No Mercy 16

Gale menyadari kejanggalan itu tepat beberapa detik sebelum tragedi terjadi. Ia terlambat dan mobil yang dikendarainya pun terpental beberapa meter.

Pada dasarnya jalanan menuju Larkspur Hollow cenderung selalu sepi. Keberadaannya yang tak diketahui oleh banyak orang adalah penyebab utama. Jadilah bila ada satu atau dua kendaraan yang Gale temui di jalanan maka itu bisa dipastikan adalah kendaraan yang menuju daerah lain bernama Iridescence Pinnacle, yaitu daerah hidup terakhir untuk jalur perjalanan tersebut. Sementara Larkspur Hollow masih memiliki sisa perjalanan sekitar lima puluh kilometer lagi.

Hal tersebut menarik kecenderungan lain, yaitu nyaris tak ada orang yang melintas di jalanan itu ketika malam. Pertimbangannya adalah alam sekitar yang masih liar. Orang-orang tak ingin mengambil risiko bertemu dengan hewan buas penghuni hutan yang mengapit kiri dan kanan sepanjang jalan.

Jadilah ketika ada cahaya lampu mobil dari arah berlawanan, Gale merasakan keanehan. Rasa-rasanya ia tak pernah berpapasan dengan mobil lain ketika melakukan perjalanan tengah malam menuju Larkspur Hollow. Keganjilan itu membuatnya bertanya-tanya dan sontak saja matanya membesar ketika disadarinya mobil itu menuju pada mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Mobil Gale ditabrak. Jadilah mobilnya terpental dan berguling beberapa kali hingga akhirnya berhenti bergerak dengan posisi berdiri. Di dalamnya, Gale dan Elodie tak bergerak sama sekali. Agaknya mereka pingsan.

Mobil yang menabrak mobil Gale berhenti. Keberadaannya disusul oleh dua mobil hitam serupa.

Pengemudi mobil penabrak turun. Ia adalah seorang pria bertubuh kekar. Diberikannya isyarat pada rekannya yang lain untuk menunggu di dalam mobil sementara ia mengecek keadaan.

Pria itu menuju mobil Gale. Dibukanya pintu penumpang dan dilihatnya Elodie yang pingsan, lalu beralih pada ponsel yang menyala dengan telepon yang masih tersambung.

"Elodie! Apa yang terjadi? Gale?"

Pria itu mengambil ponsel tersebut dan mengakhiri panggilan. Dilemparnya ponsel ke sembarang tempat dan sekarang perhatiannya secara penuh tertuju pada Elodie.

Tangan terulur dan pria itu melepaskan sabuk pengaman Elodie. Diraihnya tubuh Elodie dengan niatan ingin menggendongnya keluar, tetapi tiba-tiba saja ada rasa sakit yang menyentak di pahanya.

"Sialan!"

*

Sesaat setelah mobil berhenti bergulingan, Elodie merasa kepalanya menjadi berat. Selain itu, ia pun mulai mencium aroma amis ketika rasa hangat perlahan mengalir di wajahnya.

Elodie tahu dirinya terluka. Kepalanya berdarah. Namun, sebisa mungkin ia menolak untuk menyerah pada rasa sakit itu.

Jadilah Elodie menggigit bibir bawahnya sekuat tenaga. Diciptakannya rasa sakit lain sehingga kesadarannya tetap terjaga.

"Elodie!"

Elodie mengerjap lemah. Bola mata berputar dan dicarinya sumber suara itu. Xavier.

Telepon masih terhubung, tetapi Elodie tak bisa menggapai ponsel itu. Ia pun tak mungkin berteriak karena tentunya akan menarik perhatian si penabrak.

Siapa mereka? Mengapa mereka menabrak kami?

Dalam hitungan detik yang cepat, Elodie bisa melihat kedatangan dua mobil lainnya. Jadilah ia bisa menyimpulkan bahwa yang baru saja terjadi bukanlah kecelakaan, melainkan penyerangan.

Elodie menahan nyeri yang semakin menghantam kepalanya. Dicobanya untuk mengulurkan tangan, tetapi ia tak mampu menggapai Gale. Jadilah ia mencoba untuk memanggil walau hanya berbisik.

"Gale. Gale. Kumohon, sadarlah, Gale."

Gale bergeming. Ia tak bergerak sama sekali.

Elodie berhenti memanggil ketika dilihatnya ada seorang pria yang turun dan mendekat. Instingnya menyala sehingga diyakininya bahwa pria itu pasti akan berbuat hal lebih buruk lagi dari sekadar menabrak.

Rasa takut hadir, tetapi Elodie tidak panik. Ia malah mendengkus, lalu tersenyum sinis sembari melepaskan sepatu berhak lancip yang dikenakannya.

