3. Kapitel
Suara transmisi radio masih saja menggema dengan kata-kata yang sama sejak tadi pagi.
Alterium tengah mengalami gempuran.
Dari Laut Terra, sebuah kawah mendadak muncul dengan begitu tiba-tiba. Kawah itu dikelilingi bebatuan karang yang menjulang layaknya taring-taring lancip. Para ahli geologi tidak dapat menemukan penyebabnya, meski telah menggunakan teknologi termuktahir dari ilmuwan-ilmuwan di Alterium.
Alterium kembali dikejutkan dengan gempuran kedua. Makhluk-makhluk mistis dari dunia lain, seperti Naga, Basilisk, Garuda serta banyak lagi, muncul dari kawah kedua yang terbentuk di Hutan Gazelle. Kini mereka datang dan memporak-porandakan seluruh struktur yang ada di Alterium.
Semenjak saat itu, tujuh portal terbuka di Alterium. Kelima lainnya berada di Degrove, Algife, Wyrnn, Gorje dan Khroir. Portal itu mengeluarkan semacam rantai raksasa yang mengakar dalam di tanah Alterium. Dari portal tersebut juga muncul kelebatan gambaran dunia asing yang tidak pernah diketahui siapa pun. Dunia yang lebih mutahir dan berisi manusia-manusia biasa.
Sampai saat ini para peneliti masih dibuat bingung dengan fenomena yang ada, belum ada yang memcapai titik temu dari hal ini.
Sekali lagi kami infokan untuk warga sekitar tidak mendekati gerbang tersebut, batas wilayah sudah dibentuk sepuluh mil dari gerbang oleh kerajaan. Untuk saat ini semuanya diharapkan bertahan di dalam rumah sampai pemberitahuan selanjutnya, teri—.
Click!
Belum sempat si pembawa berita menyelesaikan kalimatnya seorang pria mematikan radio mobilnya.
"Sial!" geram pria itu, dia mengusap wajah dan membenturkan kepalanya beberapa kali ke gagang stir mobil.
"Kenapa jadi kacau begini sih!" pria itu menghujam stir mobilnya dengan tinju kanan dengan cukup keras. Mobil itu sebenarnya bukan mobil hanya sebuah samaran untuk melarikan diri dari seseorang yang menyerang saat dia baru saja kelyar dari gerbang. Dia tidak tau siapa itu, yang pasti dia sanga kuat.
Perlahan dia mengangkat kepalanya dan merencanakan sesuatu yang mungkin bisa memperbaiki semuanya.
"Iya, harus bertemu dengan-nya. Harus." mobil yang dikendarainya mulai melaju dan kemudian terbang ke angkasa setelah berubah menjadi sebuah kapsul.
Pria itu adalah Jeir, satu dari tiga penjelajah semesta paling terkenal di Ghrunklesombe, namun sekitar tujuh tahun lalu dia dinyatakan tewas dalam ekspedisi lubang cacing.
Dua sahabatnya—Jexe dan Jddan—sempat tidak percaya akan hal itu, mereka sendiri telah mencari jejaknya namun hasilnya tetap nihil.
Siapa sangka dia bukannya tewas malah terdampar di sebuah planet yang berada pada dimensi sangat jauh dari Ghrunklesombe, nama planet itu adalah Noir.
Noir adalah planet dengan manusia sebagai mayoritas penghuninya, planet itu telah ada lebih lama dari pada GKB—sebutan untuk Ghrunklesombe. Planet yang lebih maju dan modern, tempat yang selama ini telah diimpikan oleh rakyat GKB di masa depan.
Planet itu terawat dengan baik dengan penghuninya yang sangat modern namun masih tetap memiliki mahluk purba yang hidup, seperti Naga, Phoenix dan sejumlah hewan yang sudah menjadi legenda di GKB.
Noir sama halnya dengan GKB memiliki sesosok pemimpin atau pemilik dari planet itu, dia adalah ratu Halitha.
Namun berbeda dengan GKB, Noir tidak mengenal apa itu yang disebut sihir. Mereka hanya tahu bahwan mahluk purba memiliki kemampuan di luar batas pengetahuan mereka.
Kejatuhan Jeir di Noir memunculkan fenomena yang cukup ekstrim di langit, dan membangkikan keingintahuan ratu Halitha.
