(💌) · - 𝟎𝟕,
|
.
Setelah cukup lama berdebat dengan Yoshida di anak tangga, akhirnya Name bisa lepas dari laki-laki berambut hitam halus itu. Namun ketika ia hendak beranjak dari tempatnya, Name malah mendapat panggilan untuk ke kantor guru dan disuruh menghadap ke kepala sekolah.
Tanpa sadar Name berdecak dan mendorong Yoshida dengan kasar, "Kau menghalangi jalan." ucapnya sebal, kemudian bergegas berjalan menuju kantor guru.
Melihat itu, Yoshida mengelus dagu nya, "Dia bahkan sangat menggemaskan ketika kesal." gumamnya.
Setelahnya, dia diam-diam mengikuti Name dari belakang.
|
.
"Oi senpai."
Hening.
Denji melirik Aki yang tengah menyetir di sebelahnya, "Tadi pagi aku berdoa semoga kau yaoi-an sama rekan kerja mu biar aku dan Name-"
PLAAKKK!
Satu pukulan mendarat di pipi kanan Denji, yang langsung membuatnya terhuyung. Mobil berhenti saat itu juga.
"KUNAON ANYING?!" teriak Denji sambil memegangi wajahnya yang telah berdenyut nyeri.
Aki balas menatap kelam ke arah Denji, memberikan tatapan tajam yang membuat pria bersurai blonde itu merinding ketakutan.
"Y-yasudah nanti aku doa lagi biar kau tetap berada di jalan yang lurus." ucap Denji yang berusaha menenangkan suasana hati Aki.
Pemuda berkuncir topknot itu memutar bola matanya kesal, pelan-pelan menekan pedal gas dan menjalankan mobilnya kembali.
Aki memandang lurus ke depan, memutar kemudi mobil. "Ketika sudah bertemu dengan Name, segera kembalikan jaketnya." jeda sedikit, "Dan tanyakan padanya apa dia juga suka padamu."
Denji mengerut bingung, mengusap-usap pipinya yang telah memanas.
Aki melanjutkan, "Jika dia bilang dia suka padamu, aku akan mengundurkan diri dari asosiasi. Tapi, jika dia bilang tak suka padamu.."
Gluk
Denji menelan ludah, menunggu Aki menyelesaikan kalimatnya. Firasatnya mulai tak enak.
".. Aku benar-benar akan membunuhmu dan bilang kalau kau mati diserang iblis mesum."
Deg!
"Hayoyo..."
|
.
Name melangkah keluar dari ruang kantor guru, kemudian menutup pintunya dengan rapat. Gadis itu menunduk melihat secarik kertas yang ada di genggamannya, yang tak lain adalah surat panggilan.
"Wah, apa itu?"
Gadis itu tertegun, suara ringan itu berasal dari belakangnya. Ketika membalikkan badan, Name spontan mengernyitkan dahi. "Kau lagi?"
Yoshida terkekeh. "Ya ampun, aku jadi hobi mengikutinya." gumam pria itu pelan sambil menyembunyikan wajah di telapak tangannya.
"Kont-"
"Loh, kau ganti cowok lagi ya? Hahahaha!"
Kalimat Name terpotong kala mendengar seruan laki-laki yang tak jauh darinya. Gadis itu menoleh. Ah, itu rombongan anak kelasnya.
"Pelacur tingkat tinggi, tuh."
"Menjijikkan sekali."
"HAHAHAHAH!"
Yoshida yang tadinya tengah tersenyum langsung berubah ekspresi jadi datar. Pemuda itu melirik Name, gadis berponi lebat itu hanya diam tak menyikapi. Dan tiba-tiba, dia teringat akan kalimat Name yang bertanya padanya, 'Kau tak membenciku?'
Ah, kini Yoshida mengerti dengan keadaan Name. Pemuda berambut hitam halus itu menoleh, "Boleh aku membereskannya? Aku cukup ahli-"
"Tak butuh. Lagipula aku harus pulang." potong Name sambil beranjak dari tempatnya, berjalan mendahului Yoshida.
Hal itu membuat Yoshida makin kebingungan. Sikap Name barusan.. bukanlah sikap seseorang yang telah di bully. Lihatlah, bahkan gadis itu melewati anak-anak yang menghujat dan menertawakannya begitu saja, seakan tak ada orang disana.
Yoshida tersenyum lebar. "That's my tipe!" kemudian berlari kecil mengejar Name.
"Kau baik-baik saja?"
"Ya."
"Mereka menindasmu."
"Lalu?"
"Kau tak memarahi mereka?"
"Tidak."
"Kenapa?"
Name menghela napas, menghentikan langkahnya. Dia mulai lelah dengan Yoshida, energi nya jadi terkuras habis. Gadis itu berbalik menatap pemuda jangkung itu lamat-lamat, membuat Yoshida jadi senyum-senyum sendiri.
"Biar kutanya kau satu hal."
"Hm?"
"Apa kau punya alasan untuk memarahi anjing yang menggonggong?"
Yoshida menaikkan alis matanya, seketika senyumnya melebar, salut dengan jalan pikiran Name. Pemuda itu terkekeh kecil sambil menutupi wajahnya, kemudian menyiah rambutnya kebelakang.
"Sungguh aku tak punya alasan untuk memarahi mereka. Tapi kurasa aku punya alasan untuk suka padamu." ucap nya dengan senyum yang merekah.
Name hanya diam dengan wajah datar, Yoshida benar-benar aneh, pikirnya.
"Siapa yang suka dengan siapa?"
Suara baritone itu memecahkan keheningan diantara Name dan Yoshida. Tak jauh dari mereka berdiri, seorang pemuda dengan kuncir top knot dan pria bersurai blonde tengah berjalan ke arah Name dengan ekspresi tajam. Membuat suasana makin rumit.
Nah, sekarang apa yang akan terjadi?
|
.
Hayooo tim siapa kalian? 😋☝🏻 wkekek
Sebelum close jan lupa vote yaawww :3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top