#6 : A Warning
Sebenarnya, Harry berkata jika dia hanya ingin berlibur selama satu hari namun, mendadak, dia berkata pada Taylor jika dia ingin bertahan sedikit lebih lama di Chesire. Sudah lama Harry tak berkunjung ke Chesire dan banyak yang ingin Harry tunjukkan kepada Taylor di Chesire.
Hari ini, sejak pagi, Gemma berpamitan. Dia ingin menghabiskan waktu bersama Samuel—lebih singkatnya Sam—entah di mana. Yang jelas, Gemma bilang, Sam sudah menyiapkan sesuatu yang spesial untuk kencan mereka kali ini.
Taylor tampak sudah mengenakan dress musim panasnya dengan sempurna. Dress polos berwarna putih. Tampak sangat cocok di tubuhnya. Taylor juga mengikat rambutnya ke belakang dan memberi sentuhan bando berwarna silver yang membuat rambutnya terlihat lebih indah.
Harry hanya mengenakan kaus santai berwarna hijau serta celana jeans selutut. Walaupun sederhana, tapi siapa yang dapat mengelak pesona Harry? Harry memang selalu mempesona.
"Jadi, ke mana kita akan pergi sekarang?" tanya Taylor, kepada Harry, setelah keduanya ke luar dari kamar dan berjalan bergandengan menuruni tangga. "Kita lihat saja nanti, tempat apa yang menarik untuk dikunjungi. Sebenarnya tak banyak tempat menarik. Semuanya biasa saja."
"Itu karena kau sudah terbiasa di sini, tidak denganku. Tempat-tempat biasa itu pasti menarik!" omel Taylor. Harry tersenyum geli dan menganggukkan kepala. "Terserah apa katamu, Babe."
Pasangan suami istri sampai di ruang makan yang tampak sudah di tempati oleh Grandma, John beserta istrinya. Taylor menarik nafas saat mendapati tatapan tajam Marge dan berusaha mengabaikannya. Taylor bersyukur saat melihat Grandma menatapnya dengan tatapan ramah.
"Selamat pagi. Bagaimana tidurmu?" tanya Grandma setelah Taylor menarik kursi di sampingnya dan duduk di sana. Harry menarik kursi di samping Taylor. Kursi Taylor berhadapan dengan Marge dan kursi Harry berhadapan dengan John. Harry lebih memilih diam.
"Sangat nyenyak. Aku tak menyangka suasana malam di Chesire sangat menenangkan," jawab Taylor. Grandma tersenyum. "Aku senang kau senang. Kalau begitu, kenapa kalian tak bertahan lebih lama di sini? Aku akan sangat senang dengan keberadaan kalian berdua di sini."
"Aku tak bisa meninggalkan Styles Enterprise terlalu lama, Grandma." Harry yang menjawab ucapan neneknya, seraya meraih sepotong roti bakar yang sudah disediakan di atas meja. Grandma menatap Harry kecewa. "Kau tahu Harry? Aku merasa tinggal seorang diri di sini. John dan Amy sudah pindah ke rumah mereka sejak sebulan lalu. Gemma jarang berada di rumah."
Taylor memberi Harry tatapan kesal dan Harry mengedikkan bahunya tak tahu harus berbuat apa. Taylor menarik nafas sebelum tersenyum kepada Grandma. "Aku dan Harry akan membuat rencana untuk berlibur lebih lama di sini, Grandma. Aku senang berada di sini. Terima kasih sudah menerimaku."
Grandma tersenyum dan menganggukkan kepala. "Aku senang mendengarnya. Aku harap, saat kalian datang nanti, aku sudah dapat melihat perut Taylor yang membuncit. Rasanya, aku sangat ingin memiliki seorang cicit." Pipi Taylor memerah mendengar ucapan Grandma tersebut sementara Harry menahan tawa. Jangankan program mempunyai anak, menyentuh Taylor saja sangat susah. Malam pertama mereka saja, di habiskan dengan cuddling. Tidak lebih dari itu.
"Grandma tenang saja. Secepatnya, kau pasti mempunyai seorang cicit." Harry berkata dengan penuh kemenangan sementara, Taylor menatap Harry malas-malasan. Grandma tertawa kecil.
*****
"Kau dengar apa yang Grandma katakan, Babe? Dia ingin memiliki seorang cicit." Harry mengingatkan Taylor saat keduanya tengah berjalan berdua di kebun belakang rumah Styles tersebut. Kebun belakangnya sangat luas. Ada banyak pepohonan yang benar-benar membuat udaranya terasa sejuk walaupun, siang menjelang.
Taylor memutar bola matanya. "Sudahlah. Aku tak mau membahas yang satu itu," ujar Taylor cuek.
Harry mengerucutkan bibirnya. "Tapi, apa kau tak mau mempunyai seorang anak? Keluarga kita akan semakin sempurna dengan kehadiran seorang anak. Seorang anak laki-laki. Dengan wajah yang mirip dan rambut yang mirip denganku tetapi, iris matanya sama denganmu dan kelak, dia akan menjadi pewaris Styles Enterprise yang hebat sepertiku."
