35. Bayangan

Bad Boy KHS

Hinata menatap kosong jalanan luas dengan lampu yang menyala, seakan bahagia atas penderitaannya. Ya, Hinata tidak benar-benar mencari Queen, dia tahu siapa yang akan dihadapinya, hingga tidak mungkin Hinata gegabah untuk melawan orang itu. Hanya saja, Hinata merasa kosong, dia bingung harus melakukan apa.

"Apa yang harus Onee-san lakukan Hana-chan?"

***

Sakura, terduduk. Badannya lemas, dia tidak menyangka atas semua yang terjadi. Hanabi, bocah kecil cerewet yang maniak game itu dibawa oleh Queen entah kemana. Tenten, 2 minggu lagi dia akan menikah dengan Neji, tapi Tenten dinyatakan koma.

Tenten mengalami benturan keras pada kepalanya yang menyebabkan pembuluh darahnya pecah. Tuhan masih menyayanginya, seharunya, dia meninggal hari itu juga, namun, Tenten sangat kuat hingga ia bisa bertahan hingga hari ini.

Dan juga.... Neji, dia hanya mengalami pendarahan di kepala bangain belakang, dokter bilang, dalam 3 hari, Neji sudah bisa siuman, namun tentu saja Sakura cemas, dia takut kalau prediksi dokter hanyalah omong kosong.

Hinata. Pikiran Sakura bercabang sekarang, selain memikirkan keselamatan, Tenten, Neji dan Hanabi, Sakura juga memikirkan keselamatan Hinata. Dia tidak bilang sama sekali pada Hinata tentang kondisi keluarganya.

Dan menurut informasi Sasuke tadi, Ayahnya Hinata menghilang entah kemana. Sakura curiga kalau Ayah Hinata melakukan sesuatu untuk membalas Queen.

Tadi juga Ayah dan Ibunya menelpon, menanyakan kabar keluarga Hinata. Entah bagaimana ceritanya kejadian hari ini sampai pada keluarganya dan juga masyarakat.

Iya, masyarakat. Paparazi mulai memberitakan tentang kejadian hilangnya putri bungsu Hyuuga, entah bagaimana bisa seperti itu.

"Sakura," Sakura tersentak kaget saat sebuah tangan menepuk punggunnya yang sempat bergetar karena menangis.

Sakura menatap Karin. "Ada apa Karin-san?"

"Sudahlah Sakura. Jangan seperti ini, aku seperti melihat kapas daripada batu. Kau yang ku tahu itu orangnya keras, dan menyebalkan. Bukan orang cengeng seperti ini." Sakura menatap sinis Karin, dia ini mau menenangkannya atau mau mengejeknya?

"Diamlah, kau tidak tahu apapun."

"Memang, tapi aku tak sebodoh kau yang hanya diam dan menangis atas apa yang terjadi saat ini. Kalau aku jadi kau, akan ku kejar orang yang berbuat seperti ini sampai keujung dunia sekalipun, dan kupastikan orang itu mati ditanganku"

Sakura terkekeh remeh, "Oh ya? Kau mau membunuh orang lain?"

"Kenapa tidak?"

"Jangankan membunuh, bahkan kau saja gagal membuat Sasuke melirikmu."

"Setidaknya, aku berusaha sampai batas kemampuanmu. Lagi pula, selama ini Sasuke hanya tidak ingin aku mengejarnya, karena dia sudah punya orang lain dihatinya, aku pikir itu adalah pukulan telak untukku. Jadi, aku mundur,"

Sakura menghapus sisa air matanya lalu manatap minat pada Karin. Karin hanya bergidik jijik saat melihat sisa ingus Sakura.

"Orang yang disukai? Sasuke? Si chiken butt itu?" Karin mengangguk.

"Kau tidak menyadarinya?" Tanya Karin balik.

Sakura mendengus, lalu menggeleng, "Aku tudak pernah berpikir seperti itu. Lagi pula selama ini, yang aku tahu dia itu lelaki yang sok misterius dan tukang bully, pakaiannya pun tak layak dikatakan seragam. Padahal dia orang kaya, seperti orang yang tidak mampu beli saja. Dan satu hal, dia itu seperti ciri-ciri orang yang punya masa depan suram. Lihat saja sikapnya, bad boy tengik yang menyebalkan!"

Karin hanya tersenyum tipis sebari menggelengkan kepalanya.

Ternyata ini orang yang kau sukai? Sasuke-kun? Menyebalkan dan cerewet. Padahal tadi dia menangis seperti orang stress dan sekarang dia ceria seperti orang bodoh! Batin Karin

"Jadi, siapa yang si Chiken butt itu sukai?" Tanya Sakura antusias.

"Kau."

"H-huh?"

"Kau."

"A-apa?"

"Kau."

"H-huh?"

