#12 : Gemma & Sam

Harry menatap makanan yang ada di meja makan dengan pasrah. Biasanya, Taylor akan menemaninya sarapan tapi, kali ini, Taylor hanya membuatkan makanan, meletakkannya di atas meja makan dan menghilang entah ke mana. Sudah sejak beberapa hari lalu, Taylor selalu berusaha menghindari Harry, sekalipun Harry memohon agar dia mau memaafkannya.

Selesai menyantap menu sarapannya sendiri, Harry berjalan ke arah belakang rumahnya, berusaha mencari Taylor. Entah kenapa, perasaan Harry mengatakan jika istrinya berada di sana.

Benar saja, Taylor memang ada di sana, di kebun belakang rumah mereka. Tampak tengah memunggungi Harry, menyirami tanaman hias yang ada di sana.

Harry berjalan berhati-hati, tidak menimbulkan suara supaya Taylor tak menyadari keberadaannya dan menghindar lagi. Tapi, sayangnya, usaha Harry gagal saat suara Taylor terdengar begitu saja.

"Aku tahu kau ada di sini."

Harry menarik nafas dan menghelanya perlahan. "Aku minta maaf. Aku tak mau kau marah lagi. Kumohon, jangan jauhi aku seperti ini lagi. Aku akan melakukan apapun supaya kau mau memaafkanku." Suara Harry terdengar parau. Taylor akhirnya menoleh dan menghadap Harry dengan datar. "Kau tahu apa yang aku butuhkan saat ini."

Harry memejamkan mata sekilas sebelum mengangguk. "Tentang apa yang terjadi denganku dan Adam...well, yeah, kau benar. Memang terjadi sesuatu di antara kami. Ini tentang...Styles Enterprise. Bukan aku yang menjauhinya, dia yang menjauhiku sejak aku menjadi satu-satunya kandidat CEO untuk Styles Enterprise."

Taylor mengangkat satu alisnya. "Aku tak mengerti. Apa maksudnya?"

"Adam dan kedua orangtuanya sangat menginginkan posisi CEO di Styles Enterprise. Ayahnya, John, adalah anak pertama sedangkan, ayahku adalah anak kedua. Tapi, Grandpa lebih mempercayakan Styles Enterprise kepada ayahku dan generasi selanjutnya dari ayahku, yaitu aku." Harry lanjut menceritakan. Taylor melipat tangan di depan dada, memperhatikan.

"John melakukan protes besar-besaran saat itu. Dia memusuhi keluargaku. Saat itu aku masih berusia belasan tahun, begitupun Adam saat orangtuanya meminta Adam menjauhiku. Adam benar-benar menjauhiku. Bukan hanya menjauhi, dia seringkali melakukan hal buruk padaku dulu. Kau tahu sendiri, Adam jauh lebih besar daripada aku. Aku yang masih belasan tahun saat itu tak bisa melakukan apapun saat Adam bersikap kasar seperti memukulku, menendang dan sebagainya. Aku membencinya. Aku benci dia." Harry menundukkan kepala dan saat itu pula, Taylor melangkah mendekat dan menyentuh kedua lengan Harry dengan lembut.

"Harry, aku minta maaf. Tak seharusnya aku..." belum sempat Taylor melanjutkan ucapannya, Harry mengangkat wajahnya dan menatap Taylor dengan mata hijau berkilatnya. "Aku hanya tak ingin dia melakukan hal yang sama padamu, karena kau adalah orang yang paling berharga untukku."

Tangan kekar Harry melingkar di sekeliling pinggang Taylor, menariknya mendekat. "Aku tak bisa dua puluh empat jam berada di dekatmu, Taylor. Aku harus bekerja dan saat itu pula, aku tak bisa mengawasimu sebagaimana mestinya. Aku hanya ingin memastikan kau aman. Jika kau dekat dengan pria itu, aku tak akan bisa tenang. Ingatan masa laluku terus menerus berputar. Aku tak mau dia menyakitimu." Harry menempelkan dahinya di dahi Taylor, hidung mereka bertemu.

Taylor tersenyum sebelum melingkarkan lengannya di leher Harry. "Aku mencintaimu," ujar Taylor. Harry balas tersenyum dan berkata, "Aku mencintaimu lebih dari kau mencintaiku."

Keduanya mulai menyatukan bibir mereka.

*****

Harry sudah berangkat ke kantor sejak beberapa jam yang lalu. Di sinilah Taylor sekarang. Di ruang tengah rumahnya dan Harry, memainkan jari-jari lentiknya di atas remot televisi. Sudah hampir satu jam Taylor berada di sana, berusaha mencari tontonan yang menarik tapi, tak ada satupun yang menarik menurutnya.

Kegiatan Taylor terhenti saat mendengar bel rumahnya berbunyi. Taylor segera bangkit berdiri dan melangkah menuju ke pintu. Taylor segera membuka pintu dan nyaris saja jatuh saat mendapati seseorang berhambur ke arahnya, memeluknya erat. Sangat erat.

Orang itu Gemma Styles, kakak iparnya sendiri.

Taylor diam, membiarkan Gemma memeluknya erat, sebelum merasakan sesuatu yang basah  menyentuh permukaan kulit bahunya. Taylor memicingkan mata dan bertanya, "Gemma, kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?" Taylor mendorong perlahan tubuh Gemma dan merengkuh pundaknya.

