No Regret
Jika dihitung, mungkin ini adalah pertemuan ke-127 dirinya dengan Hange dalam bentuk reinkarnasi ke-127. Namanya masih sama, Hange Zöe. Setelah ribuan abad terlewati, namanya tak ada ubah-ubahnya sekalipun walau terjadi perbedaan generasi. Seolah seperti takdir langit bahwa nama Hange akan selalu bersanding dengan Levi.
"Halo Mr. Ackerman, namaku Hange Zöe. Kau bisa memanggilku Hange."
"Levi Ackerman."
Perkenalan singkat ini pasti akan membawanya ke pertemuan-pertemuan tak berujung yang akan membuatnya bersanding dengan wanita berkacamata ini. Takdir barunya telah dimulai dan Levi tak bisa berbuat apa-apa.
Kehidupannya yang abadi dan selalu berujung pertemuannya dengan Hange membuat Levi lelah lahir batin. Siapa yang tak lelah dengan kehidupan tak hingga dan harus merasakan sakitnya perpisahan yang terus berulang hingga tak tahu sampai kapan?
Semua berawal dari kehidupan pertamanya yang menjadi prajurit manusia terkuat yang memiliki tanggung jawab dalam membasmi raksasa yang memangsa manusia. Ketika fakta terkuak bahwa ratusan raksasa yang telah dibunuhnya ternyata manusia sebelumnya membuat Tuhan menghukumnya seperti ini. Kehidupan abadi setelah kematian kehidupan pertamanya dan secara mengejutkan selalu bertemu reinkarnasi Hange.
Levi awalnya tak mengerti kenapa Hange dilibatkan dalam hukumannya ini. Dalam kehidupan pertama, memang keduanya dekat untuk hubungan sebagai rekan seperjuangan. Akan tetapi, dalam hal ini Hange seharusnya tak perlu ikut campur. Ini adalah hukumannya. Tak perlu ada Hange di dalamnya.
"Hange sama berdosanya denganmu dan ini semua berdasar atas perasaan tersembunyimu."
Levi pun seketika paham. Perasaannya yang selama ini selalu tertutupi oleh profesionalitas. Sebuah hasrat terpendam ketika dunia damai tanpa ancaman raksasa dan tetek bengeknya. Rasa nyaman yang ia rasakan ketika bersama Hanji. Tuhan menggunakan itu semua demi menyiksanya sebagai hukuman.
'Kita bertemu lagi dan kau selalu tak mengenaliku saat pertama kali.'
"Oke, kupanggil Levi tak masalah?"
"Sesukamu saja."
Hange hanya terkekeh saat mendengar jawaban cuek dari Levi, sedangkan laki-laki itu hanya diam menatapnya.
'Bahkan tawa jelek dan cengiranmu itu masih sama saja.'
"Semoga kita bisa menjadi rekan kerja yang baik."
"Ya."
Wanita bersurai cokelat yang dikuncir kuda itu kembali ke meja kerjanya. Kembali berkutat dengan dokumen-dokumen tugasnya. Levi diam-diam mengamati dibalik bilik meja kerjanya. Menatap lekat sosok Hange yang selalu sama seperti kehidupan-kehidupan sebelumnya.
Rambut cokelat yang selalu dikuncir berantakan, kacamata, kulit tan, tawa cempreng, wangi lemon, iris cokelat yang selalu berkilau, tinggi semampai yang selalu membuat Levi jengkel, kecerdasannya yang mengagumkan, dan sifatnya yang konyol dan aneh. Semuanya adalah Hange.
Levi pun berpikir, pertemuannya kali ini dengan Hange akan berujung apa? Kali ini mereka tinggal di dunia yang modern penuh kedamaian. Tak ada peperangan, tak ada ancaman mematikan untuk manusia, tak ada perbedaan kasta. Mereka sama-sama pegawai di sebuah kantor swasta dengan posisi Hange adalah karyawan baru.
Apakah mereka akan bersama pada akhirnya setelah melewati berbagai kehidupan yang berujung perpisahan?
Kilas balik pada kehidupan kedua, mereka hidup di zaman suku yang dipenuhi konflik saudara. Hange adalah putri kepala suku yang terbunuh dalam perang. Levi sendiri seorang jenderal perang suku tersebut. Kehidupan kelimabelas, mereka hidup di zaman kerajaan Eropa. Perbedaan kasta memisahkan mereka. Hange yang merupakan seorang putri bangsawan dijodohkan dengan seorang duke. Levi sendiri hanyalah seorang pengawal Hange. Kehidupan kelimapuluh, mereka bertemu ketika perang dunia kedua sedang berkobar. Hange adalah seorang Yahudi yang harus Levi bunuh sebagai tentara Nazi.
Ketika mengingat kembali kilas balik kehidupannya, rasa sakit yang telah usang itu kembali menyeruak. Takdir menyakitkan yang membuat hati Levi mati-sematinya. Kehadiran Hange bagaikan buah simalakama. Sekeras apapun ia berusaha menjauhi Hange di setiap takdir mereka, keduanya pasti akan selalu bertemu lagi. Levi tak bisa mengalahkan takdir. Ia pun hanya bisa menerimanya, merepetisinya, dan jatuh ke lubang yang sama.
Jauh di lubuk hati yang paling dalam, Levi lelah untuk selalu jatuh cinta pada Hange di setiap kehidupannya. Akan tetapi, Levi tak bisa mencegahnya. Kobaran pesona Hange akan selalu menjatuhkannya. Meruntuhkannya dengan senyuman khasnya, meluluhkannya dengan binar cokelatnya, dan membuainya dengan sifat periangnya. Levi tidak pernah menyesalinya.
"Kehidupan ke-127 semuanya akan berakhir bahagia."
Suara bisikan misterius yang hanya bisa didengar Levi di saat-saat tertentu itu mengejutkannya. Pria itu merasakan sesak tak terkira. Buih-buih harapan yang sudah lama ia lupakan kembali ke permukaan. Iris abunya menatap lama Hange yang sibuk dengan pekerjaannya. Ini adalah kehidupan terakhir yang akan berakhir bahagia. Hange kali ini tidak akan meninggalkan luka.
"Levi, kenapa kau sedari tadi menatapku terus? Apakah ada yang salah dengan penampilanku?"
"Kupikir aku melihat sarang laba-laba di rambutmu tadi."
"Huh?! Benarkah?!"
Levi hanya tersenyum kecil,"Bercanda. Itu sebagai tanda perkenalan saja."
Hange terperangah saat melihat senyuman Levi,"Wah, kau orang yang garing, ya, ternyata."
Levi tak menggubris. Hatinya kini sedang meledak-ledak oleh harapan. Ia tak sabar dengan perjalanan terakhirnya dengan Hange. Setelah penantian lamanya, setelah melewati rasa sakit yang sama, semuanya akan berakhir.
Walaupun harus merasakan sakit yang luar biasa, Levi Ackerman tidak menyesal mencintai Hange Zöe di setiap kehidupan
END
A/N:
Tiba-tiba kangen LeviHan terus pas lagu Favorite-NCT 127 rilis terus meresapi makna liriknya, entah kenapa cocok banget sama vibesnya LeviHan (iya, levi cocok banget sebagai pihak yang paling tersakiti/plak)
Sebenarnya udah pengen buat oneshoot ini dari lama, tapi karena kesibukan kuliah jadi ketunda sampai sekarang dan akhirnya bisa ngetik ini sehari jadi.
Semoga kalian suka sama oneshoot ini^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top