(💌) · - 𝟎𝟔,
|
.
Name mempercepat langkahnya menaiki anak tangga, menghiraukan ocehan pria bersurai hitam halus di mengekorinya dari belakang. Name agak risih.
"Apa kau benar-benar tak ingin tau namaku?"
"Tidak." jawab Name meneruskan jalannya.
"Kalau begitu namaku Hirofumi Yoshida." ucap pria itu sambil tersenyum, bintik hitam di bawah bibirnya membuat senyumnya terkesan manis. Sayang, Name tak melihatnya.
Gadis itu menggelengkan kepala melihat perilaku Yoshida terhadapnya. Lebih-lebih lagi, semua laki-laki di kelasnya amat membencinya. Berbeda dengan pemuda yang beranting banyak ini, rasanya seperti ia telah terkena target.
Tep
Name menghentikan langkah. Matanya melebar, seolah sadar dengan sesuatu. Ia memutar badannya melihat Yoshida. Membuat pria itu menaikan alisnya sambil tersenyum.
"Kau.. tak membenciku?"
Yoshida mengerjapkan matanya. Sedetik kemudian, dia tertawa. "Yeaa. Aku benci padamu karna tak pernah menatapku." pemuda itu memajukan langkahnya mendekat, kemudian melanjutkan, "Tapi karna kau sudah melihatku, aku jadi suka padamu."
|
.
"Kalau di rumah nya ada cewek bernama Name dengan senang hati aku sangat mau, Makima-san." ucap Denji penuh semangat. Wajahnya nampak begitu ceria.
Aki di sebelah Denji berusaha tetap tenang dan kalem, meski di hati dia ingin sekali menendang kepala pria bersurai blonde ini jauh-jauh sampai kepelanting.
"Jujurly saya sangat tidak mau." tolak Aki ketus.
Makima tersenyum. Merebahkan punggungnya di kursi putar, lalu menyilangkan kakinya. "Denji-kun itu sangat baru disini, Aki-kun. Aku sungguh berharap kau bisa mengajarinya, agar dia bisa jadi lebih baik."
"Tapi dia benar-benar menjengkelkan! Dia hanya mengincar seorang gadis! Aku bahkan tak paham apa yang ada di pikirannya." ucap Aki sedikit marah.
"Di pikiranku cuma ada Name dan Makima-san." kata Denji sambil mengusap hidungnya bangga.
Aki mengepalkan tinjunya kala mendengar nama Name keluar dari mulut pria disebelahnya itu. Tangannya hampir melayang memukul Denji sebelum Makima menghentikannya.
Makima menghela nafas. "Aki-kun, jika Denji-kun keluar atau tak patuh, kita akan membasmi nya sebagai iblis."
Aki dan Denji sontak terdiam.
Makima melanjutkan, "Denji-kun itu spesial, maka dia akan diperlakukan khusus. Tapi jika dia melanggar seperti yang sudah kukatakan, kau boleh membasminya sendiri, Aki-kun."
Aki berpikir sejenak, kemudian tersenyum dalam hati. "Akan kubuat kau melakukan kesalahan eaa bamsat." lalu dia cengar cengir sendiri.
"Nah, sekarang bawalah dia bersamamu, Aki-kun." ucap Makima dengan senyuman khas di wajahnya, kemudian meletakkan tangannya di bawah dagu.
"Maaf, aku tak bisa sekarang. Aku akan ke sekolah Name karena beberapa hal." tolak Aki mentah-mentah. Membuat Denji manyun-manyun.
"Aku mau ikut!"
"Tidak."
"Makima-san, lihat dia." telunjuk Denji terangkat menunjuk Aki yang berdiri di sebelahnya. Pemuda itu memasang wajah cemberut.
Tak ingin meladeni, Aki langsung memutar tubuhnya. Perlahan berjalan menuju pintu keluar.
"Bawa dia ikut, Aki-kun." seru Makima dari kejauhan.
Aki menghela nafas kasar. Terpaksa dia membiarkan Denji berjalan di belakangnya.
Dan, di waktu yang sama..
Name berusaha lepas dari Yoshida, gadis berponi lebat itu mengernyitkan dahi kala pria di depannya berhasil mengenggam pergelangannya erat.
"Nah, beritahu aku siapa namamu... gadis cantik."
|
.
Seperti byasaa jan lupa di vote tak ngehe :3
Btw kelen suka harem kah? uwu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top