2. Jalan Pertama Kali
'Mempercayaimu adalah bentuk usahaku menerima hubungan ini.'
Noda Dalam Ikatan Suci
~Thierogiara
***
Jodi menjemput Sesya di rumah, dia menyapa Sesya dengan sangat ramah, juga menyapa semua orang yang ada di rumah, izin langsung ke keluarga Sesya kalau hari ini mau ajak Sesya keluar untuk berkenalan.
Sesya memang gampang luluh atas hal-hal sederhana, sesederhana itu yang Jodi lakukan, tapi cukup membuat Sesya merasa sangat spesial, dia merasa dihargai saat Jodi meminta izin langsung ke keluarganya.
Jodi menggerakkan kepalanya, memberikan kode untuk Sesya masuk ke mobil begitu Jodi membukakan pintu untuk Sesya.
"Makasih kak," ucap Sesya.
Jodi tersenyum dan menaikkan sebelah alisnya, setelah itu dia berjalan ke sisi mobil yang satunya dan langsung naik ke kursi penumpang.
Dari penampilannya juga Sesya merasa kalau Jodi ini tipe-nya, karena suka berpakaian rapi, memakai kemeja dan celana bahan, sangat tampan, yang tampilannya dewasa begini yang selama ini Sesya cari. Seperti sosok yang kelihatannya bisa mengoyomi Sesya, itu yang Sesya butuhkan.
"Maaf ya Sya," ucap Jodi.
Detik selanjutnya Jodi sudah mendekat dan menarik sabuk pengaman, memasangkannya ke tubuh Sesya.
"Eh, ma...makasih kak," ucap Sesya agak gugup. Padahal dia sudah ingat-ingat untuk memakai sabuk pengaman, tapi lupa juga akhirnya dan untungnya Jodi peka.
Tapi, Sesya tidak sangka juga kalau akan langsung dipakaikan ternyata.
Jodi terkekeh. "Relax Sya," ujar Jodi.
Sesya nyengir. "Maaf ya kak kalau aku agak nggak asik," ujar Sesya.
Jodi tertawa, kalau sebelumnya sekadar terkekeh, kali ini benar-benar tertawa sangat besar.
"Iya, iya paham aku, santai aja, aku nggak makan orang kok," ujar Jodi.
Sesya tersenyum canggung, ya semoga saja dia tidak mengacaukan apa yang terjadi hari ini, semoga semuanya berjalan lancar sesuai dengan keinginan mamanya.
***
Mereka makan di salah satu restoran Thailand, sepertinya Jodi suka makanan dari negara tersebut.
"Baru lulus kuliah ya Sya?" tanya Jodi, tentu saja untuk memulai sebuah hubungan mereka harus tetap basa-basi.
"Iya kak, udah coba lamar kerja ke sana kemari, tapi belum ada panggilan. Panggilan wawancara aja belum," ujar Sesya, Jodi mungkin akan menjadi sosok yang lebih dekat dengan Sesya, jadi mungkin tidak ada salahnya saling cerita.
Jodi menganggukkan kepalanya. "Jadi, kalau udah jadi istri, terus suami kamu minta untuk kamu di rumah aja, ngurus rumah, kamu mau?" tanya Jodi, ya ini belum tentu Jodi menerapkan semuanya di dalam kehidupan Jodi, dia hanya bertanya ke Sesya.
Sesya mengangguk. "Mau kayaknya kak, karena sebenarnya Sesya lebih suka di rumah, nggak suka ketemu orang, nggak suka terlalu berurusan dengan orang lain," jelas Sesya, sebaiknya jujur kan? Karena memang Sesya mau Jodi tahu apa yang ada di dalam diri Sesya, ingin Jodi menerima dirinya apa adanya.
Jodi mengangguk-angguk. "Saya juga sebenarnya mau cari istri yang seperti itu," jelas Jodi, pas sekali memang sepertinya Sesya untuk menjadi istrinya.
Jodi mencari seseorang yang memang polos, dengan kata lain tidak akan mencari-cari apa yang Jodi lakukan di luar rumah.
Sesya hanya membalasnya dengan senyum. Karena tidak mungkin dia maju dan langsung menawarkan dirinya bahwa ya sebaiknya Jodi memilihnya saja, tidak mungkin Sesya begitu.
"Aku juga nggak ada niatan menolak orang tuaku Sya," ujar Jodi.
Sesya menatap Jodi dan kelihatan dari sorot matanya Jodi benar-benar serius dengan semuanya.
Sesya mengangguk. "Sama kak, aku juga nggak mungkin bisa menolak orang tuaku, aku anak angkat dan secepatnya aku harus keluar dari rumah," jelas Sesya, sekali lagi, dia mau Jodi mengenalnya sebagai sosok yang apa adanya, agar tidak ada penyesalan untuk Jodi di lain kesempatan nanti.
Jodi langsung tersenyum, Sesya sama sekali tidak ada feeling apa-apa, dia hanya merasa kalau Jodi baik, mungkin memang Tuhan sedang mempersiapkan sosok Jodi untuk hidup Sesya, selepas semua hal yang Sesya dapatkan di dalam hidupnya.