Jeir sempat sekarat setelah jatuh dari lubang cacing, untungnya dia sempat diselamatkan warga sekitar dan dipertemukan oleh ratu Halitha.
Butuh waktu berbulan-bulan untuk Jeir pulih, dan saat dia pulih dia menceritakan perjalanannya dan juga tentang GKB, dan dari situ timbulah ketertarikan ratu Halitha akan GKB.
Jeir tinggal di istana karena diminta sang ratu untuk menceritakan segala sesuatu tentang GKB, hampir setiap hari sang ratu bertemu dengan Jeir, biasanya sang ratu lebih sering menyendiri untuk dapat ketenangannya.
Ratu memberikan perhatian yang lebih untuk Jeir, dan Jeir pun merasa istimewa. Jeir telah lama berkelana sendiri di alam semesta untuk penelitian GKB, dan perlahan sebuah perasaan ganjil tumbul dalam diri Jeir.
Jeir telah mencintai ratu Halitha dan selalu membantunya dalam setiap permasalahan yang menimpa sang ratu.
Selama tujuh tahun, Jeir telah menjadi orang terdekat ratu. Namun kini Jeir kembali ke GKB untuk kepentingan ratu.
Dengan teknologi planet Noir, Jeir dapat menciptakan sebuah gerbang yang dapat memutus jarak dengan melewati kekosongan akibat singgungan energi.
Gerbang itu disebut gerbang Void, gerbang Void tercipta dari tekanan atom yang membentuk pusaran akibat beberapa energi yang sangat kuat saling bersinggungan. Dan kemudian energi itu merobek ruang sesuai kordinat yang diarahkan, bahkan bisa melewati jarak miliyaran tahun cahaya.
Namun gerbang itu butuh tenaga yang sangat besar untuk membukannya. Sedangkan tugas Jeir adalah mengirimkan jutaan penghuni Noir ke GKB yang membutuhkan waktu lebih dari tiga bulan. Sebab itu Jeir membuat sebuah alat berbentuk rantai yang dapat menyedot tenaga, dan rantai itulah yang sekarang mengakar di GKB.
Atau lebih tepatnya sedang menguras energi GKB.
Kini Jeir sedang mengarah ke sebuah tempat yang megah dan penuh dengan energi spiritual. Hanya satu pemilik tempat seperti itu, ialah Igna.
Namun di tengah perjalan dia dihentikan oleh seorang perempuan, dia adalah Yusveelis.
Yusveelis dapat melihat masa depan sekilas dan dia telah memprediksikan bahwa sang pelaku dari semua bencana yang terjadi di GKB akan segera menemui Igna.
Kini Yusveelis sedang mengambang tenang di udara menghadap kapsul yang sedang terbang ke arahnya. Dan di daratan ada Morstan yang beridiri gagah sambil menyilangkan tanganya di depan dada dengan pedang panjang yang menancap di tanah berada persis di depannya.
Kapsul Jeir perlahan berhenti dan melayang tenang menghadap Yusveelis, Jeir tau dia tidak bisa kabur dari Yusveelis.
"Sial kenapa dia harus turun tangan secara langsung!" Jeir menggertakan giginya sambil menatap Yusveelis dari dalam kapsul.
"Keluar siapapun kau!" teriak Yusveelis menggema dengan kuat, tanahpun bergetar karenanya. Terlihat jelas kemarahan Yusveelis dari aura mistis yang dipancarkannya.
Auranya membabi buta menghancurkan udara disekitarnya, menciptakan tekanan yang sangat kuat, seakan gravitasi di situ menjadi berkali-kali lipat.
"Jangan menghalangiku, aku harus bertemu dengannya. Waktu-ku tidak banyak." suara Jeir dengan keras dilantunkan pengeras suara dari kapsulnya.
BOOM!
Tiba-tiba sebua gelombang tajam menghantam kapsul Jeir dengan keras, untung saja pelindung dari kapsulnya dapat melindungi dari serangan itu.
Gelombang itu dilancarkan oleh Morstan yang sedari tadi diam dan kini sudah menghunus pedangnya ke arah kapsul Jeir.
"Sial," geram Jeir marah. "Kalian para kaki tangan Igna, kalian terlalu barbar. Dengarkan, aku harus bertemu Igna atau GKB akan dihancurkan olehku."
"Kau mengancam kami!" kata Yusveelis sambil menaikan kedua alisnya.