Gemma tampak benar-benar menangis. Matanya basah. Dia terisak. Taylor menatap Gemma bingung. Apa yang terjadi padanya?

"Gem? Hei, kau baik-baik saja?" Taylor menggerakkan tubuh Gemma, berharap Gemma mampu menjawab pertanyaannya. Tapi, Gemma sepertinya kehilangan kata-kata untuk berkata. Bibirnya seakan berat untuk berkata.

Dengan cepat, Taylor merangkul Gemma dan mengajak Gemma masuk ke dalam.

*****

Suara ketukan membuat Harry merasa sedikit terusik. Harry tengah membaca laporan bulanan saat ini, memeriksa apakah laporan itu seimbang dengan bukti-bukti yang ada. Harry menutup laporan tersebut sebelum berkata tegas, "Masuk."

Tak lama kemudian, pintu ruangan Harry terbuka. Harry membulatkan mata saat melihat siapa yang baru saja memasuki ruangan kantornya saat ini.

"Samuel?"

Ya, Samuel-lah yang datang menemui Harry. Pemuda tampan yang adalah kekasih dari kakak Harry, Gemma. Samuel tampak berjalan memasuki ruangan dan menarik kursi yang berhadapan dengan Harry. Tanpa dipersilahkan duduk, Samuel duduk di sana. Matanya tak lepas dari Harry.

"Apa yang membuatmu datang ke kantorku, Sam? Biasanya, kau selalu mengirim perwakilan tiap ingin membicarakan bisnis denganku," Harry menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi hangatnya. Samuel tak merubah raut wajahnya sedikitpun. Masih raut yang Harry tak mengerti.

"Aku tidak datang ke sini untuk bisnis. Ini tentang kakakmu, Gemma." Samuel akhirnya buka suara. Harry memicingkan matanya. "Gemma? Apa yang terjadi dengannya?" tanya Harry, berusaha tenang walaupun, sebenarnya dia mulai mencemaskan sang kakak tersebut.

Samuel menarik nafas dan menghelanya perlahan. "Gemma datang menemuiku pagi ini dan..." Samuel mengambil jeda selama beberapa saat. Harry diam menunggu. Samuel memejamkan matanya sekilas, sebelum membukanya kembali. Harry dapat melihat matanya yang berair.

"Gemma bilang, ada bayi dalam rahimnya."

*****

"A-apa?!"

Taylor terlihat sangat terkejut saat Gemma menceritakan masalahnya masih sambil menangis. Gemma terisak. Matanya terpejam, berusaha menghentikan deras air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya. Taylor menatap Gemma dengan tatapan bingung.

"Y-ya. Aku tak tahu bagaimana bisa. Aku tak ingat aku pernah melakukan hubungan intim dengan Sam atau siapapun. Tapi, tadi pagi aku menggunakan test pack dan hasilnya positif. Aku tak tahu apa yang terjadi." Tangis Gemma kembali pecah. Taylor menarik nafas, sebelum menarik Gemma ke dalam pelukan hangatnya. "Hei, sudahlah. Mungkin saja test pack itu salah."

Gemma menggeleng. "Apa tiga test pack yang aku gunakan salah? Semuanya menunjukkan hasil positif. Aku tak tahu harus bagaimana." Gemma menggeleng-gelengkan kepalanya frustasi.

"Bagaimana dengan Sam? Apa kau sudah memberitahunya?" Taylor mengelus lembut punggung Gemma. Gemma menganggukkan kepala. "Aku menemuinya sebelum pergi ke sini. Aku menceritakan semuanya tapi dia...dia..." Gemma menahan nafas dan akhirnya, tangisannya kembali pecah, lebih hebat.

"Dia membenciku! Dia bilang, dia tak pernah melakukan apapun denganku! Dia menuduhku selingkuh! Dia tak mau bersamaku lagi!" Taylor diam dan merasa simpati. Sejujurnya, Taylor juga tak mengerti apa yang terjadi. Tapi, setahu Taylor, Gemma dan Samuel sama-sama saling menjaga satu sama lain. Taylor percaya saat Gemma mengatakan dia tak pernah melakukan sesuatu dengan Samuel. Gemma orang yang cukup religius. Di jari manis tangan kirinya masih terlingkar sebuah purity ring.

"Mom pasti akan marah besar padaku. Grandma akan memusuhiku. Aku sudah mencemarkan nama baik keluarga Styles. Semuanya pasti akan menjauhiku. Semuanya akan membenciku. Semuanya akan jijik melihatku."

Mendengar ucapan Gemma tersebut, Taylor merangkulnya seraya mengelus lembut pundak Gemma.

"Gem, apapun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu. Jangan berpikiran negatif. Kita harus menyelidiki semuanya." Taylor berusaha menenangkan. Gemma menggeleng. "Harry pasti akan sangat kecewa padaku. Dia pasti akan memintamu untuk menjauhiku."

Taylor menggeleng. "Tidak. Aku jamin, mereka tak akan membencimu dan memintamu menjauh. Untuk sekarang, tenanglah. Dinginkan pikiranmu. Nanti saat Harry pulang, aku akan berbicara dengannya."



----

Seriusan ini ngaco parah. Otak lagi eror. Maaf kalo gak seperti yg diharapkan ya...

Makasih udah baca :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top