Pria itu mendekat. Elodie memejamkan mata. Diusahakannya untuk berpura-pura senatural mungkin dan ketika dirasakannya pria itu berniat untuk menggendongnya keluar maka ia pun mengayunkan hak sepatunya ke paha pria itu.

Hak sepatu menancap di paha pria itu. Darah mengalir dan jerit kesakitannya pecah.

Tindakan Elodie menarik perhatian teman-teman pria itu. Elodie pun bergegas. Didorongnya pundak Gale dengan kuat sembari membentak.

"Gale, bangun! Kita diserang."

Gale mengerang. Elodie menggeram. Orang-orang itu berlari dan menghambur ke mobil mereka.

Elodie memegang sepatunya dengan erat. Dikuatkannya diri sambil melihat dengan cepat keadaan sekitar yang ternyata hanyalah hutan. Sialan!

Suara lari yang mendekat membuat jantung Elodie jadi terpacu. Mereka semakin mendekat dan satu orang menuju padanya.

Elodie bersiap. Tangan terangkat dan hak sepatu siap menghantam. Namun, pria selanjutnya langsung tersungkur sebelum ia sempat menyerang.

Suara letusan pistol membuat Elodie menjerit. Sepatu lepas dan ia refleks menutup telinga. Ia berpaling dan memelotot pada Gale yang baru saja menembak, pelurunya melintas tepat di depan wajahnya!

"Kau gila, Gale!"

Gale mengabaikan umpatan Elodie. Ia melepaskan sabuk pengaman dan dengan cepat mengambil stok peluru di laci dasbor, lalu menyimpannya di saku. "Tetap di dalam mobil. Tutup pintunya dan kunci. Kau akan aman. Mobil ini anti peluru."

"Kau tidak bermaksud untuk melawan mereka seorang diri bukan?" tanya Elodie syok. "Mereka banyak dan—"

Gale turun dan menutup pintu. Jadilah Elodie buru-buru melakukan perintahnya. Elodie segera menutup pintu penumpang dan mengunci semua pintu.

Sekarang tak ada yang bisa Elodie lakukan. Ia hanya bisa berdiam diri di dalam mobil seraya kembali memegang sepatunya erat-erat. Dilihatnya pertarungan di luar sana dan ia kembali menjerit ketika salah seorang penyerang itu terhempas berkat tendangan Gale.

"Oh, Tuhan!"

Satu melawan tujuh memang bukan perkelahian yang seimbang. Untuk itu Gale berusaha untuk menyerang dengan seefektif mungkin, terlebih karena ia baru saja mengalami kecelakaan.

Gale bersembunyi di balik mobil. Dicermatinya keadaan dengan cepat, lalu ia maju dan menghadapi seorang pria yang menembak pintu mobil.

Peluru mental. Jeritan Elodie pecah. Gale maju seraya menghindar ketika si penyerang menodongkan pistol padanya.

Gale berkelit dengan lincah. Ia masuk melalui bawah tangan si penyerang dan tangannya yang menggenggam pistol menghantam perutnya.

Penyerang yang lain tak tinggal diam. Mereka mengangkat pistol dan mulai menembak.

Gale berputar seraya mempertahankan tubuh si penyerang yang ditinjunya. Jadilah para penyerang itu menembaki teman mereka sendiri.

Di lain pihak, keadaan itu dimanfaatkan oleh salah seorang penyerang yang sepertinya adalah pemimpin dari serangan itu. Ia memberikan isyarat pada rekannya yang lain dan si rekan mengangguk paham.

Seorang penyerang mundur dari perkelahian. Ia bergegas ke mobil dan mengambil satu jeriken berisi bensin, serta pemantik api.

Gale menangkap kejadian itu. Dilihatnya penyerang itu membawa jeriken tersebut dan menuju ke mobil. Jadilah ia menangkap kesimpulan. Mereka mengincar Elodie.

Tutup jeriken dibuka. Si penyerang mulai menyirami mobil dengan bensin dan mulailah Elodie panik.

"Sialan! Apa yang kau lakukan?!"

Elodie tidak bisa berbuat apa-apa. Jeritannya tak berarti apa-apa. Si penyerang terus membasahi mobil dengan bensin hingga jeriken itu kosong.

Si penyerang melempar jeriken kosong ke sembarang tempat. Diangkatnya pemantik api tepat di depan wajah dan ia pun menyalakannya.

Pemantik api mengeluarkan api. Elodie yang melihatnya dari dalam mobil langsung memelotot dengan ngeri. Sialan! Walaupun mobil ini anti peluru, bukan berarti mobil ini anti dibakar.

Tubuh Elodi terasa dingin ketika si penyerang benar-benar melemparkan pemantik api yang menyala itu ke mobil. Jadilah bensin menjilat api dan seketika saja api berkobar.