"Tidak, buk—" belum sempat Jeir menyelesaikan kalimatnya dia sudah diserang oleh dua bola sihir raksasa yang sangat panas.
Kapsul Jeir bergetar tapi tidak mengalami kerusakan yang berarti, pelindung dari tenaga atom yang seribu kali lebih padat masih sanggup melindunginya.
"Percuma berbicara dengan kalian para barbar." kapsul Jeir mulai bertransformasi memunculkan dua senjata laser miliknya.
ZING!
ZING!
Dua laser merah dengan cepat menembak langsung ke arah Yusveelis.
Mata Yusveelis melebar melihat serangan itu, dia menggerakan tangannya sambil membacakan beberapa mantra yang hanya dimengerti olehnya.
BOOM!
Dua laser itu bertabrakan langsung dengan energi penghalang berbentuk gerbang yang diciptakan oleh sihir Yusveelis.
Di daratan, Morstan tak tinggal diam, dia bergerak maju beberapa langkah dengan cepat dan menghunus pedangnya langsung ke arah kapsul Jeir.
Jeir melihat gelombang padat mendekat ke arahnya dengan cepat, dia menekan beberapa tombol dalam kapsulnya dan sekejap kapsul berteleportasi beberapa puluh meter dari tempatnya tadi, dan gelombang yang dikirim oleh Morstan menebas angkasa dengan kuat.
Pertarungan mereka terus berlanjut dan seperempat jam-pun berlalu dan menghasilkan kehancurkan area sekitar akibat pertarungan mereka bertiga.
Yusveelis kini mengeluarkan sihirnya lagi dengan sekala jauh lebih besar dari sebelumnya, dia berusahan mengakhiri pertarungan ini sekarang juga.
"Sial!" geram Jeir saat melihat energi yang dihasilkan oleh Yusveelis. Dia berusaha memaksimalkan mesinnya untuk berpindah sejauh mungkin dari tempat itu.
SWOSHH!
Energi itu akhirnya dilontarkan oleh Yusveelis mengarah langsung ke area Jeir.
"Gawat! Kaian ini para barbar sialan." teriak Jeir marah, dia tau dia tidak bisa menghindari serangan itu.
"Hentikan!" namun baru setengah jalan energi itu dilontarkan muncul dua sosok enigma di tengah-tengah Jeir dan Yusveelis.
Mereka adalah Jexe dan Jddan.
Sekejap energi yang tadi dilontarkan Yusveelis menghilang di udara dan menghasilkan kehampaan sesaat pada daerah yang dilaluinya.
"Sedang apa kalian di sana, Enigma busuk!" kata Yusveelis dengan wajah marah.
"Kami mengenalnya." kata Jexe sambil melirik kapsul Jeir.
"Apa maksudmu?" wajah Yusveelis menunjukan kekagetan karena ketidak-mengertian.
Morstanpun tak beda jauh dari Yusveelis, kedua alisnya menautkan satu sama lain dan menatap Jexe dan Jddan dengan pandangan kompleks.
"Kami mengenalnya, dia teman kami. Jeir kau bisa keluar dari kapsul sekarang." kata Jddan yang sudah menghadap kapsul Jeir.
Kapsul jeir perlahan terbuka dan menunjukan sesosok enigma yang hampir terwujud manusia.
Jeir menghela nafas pelan, dia menatap Jexe dan Jddan.
"Dia adalah Jeir salah satu penejelajah semesta, dia dinyatakan tewas tujuh tahun lalu, tapi kami selalu percaya bahwa dia masih hidup." kata Jexe menjelaskan.
"Aku tidak perduli siapa dia, yang pasti dia telah menimbulkan kekacauan di planet ini, dan harus dihukum seberat-beratnya." kata Yusveelis sambil kembali memancarkan mantra.
"Tunggu dulu, aku bisa menjelaskan semuanya." teriak Jeir dari kejauhan, tapi Yusveelis sama sekali tidak memperhatikannya.
Wajah Jeir, Jexe dan Jddan yang melihat itu menjadi gelap.
"Hentikan." tiba-tiba suara-nan megah menggema diseluruh area itu.
"Biarkan dia menemuiku." kata suara itu lagi, yang kini menunjukan kekuasaan spiritualnya.
Mendengar itu, Morstan dan Yusveelis saling melirik satu sama lain dan menarik kembali aura mereka.
"Ikuti kami." kata Yusveelis dengan nada dingin dan pandangan menusuk pada Jeir.