"Apa? Kenapa dia lebih mirip denganmu daripada aku?" Taylor terlihat tak terima dengan khayalan Harry. Harry terkekeh. "Jelas saja mirip denganku! Dia, kan, seorang laki-laki! Jika dia seorang perempuan, baru dia akan benar-benar mirip denganmu. Pasti menyenangkan mempunyai duplikat kita masing-masing dalam bentuk mini."
Taylor tersenyum. Tiba-tiba saja pikirannya mulai membayangkan semua yang Harry katakan. Mempunyai mini Harry dan mini Taylor di rumah mereka. Rasanya menyenangkan. Satu lagi, itu berarti, Taylor tak akan sendirian lagi di rumah. Namun, tiba-tiba bayangan akan dirinya yang tidak menjadi Ibu yang baik muncul, membuat Taylor murung seketika.
"Aku takut...aku takut aku tak bisa menjadi Ibu yang baik bagi mereka kelak."
Harry menggeleng dan menghentikan langkahnya. Harry merengkuh pundak Taylor dan memaksa Taylor menatap iris hijaunya. "Dengarkan aku, Taylor. Kau adalah gadis terbaik yang pernah kutemui. Kau adalah istri terbaik, yang aku yakin diharapkan sangat banyak suami di luar sana. Aku yakin, kau pasti akan menjadi Ibu yang sangat menakjubkan."
Taylor tersenyum tipis sebelum memeluk Harry, erat. "Terima kasih. Kau suami terbaik yang pastinya diharapkan semua wanita. Aku sangat mencintaimu."
"Begitupun aku, Babe." Harry balas memeluk Taylor.
*****
Taylor duduk di lantai teras belakang kediaman Styles, sesekali tertawa melihat Harry yang tengah berusaha menangkap ketiga kucingnya yang berlarian di rerumputan. Beberapa kali Harry terjatuh dan mengerang saat Fluffy dan kedua temannya benar-benar seperti mengerjai Harry. Ketiga kucing itu seperti sudah merencanakan hal seperti ini sebelumnya.
Saat tengah asyik menonton Harry dan ketiga kucingnya, tiba-tiba ponsel Taylor bergetar. Taylor meraih ponselnya tersebut dan mengernyit saat mendapati sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Taylor membuka pesan tersebut dan membulatkan mata saat membacanya.
Harry yang semula tengah bermain bersama kucing-kucingnya, menyadari perubahan raut wajah Taylor saat dia melirik sekilas ke arah sang istri. Harry menghampiri Taylor dan menatap ke arah Taylor yang buru-buru mematikan ponselnya dan meletakkan ponsel itu di pangkuannya dalam posisi terbalik.
"Ada apa?" tanya Harry, menyadari ada keganjilan dalam Taylor.
Taylor buru-buru menggelengkan kepala. "Tidak ada apa-apa. Kenapa kau berpikiran seperti itu?" Taylor balik, bertanya, seraya berusaha membuat wajahnya senormal mungkin. Harry tetap menatap Taylor dengan tatapan curiga. Pemuda berambut keriting tersebut duduk di samping Taylor, meluruskan kedua kakinya.
"Kau membuatku cemas," ujar Harry.
Taylor mengernyit. "Cemas? Bagaimana bisa? Aku tak melakukan apapun."
"Kau tahu? Aku hafal betul raut wajahmu. Tadi, saat aku menoleh, raut wajahmu yang semula sangat senang kucing-kucing itu berhasil mengerjaiku, seketika berubah menjadi ketakutan setelah melihat ke ponselmu." Harry memicingkan mata, seraya melirik ke arah ponsel Taylor yang ada di pangkuannya. Taylor menahan nafas sebelum menggelengkan kepala. "Tidak ada apa-apa, Harry. Aku hanya...terkejut. Ponselku...ponselku tiba-tiba saja mati saat aku ingin memainkan lagu Fall Out Boy. Ya, seperti itu!" Taylor berusaha meyakinkan Harry.
"Tapi, wajahmu ketakutan tadi. Kau tidak bisa membohongiku, Taylor." Harry berujar lembut.
Taylor tersenyum. "Kau saja yang terlalu overprotective! Aku baik-baik saja, Bodoh!"
"Kau yakin?" Harry kembali bertanya. Taylor menganggukkan kepala. "Ya, sangat yakin. Positif."
"Positif? Benarkah? Bagaimana bisa? Maksudku, kita bahkan belum melakukan..." Taylor menghadiahkan Harry sebuah pukulan di lengan saat Harry mengucapkan pertanyaan-pertanyaan bodoh itu.
"Aku tak mengatakan apapun tentang test kehamilan, Bodoh!" Harry terkekeh dan keduanya kembali sibuk saling berargumentasi. Taylor berusaha melawan pendapat Harry karena dengan begitu, Harry bisa melupakan apa yang terjadi tadi.
Ya, tentu saja Taylor berbohong tentang ponselnya yang mati. Yang membuat raut wajah Taylor berubah tentunya adalah sebuah pesan yang diterimanya. Pesan singkat yang benar-benar membuat jantung Taylor berhenti berdetak sementara.
Be careful, Sweety.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top