14. Sok Suci
'Karena kalau itu darimu, omong kosong pun akan kutelan mentah-mentah, sepercaya itu aku.'
Noda dalam Ikatan Suci
~Thierogiara
***
Apa yang Sesya jalani sekarang ini, semuanya Sesya jalani dengan bahagia, dia sama sekali tidak ada feeling apa pun atau merasa bagaimana-bagaimana, dia nyaman dengan Jodi dan tentunya rasa aman itu ada karena Jodi adalah sosok yang sangat stabil, secara mental emosinya stabil, dia sabar juga dan secara ekonomi juga semuanya cukup, Sesya bisa langsung hidup nyaman saat dia hidup bersama Jodi.
Mereka sudah membicarakan soal honeymoon, tapi pekerjaan Jodi sedang banyak, jadi memang belum bisa ditinggal, Sesya harus sabar menunggu sampai suaminya luang dan mereka bisa melakukan perjalanan.
"Aku berangkat kerja dulu," pamit Jodi.
Sesya mengambil tangan sang suami, mencium punggung tangan itu dan membiarkan Jodi kemudian mencium keningnya.
"Hati-hati mas," ucap Sesya.
"Kamu juga hati-hati di rumah, kayaknya nanti mama mau ke sini lihat keadaan kamu," pesan Jodi.
Sesya tersenyum dan mengangguk, salah satu yang Sesya syukuri ya ini, meski mungkin kesannya kedua orang tuanya tidak peduli dengan Sesya, tapi kedua orang tua Jodi sangat peduli dan memang langsung sayang dengan Sesya.
Jodi langsung berjalan menuju mobil dan masuk ke dalam mobil, setelahnya langsung berangkat, sebelum keluar dari gerbang rumah dia sempat melambaikan tangannya sembari tersenyum manis ke arah Sesya.
Kalau begini sepertinya Sesya akan sehat sih, soalnya tidak banyak beban dan ya dia selalu menerima senyuman manis dari Jodi.
***
Benar saja, mama Jodi datang dengan banyak sekali bawaan, Sesya juga tidak tahu beliau ini kenapa, tapi ya bersyukur juga karena akhirnya malah jadi banyak stok.
"Jodi sudah masuk kerja ya?" tanya mama mertuanya itu.
"Iya ma, nggak bisa cuti lama-lama katanya," jawab Sesya, dia menjawab sesuai dengan yang dia dapatkan dari sang suami.
Mama Jodi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Anak itu memang paling nggak bisa berdiam diri," ujar mamanya.
Sesya terkekeh, dia juga kenal sih. Tapi, kelihatannya memang agak lumayan tidak bisa diam Jodi, selalu suka mengerjakan sesuatu, soalnya selama di rumah juga sesekali buka laptop dan di laptop selalu ada yang dia kerjakan, dia tidak hanya berdiam diri saja.
"Kamu maklum ya kalau nanti Jodi sibuk," ujar mamanya.
Sesya mengangguk. "Nggak apa-apa kok ma, aku sama mas juga emang nggak nunda punya anak kan, mempersiapkan masa depan untuk kami sekeluarga," jelas Sesya, dia sih memandangnya dengan begitu saja, memandangnya dengan sisi positifnya saja, bahwa kerja keras Jodi juga nantinya untuk dirinya dan anak-anak mereka.
"Iya juga ya Sya," ujar sang mama mertua.
Sesya mengangguk, rumah tangga itu soal itu kan? Soal mengalah dan terus-terusan memberikan pengertian, semoga saja hati Sesya bisa selalu seluas itu dan selalu punya sudut pandang baik untuk semua kejadian dan keputusan yang ada di dalam kehidupan mereka.
"Ya udah, yang penting dalam hubungan itu ya yang kayak kamu tadi. Saling mengerti dan saling memahami," ujar mama Jodi.
Sesya mengangguk lagi, dia setuju sih dengan semua itu, hubungan bisa berjalan baik sebenarnya tentang orang-orang yang ada di dalamnya, tentang dua orang yang bisa dibilang bersedia mengalah seumur hidup.
"Ini mama bawain susu almond, susu kurma, mama sendiri yang bikin. Terus ada kurma muda juga," jelas mama mertuanya, baik sekali bukan?
Refleks Sesya mendekat dan memeluk mama mertuanya itu, mama Jodi juga terkekeh dengan kelakuan menantunya.
"Makasih banyak mama," ucap Sesya.
"Biar kamu sehat dan mama papa segera nimang cucu," ujar mama Jodi, alasan kenapa mereka selama ini selalu sangat ingin Jodi menikah ya itu, mereka mau Jodi segera punya anak dan segera memberikan cucu untuk mereka.
"Aamiin," ucap Sesya.
***
Di kantor, kelihatan sekali kalau Eldar menghindari Jodi, padahal jelas kalau mereka akan sering bertemu karena Jodi adalah atasan Eldar, tapi tetap saja kalau mereka tidak sengaja saling menatap, maka Eldar akan langsung menghindar.
Akhirnya Jodi yang mendatangi Eldar saat merokok di dekat kantin, di ruangan terbuka, sebenarnya setahu Jodi jarang-jarang Eldar merokok.
"Lo ada masalah ya sama gue?" tanya Jodi.
Eldar hanya menghela napasnya.
"Apa nggak sebaiknya kita memang jangan ketemu?" tanya Eldar, mungkin ini hanya perasaan Eldar sendiri, bukan perasaan Jodi juga, tapi ya Eldar tidak nyaman, dia selalu teringat wajah wanita itu dan cukup membuatnya merasa bersalah.
Jodi tertawa. "Lah, kenapa?" tanya Jodi.
Eldar memutuskan tidak menjawab, Jodi sendiri juga pasti sudah tahu apa jawabannya, apa alasannya, Jodi tahu kenapa Eldar memutuskan begini.
Jodi mengangguk-angguk. "Santai aja lagi, kerjasama kita belum selesai, lo masih ada tugas kalau yang pertama nggak berhasil," jelas Jodi, karena memang kesepakatannya begitu dan tentunya Jodi yang sudah membayar mahal tidak mau rugi.
Eldar menghela napasnya dan sialnya uangnya sudah dia pakai untuk bayar utang dan untuk pengobatan ibunya, dia tidak punya pilihan selain meneruskan semua ini.
Eldar kemudian mengangguk, dengan itu tentu akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan wanita itu nantinya.
"Kayaknya main lo enak deh, dia bahagia banget kalau deket gue," ujar Jodi sambil tertawa, sungguh benar-benar seperti manusia tidak punya perasaan.
"Kayaknya kalaupun berhasil dia bakal nagih dijamah sama lo," ujar Jodi, mereka di wilayah yang tidak ramai orang, makanya lumayan bebas mengatakan apa pun.
Menurut Eldar, Jodi sakit jiwa sih, benar-benar tidak berprikemanusiaan, benar-benar tidak punya perasaan, padahal wanita itu juga manusia dan punya perasaan.
Eldar langsung mematikan rokoknya dan pergi begitu saja meninggalkan Jodi, dia muak dan enggan mendengar semuanya, dia dan Jodi jelas berbeda, kalau Jodi tidak berperasaan maka Eldar masih memiliki perasaan.
Jodi tertawa melihat kepergian Eldar.
"Sok suci lo," kata Jodi.
Eldar bisa mendengar itu, tapi memutuskan tetap melangkah meninggalkan Jodi.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top