Jeir yang melihat itu merasakan hawa pembunuh yang sangat kuat menghantamnya.
"Barbar sialan." gumam Jeir pelan.
"Apa kau bilang?!" tanya Yusveelis dengan nada tinggi.
"Aku bilang jalan." kilah Jeir yang setelah itu hanya bisa menghela nafas pelan.
Mereka berlimapun akhirnya datang ke sebuah tempat megah namun memiliki aura yang aneh, Jeir dan kedua sahabatnya tidak bisa mengerti apa yang mereka rasakan sekarang, kuat tapi lemah, kasar tapi halus, semua hal yang berlawanan seakan menyatu dalam udara di situ.
Mereka berlima melalui jalan tanpa sedikitpun kata terucap, Yusveelis dan Morstan terlihat masih menahan emosinya untuk tidak mencabik-cabik Jeir di belakang mereka, Jexe dan Jddan bingung untuk memulai percakapan dengan Jeir, dan Jeir sendiri memiliki permasalahan yang harus segera diselesaikan.
Kini mereka sampai pada sebuah gerbang besar setinggi 5 meter dan memiliki lebar 3 meter, gerbang itu memiliki ornamen acak yang sangat tua namun memiliki aura misterius.
Perlahan Morstan mendorong gerbang itu, dan udara berhembus sangat kencang memghantam mereka.
Kini pandangan Jeir, Jexe dan Jddan terpaku pada sebuah ruangan putih terang namun kosong.
Mereka berlima masuk ke dalam ruangan itu, sangat luas namun sangat kosong.
"Jeir Arhilles, kenapa kau ingin menemuiku?" tanya Igna yang hanya menampilkan suaranya yang memenuhi ruangan itu.
Mendengar suara itu Yusveelis dan Morstan langsung berlutut. "Kalian bertuga berlutut!" kata Morstan saat melihat tiga enigma itu masih berdiri saat berhadapan dengan Igna.
Jeir, Jexe dan Jddan melihat satu sama lain, mereka terlihat canggung namun akhirnya mereka perlahan berlutut.
"Yang mulia Igna, terimakasih telah menerima saya. Kedatangan saya kesini untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi." Jeir menangkupkan kedua tangannya ke depan wajah.
"Jelaskan." kata Igna singkat.
Kemudian Jeir menjelaskan bagaimana dia bisa terlibat dengan semua ini, dari mulai kejatuhannya di planet Noir, hubungannya dengan sang ratu sampai semua peristiwa tentang gerbang itu.
"Jad benar kau bersekongkol dengan penguasa planet lain untuk menyerang GKB, kubunuh kau!" bentak Morstan yang mendengar penjelasan Jeir, diapun menghunus pedangnya dan melesat menuju Jeir.
"Tunggu apa?! Tidak aku tidak ingin menyerang GKB." sanggah Jeir yang melanglah mundur menjauh dari Morstan.
Tapi Morstan tidak menanggapinya, dia mengarahkan pedangnya langsung ke arah Jeir.
"Cukup." sergah suara Igna yang pelan namun menusuk.
"Tapi yang mulia dia ini —"
PLOP!
"Kubilang cukup." Morstan tak sempat menyelesaikan kata-katanya namun Igna sudah memaksanya berlutut dengan energi spiritual.
"Jeir, lanjutkan."
"Terimakasih yang mulia, aku sungguh tak bermaksud menyerang GKB, ini semua hanya kesalah-pahaman, sebenarnya aku hanya ingin meminta bantuan pada GKB." ucap Jeir yang kini sudah kembali berlutut.
"Bantuan?" tanya Igna tenang.
"Ya Yang mulia, tujuan sebenarnya gerbang itu adalah agar rakyat planet Noir bisa dievakuasi dari planetnya, planet mereka sekarat, dan mereka belum menemukan tempat yang cocok untuk kepindahan mereka." jelas Jeir perlahan.
"Omong-kosong, lalu bagaimana dengan serangan para binatang buas itu? Hah!" kata Yusveelis yang sedari tadi diam tapi sekarang jelas memamcarkan aura pembunuh yang sangat kuat.
"Itu ketidak-engajaan, saat kami menyiapkan untuk memindahkan mereka, gerbang menjadi tidak stabil dan membuat mereka panik, karena itulah akhirnya mereka membabi buta sekarang, mereka hanya melakulan pertahanan diri. Sungguh aku tidak bermaksud." jelas Jeir lagi dengan rasa bersalah.