Sesya juga tersenyum, dalam hati dia berdoa semoga ini adalah langkah yang baik dan kali ini Sesya tidak salah langkah dan sudah mengambil keputusan yang benar.
***
"Daripada lo minjem duit sama gue, gue punya tugas buat lo," ujar Jodi, tentu saja dalam urusan ini tidak ada waktu lagi untuk basa-basi. Jodi baru saja mengantar Sesya dan dia langsung menemui seseorang saat mendapatkan pesan untuk meminjam uang dari orang ini.
Sosok di hadapan Jodi langsung menatap Jodi dengan tatapan fokus, dia butuh uang dan satu-satunya orang yang terpikir olehnya adalah Jodi.
"Apa Pak?" Namanya adalah Eldar, dia salah satu bawahan Jodi di kantor, mereka cukup dekat sebenarnya sejauh ini. Eldar juga kadang membantu Jodi dalam beberapa urusan.
Jodi mendekat. "Gue rasa lo udah tau gosip-gosip soal gue, gue ini gay dan itu benar," ujar Jodi, suaranya benar-benar sangat pelan, hanya mereka berdua yang bisa mendengar.
Eldar menelan ludahnya dengan susah payah, apa dia benar-benar harus mendengar semua ini? Dia jadi takut dengan kemungkinan-kemungkinannya.
"Nggak, gue nggak nyuruh lo nidurin gue, nggak, gue juga milih kali. Tapi, gue mau nyuruh lo hamilin cewek," ujar Jodi.
Eldar semakin kaget, ide gila macam apa itu?
"Tapi lo tenang, yang lo hamilin istri gue, jadi nanti gue yang bertanggungjawab sama wanita itu dan anaknya," jelas Jodi.
Eldar tahu kalau orang kaya selalu memiliki hal-hal gila untuk dilakukan, tapi tidak pernah sangka kalau akan segila ini.
"Pak..." Eldar bahkan putus asa mendengarnya, haruskah dia menjadi manusia yang sejahat itu?
"Gue dijodohin dan gue nggak bisa, gue nggak bisa memaksakan diri gue. Gue tau yang orang tua gue butuhkan adalah pembuktian, dengan punya anak tentunya," jelas Jodi. Sejujurnya Jodi juga tidak mau menjalani kehidupan seperti ini, tapi mau bagaimana lagi? Demi kebaikan semuanya juga.
"Gue bakal bayar lo lebih dari yang mau lo pinjem, lo butuh dua puluh juta, gue kasih lo seratus," ujar Jodi, dia tidak mau tahu ini semua harus berjalan sesuai dengan rencananya.
"Benefit lainnya gue pastiin cewek ini perawan, jadi yang pertama kali buat dia. Gue nggak akan pernah ungkap identitas lo ke siapa pun, walaupun mungkin anak itu ketahuan bukan anak gue," jelas Jodi, dia sangat serius dengan semua ini.
"Tapi, eksekusinya gimana? Kita jelas dua orang yang beda," ujar Eldar, masih sedikit sadar dan waras.
"Gue yang bakal atur semuanya, nanti gue bisa bilang fetish gue dia harus tutup mata atau ya gue bikin mabuk dia. Lo tenang aja soal itu," jelas Jodi.
Seumur hidup Eldar, penawaran paling gila yang pernah dia dapatkan adalah ini.
"Gue temenin lo cek kesehatan, kita pastikan kalau lo nggak perlu melakukannya sampai berkali-kali untuk membuat dia hamil," jelas Jodi, Jodi sudah berbicara panjang lebar sejak tadi, semua ini dia lakukan agar Eldar mau bekerjasama dengannya.
"Gue yang jamin semuanya aman, kita pakai kontrak biar lo bisa nuntut gue kalau emang ada sesuatu yang merugikan lo," jelas Jodi, pokoknya semua ini harus sampai jadi, Jodi sudah buka-bukaan, sudah jujur juga dengan Eldar, dia tidak mau ini gagal.
"Atau lo mau naikin harga? Silakan," ujar Jodi.
Eldar masih kelihatan menimbang-nimbang, jujur semuanya tidak bisa sembarangan dia lakukan.
"Seratus lima puluh juta?" tanya Eldar.
"Deal?"
Jodi langsung mengulurkan tangannya tanpa ragu, sementara Eldar hanya menatap tangan Jodi, sampai akhirnya dia mengangkat tangannya dan membalas uluran tangan Jodi.
"Deal!"
"Gue siapkan kontraknya segera!"
Menurrut Jodi semua ini memang harus dipersiapkan jauh sebelum hari pernikahannya, persiapan yang matang akan menghasilkan sesuatu yang matang pula.
***
Gimana gimana?
Ini seriusan nggak ada yang mau komen-komen nih?
Apa nggak seru ya?
🥲🥲🥲
Jangan lupa bahagia ya semuanya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top