harus mengevakuasi-"

"ROOAAAARRRHH!"

Suara auman dari bawah kuil mengalihkan perhatian mereka. Tak lama setelah itu, sebuah tanaman berduri raksasa keluar dari kuil, bak terlepas dari perut bumi.

Aki langsung menarik tangan Name. "Lari!" teriaknya, sembari membantu Himeno berdiri.

Mereka bertiga berlari cepat. Namun, di tengah-tengah pelarian, Name tertinggal. Bukan disengaja, tetapi gadis itu tak bisa melangkahkan kakinya keluar dari gerbang kuil.

Aki dan Himeno ikut berhenti.

"Ada apa?"

Name menjulurkan tangannya ke depan, dan benar saja, jemarinya tak bisa menembus di luar area kuil. Seolah ada dinding kaca disana.

Merasa janggal, Himeno mendongak, hal yang sama juga terjadi pada iblis itu, yang tak bisa menembus dunia luar selain area kuil. Tetapi disisi lain, orang-orang dengan mudah keluar melewatinya. Himeno mencoba memasukkan jemarinya, dan itu.. berhasil.

Gluk

Himeno meneguk ludah, jantungnya berdegup kencang. Menoleh ke arah Aki. "Oi, Korewa dou yu koto da?!"

"Name Surname itu.. siapa?!"



|
.


Finally gaes part kali ini agak panjang wekekek.
Btw apaan tuh? Knaffah kelen? (☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞

Jan lupa vote yak sayang sayangkuu

ANJ ANJ MAAF GES WP CHII ERROR 😭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top