"Lalu, sampai sekarang gerbang itu itu masih tidak stabil jadi tidak ada yang bisa melewati gerbang itu, energi GKB terlalu sulit untuk dikontrol, bahkan oleh teknologiku." sambung Jeir sambil menatap dengan pandagan penuh harap.
"Jadi kau ingin aku membantumu mengontrol gerbang itu?" dari penjelasan Jeir, Igna sudah menebak untuk apa Jeir harus menemuinya.
"Tidak ada yang bisa disembunyilan dari Yang mulia, benar aku datang kesini meminta Yang mulia untuk membantuku menyelamatkan warga Noir." kali ini Jeir berkata sambil bersujud.
"Kenapa kau ingin membantu planet Noir?" tanya Igna lagi.
Jeir yang mendengar itu langsung mengangkat kepalanya butuh waktu cukup lama untuk dia menjawab, "aku mencintai Ratu Halitha."
Mendengar itu, Jexe dan Jddan serta Yusveelia dan Morstan kaget tidak kepalang.
"Baiklah, aku akan membantu sebisaku." hanya Igna yang masih tenang untuk merespon pernyataan Jeir.
"Kalian pergilah ke depan gerbang, Morstan dan Yusveelis akan memimpin para Ignis untuk membantu, aku akan mencoba mengendalikan energi gerbang itu." sambung Igna dan masih dengan nada yang sangat tenang.
"Baik Yang mulia." jawab Yusveelis dan Morstan.
"Terimakasih yang mulia." kata Jeor dengan wajah suka-cita.
Sedangkan Jexe dan Jddan hanya bisa saling memandang tanpa bisa memberi tanggapan.
Setelah itu mereka semua bersama para Ignis berkumpul di depan gerbang, dan bersiap untuk membantu memindahkan ralyat Noir.
Beberapa saat kemudian gerbang yang tadinya hanya memberikan gambar kurang jelas, kini dengan nyata memperlihatkan planet Noir.
Namun, tak seperti harapan mereka, tak seperti harapan Jeir, keadaan planet itu sekarang tengah berada dalam kekacauan besar, planet Noir sudah hampir pada waktunya untuk meledak.
"TIDAKK!" Jeir yang melihat itu tak bisa lagi tinggal diam, dia dengan kapsupnya melesat langsung untuk masuk ke dalam gerbang.
"Jeir hentikan, aku tidak bisa membiarkan gerbang ini terus terbuka, atau GKB akan terlibat dalam kehancuran juga." kata Igna menghentikan laju Jeir.
Jeir berhenti dan membuka kapsulnya kemudian dia berkata, "terimkasih yang mulia, tapi aku tidak bisa meninggalkam ratu Halitha."
Jeir tersenyum dan kemudian dia kembali masuk ke dalam lapsul langsung melesat ke dalam gerbang.
"Jeir!" teriak Jexe dan Jddan saat Jeir melesat jauh meninggalkan mereka.
"Maaf, aku tidak bisa membahayakan warga Ghrunklesombe." kini Igna perlahan menutup gerbang itu dengan mengendalikam energi GKB.
Sekejap, sebelum gerbang itu tertutup sempurna, terlihat jelas bahwa planet itu meledak dan bahkan memberikan dampak belombang yang cukup dahsyat pada orang-orang yang berada di sekitar gerbang.
SWOSHH.
Kini gerbang itu telah tertutup sempurna dan menyisakan keheningan yang menyiksa. Raut wajah orang-orang yang hadir menjadi sangat kusut.
Dari kejadian itu mereka sadar bahwa ada mahluk lain yang kehidupannya sama seperti mereka di luar sana.
Mungkin seperti mereka hidup dalam damai, atau sedang menghadapi kehancuran.
Sehat atau sekarat, damai atau perang, invasi atau menginvasi, di luar sana pasti ada kemungkinannya.
Dari sejak itu timbul sebuah pertanyaan, akan-kah datang hari dimana GKB sekarat seperti mereka?
Sejak hari itu Igna mengutus beberapa petinggi, orang terpintar dan yang memiliki kekuatan terkuat di GKB untuk mengemban tugas rahasia dari Igna.
Tugas apa itu, hanya Igna dan para pembantunya yang tau.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top