Elodie menjerit sejadi-jadinya ketika api melahap mobil. Hawa berubah panas dan tubuhnya langsung berkeringat.

"Gale!"

Gale berpaling dan melihat mobil yang terbakar. Wajahnya berubah pucat. Ia harus segera menyelamatkan Elodie, tetapi para penyerang tak akan membiarkannya begitu saja.

Satu tinju menghantam rahang Gale ketika ia lengah. Jadilah kepalanya terasa berat dan pandangannya kabur. Namun, ia dengan cepat kembali fokus pada serangan yang datang. Ia harus mengalahkan semua penyerang itu agar bisa menyelamatkan Elodie.

Gale meremas pistol. Digertakkannya rahang dan ia kembali maju. Ia membalas tinju yang didapatnya dengan serangan serupa.

Tinju Gale mendarat telak di rahang si penyerang. Jadilah si penyerang terhuyung dan Gale terus maju. Kali ini tinju kirinya menghantam perutnya.

Bertepatan dengan itu, insting Gale memberi peringatan. Ia mengerjap sekali, lalu berkelit dengan mengikuti intuisi.

Satu tendangan luput mengenai Gale. Lebih dari itu, ia tak menyia-nyiakan kesempatan. Dihantamnya si penyerang dengan ujung sikunya, lalu pistol meletus.

Tiga dari tujuh orang telah roboh. Tersisa empat orang lagi dan Gale semakin kehabisan waktu. Api terus menjilat-jilat dan semakin lama kobarannya pun semakin besar.

Gale tak punya pilihan. Prioritasnya adalah Elodie. Ia harus menyelamatkan Elodie sekarang juga.

Namun, penyerang yang tersisa tak akan membiarkan hal tersebut. Mereka mengadang sehingga Gale tak punya kesempatan untuk menyelamatkan Elodie.

Pistol terangkat. Letusannya terdengar berulang kali. Gale terpaksa menghindar dan bersembunyi di balik sebuah pohon sembari mengisi pelurunya.

Gale memantapkan tekad. Dicermatinya sejenak keadaan kala itu sembari menilai para lawan yang masih tersisa. Ia menyusun skenario dengan cepat di dalam kepala dan setelahnya keluar sambil menembak.

Satu penyerang roboh sementara Gale langsung bersembunyi lagi di pohon lain. Ia semakin dekat dengan mobil dan hawa panas membuatnya semakin bertekad. Ia harus bergegas dan menyelamatkan—tunggu!

Gale menyipitkan mata. Fokusnya sekarang menuju pada satu bagian yang tampak asing di dalam kobaran api.

Pintu kemudi terbuka. Elodie pergi!

*

Hanya orang bodoh yang akan berdiam diri di situasi genting dan Elodie bukanlah orang bodoh. Jadilah ia mengambil keputusan ketika api semakin berkobar dan tubuhnya mulai kepanasan.

Elodie beranjak ke kursi depan. Dibukanya pintu kemudi dan ia tak terkejut sama sekali ketika mendapati seorang penyerang telah menunggunya.

Pistol terarah ke kepala Elodie. Si penyerang memberikan isyarat padanya untuk berjalan.

Elodie melakukan perintah itu. Ia berjalan sesuai arahan si penyerang, tetapi tak lama. Secara tiba-tiba dan tanpa terduga sama sekali, ia mendorongkan tubuhnya ke belakang dengan cepat dan penuh kekuatan.

Elodie menubruk tubuh si penyerang dan terus melangkah mundur sehingga si penyerang pun terjengkang di badan mobil. Api menjilat dan Elodie abaikan perih di kulitnya. Ia bergegas pergi ketika si penyerang tersambar api dan mulai menjerit panik.

Tak ada pilihan lain yang tersedia. Elodie putuskan untuk memasuki hutan. Hanya itu satu-satunya tempat yang mungkin bisa menyelamatkan dirinya.

Elodie berlari. Ia semakin jauh memasuki hutan dan suara-suara perkelahian yang diselingi bunyi letusan pistol semakin kabur di pendengarannya.

Namun, keselamatannya belum benar-benar aman. Elodie menyadarinya sehingga memutuskan untuk terus berlari. Diterabasnya semak belukar. Diabaikannya rasa perih ketika kaki telanjangnya tak sengaja menginjak kerikil. Ia harus kabur sejauh mungkin dan satu tangan menyambar pergelangan tangan Elodie tanpa terduga.

Tubuh Elodie tertarik. Mulutnya membuka, refleks ingin menjerit, tetapi satu telapak tangan menutupinya. Lalu satu bisikan terdengar tepat di telinganya.

"Diam."

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top