(💌) · - 𝟎𝟓,

|
.



"Kenapa kau terlambat?"

Name memandang lurus seorang Guru di hadapannya, menatap mata wanita paruh baya itu intens. "Saya kesiangan." jawabnya.

"Bohong! Dia melacur, Bu! Hahahah!"

Suara nyaring anak laki-laki dari kursi belakang memicu perhatian satu kelas. Gelak tawa menggelegar saat itu juga. Yah, lelucon yang cukup lucu untuk dijadikan hiburan bagi mereka.

Tak cukup sampai disana, anak laki-laki itu melanjutkan. "Saya sering melihat dia bersama seorang pria di dalam mobil. Tadi malam juga begitu."

Satu kelas ricuh kembali. Wanita paruh baya itu menoleh sambil menutup mulutnya, "Apa itu benar, Name? Kau pelacur? Ya ampun, Ibu tak percaya."

Name melirik Guru nya pelan dengan alis yang bertaut. "Harusnya orang bodoh mempercayainya."

Wanita paruh baya itu spontan berdiri dari duduknya, tanpa basa basi ia langsung melayangkan tangan kanannya hendak memukul wajah Name.

Bruk!

Dan sayangnya, dia malah tersandung dan jatuh ke lantai.

"Pfft!"

Suara tertawa yang ditahan anak-anak kelas terdengar jelas di telinga Name dan si Guru. Dari mereka ada yang menutup wajah, dan ada yang hanya merapatkan bibirnya sambil menundukkan kepala.

"Keluar kau, Name Surname." titah Guru itu dengan nada ketus.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya, Name langsung memutar badannya dan melangkah keluar dari kelas. Gadis itu mempercepat langkah kakinya, berjalan dengan tergesa-gesa. Tujuannya ke atap sekolah.

Namun ketika hendak menaiki anak tangga, dia di kejutkan oleh seorang pemuda yang hampir berjalan menabraknya. Name menengadah untuk melihat sosok pria di hadapannya.

Pemuda berambut hitam halus dengan enam tindikan di telinga kirinya itu mengulum senyum melihat Name. "Ya ampun. Kau terlihat kecil sekali dari atas sini." ucapnya jahil.

Name mengerutkan dahi, membuat decakan kecil dari lidahnya. "Minggir kau."

Pemuda itu terkekeh, mengusap tengkuknya. "Yah, aku punya nama." ucapnya, dia mencondongkan tubuhnya ke dekat Name, mengulas senyum manis. "Apa perlu aku memberitahumu?"




|
.



Aki melirik jam dinding di rumahnya. Pukul 09:00. Dia menopang dagunya di atas meja Kotatsu¹. Raut wajahnya tampak cemas ulah memikirkan sahabatnya, Name. Ia takut jika terjadi hal-hal buruk lagi pada gadis itu, dia tak ada disana untuk menolongnya.

KRIINGG! KRIINGG!

Nada dering dari telepon rumah menyadarkan lamunannya. Aki segera berdiri dan berjalan mengambil gagang telepon itu, meletakkannya di telinganya. "Halo?"

"Ah pagi, Aki-kun."

"Makima-san? Ada apa?"

"Bisa kau ke kantor ku sekarang? Ada yang ingin kusampaikan."

"Oh, baiklah."

Telepon ditutup. Aki meletakkan kembali gagang telepon ke tempatnya. Kemudian berjalan gontai ke kamarnya, hendak bersiap-siap ke kantor pusat Devil Hunter.

Namun, ketika ia membuka kenop pintu..

PRAANGG!

Suara keras itu terdengar dari ruang tamu. Membuat Aki kembali untuk mengeceknya. Dan terlihatlah, sebuah bingkai foto telah jatuh, pecah.

Aki membulatkan mata, detak jantungnya melaju cepat. Seketika firasatnya menjadi buruk.

"...Name."





|
.






Vote gaiss :3
Anyway, book ini up nya 2 hari sekali yaa <3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top