"Kau."

"A-ap-- aduh!"

Sakura mengelus jidat lebarnya yang si tepuk kasar oleh Karin.

"Bodoh, kau ini memang tidak peka atau bagaimna, huh?! Apa kau tidak sadar atas sikapnya selama ini padamu? Kupikir kau menyebalkan, ternyata kau lebih dari itu. Aku pergi, kuharap kau tidak lupa dengan tujuan utama mu, si Queen-queen itu."

Karin pergi meninggalkan Sakura sendirian dikoridor. Sakura merasa otaknya tersendat mendengarkan ucapan Karin barusan.

Jadi selama ini?

"Sasuke... padaku?"

"Apa?"

Sakura tersentak kaget, melihat Sasuke berdiri dihadapannya dengan kertas belanja ditangannya.

"Ada apa tadi kau menyebut namaku?"

Sakura terdiam, dia tercenung sesaat melihat Sasuke.

"Ck, hoi!"

"A-ah ya? Apa Sasuke?"

"Ini! Makanlah, aku membelinya disuper market didepan."

Sakura menatap paperbag yang berisi roti-rotian dan beberapa susu didalamnya.

Kalau dipikir-pikir, Sasuke memang begitu perhatian padanya. Perhatian yang dimaksudkan itu bukan yang seperti ini, tapi dulu, Sakura merasa, Sasuke selalu memperhatikannya dikelas, dan juga Sasuke tidak pernah mau melawan saat acara pembullyannya diganggu oleh Sakura. Berbeda saat Asuma-sensei memberinya peringatan.

Sasuke akan terus melawan. Dia itu pembangkang, dan semena-mena. Itulah kenapa Sakura selalu kesal saat melihat Sasuke.

"Oh ya, ini, aku kembalikan." Sasuke merogoh saku celananya dan memberikan gelang yang sempat dijadikan sitaan Sasuke.

Sakura menerimanya dengan perlahan.

"Kupikir aku tidak membutuhkan ini lagi. Maaf membuatmu repot dengan syarat konyol yang aku ajukan padamu. Aku tidak bermaksud jahat padamu, hanya saja.... aku tidak ingin jauh dari warna kebahagiaanku."

Sakura mengernyit bingung "Apa maksudmu?"

"Ada seorang bocah perempuan kasar yang suka memukulku. Dia bilang padaku, bahwa warna rambutnya adalah sumber kebahagiaan untuknya, warna rambutnya begitu menyala dan juga feminim memberikan kesan yang baik dan ceria, berbanding terbalik dengan sifatnya yang kasar dan cerewet. Aku selalu ingin melihatnya bahagia, setiap tingkahnya pada saat itu berhasil membuatku... entahlah, tapi yang jelas, dia mengatakan kalau kebahagiaannya ada pada rambutnya."

Sasuke terdiam sejenak, mengingat masa lalu yang sebenarnya hanya terjadi dalam 4 jam saja, tapi terlalu berkesan untuknya, entahlah, Sasuke pun tidak mengerti dengan isi pikirannya, ia hanya mengikuti jalan yang dibuat oleh hatinya sendiri.

"Saat dia bahagia, maka aku pun terasa bahagia. Itu artinya, jika rambutnya adalah sumber terkecil kebahagiaannya, maka itu pun menjadi sumber terbesar kebahagiaanku."

Sakura menatap Sasuke, "Lalu apa hubungannya denganku?"

"Karena kau, warnaku." Setelah itu, Sasuke pergi menuju ruang rawat Neji.

Sakura tidak bodoh untuk itu, dia paham apa maksud Sasuke.

"Jadi, apa yang diucapkan Karin tadi itu.... salah! Sasuke menyukai teman masa kecilnya, bukan aku. Hufft hampir saja aku terpikat tadi."

Tapi Sakura sangat bodoh untuk memhami arti dari ucapan Sasuke.

Tring!

Sakura merogoh sakunya, dilihatnya notifikasi dari nomor tidak dikenal. Sakura mengernyitkan dahinya dan mulai membaca pesan itu.

From : Unknow
To : Sakura. H.

Tik tok tik tok
Waktumu tidak banyak Haruno-san.
Jika kau memang benar-benar menyayangi Hanabi, datanglah padaku.
Waktu kalian tinggal 6 hari lagi.
- kau tahu siapa aku.

Sakura terdiam. Lalu menyeringai. "Seperti kata Karin. Aku adalah batu, batu besar yang bisa menimpa siapapun sesukaku. Kau salah Queen,"

From : Sakura. H.
To : Unknow

Tentu. 6 hari.
Itu mudah bagi kami.


Sakura tersenyum lalu menekan nomor telepon Shikamaru. Dia akan menceritakan hal-hal yang terjadi dirumah sakit dan rencana barunya. Sakura tahu, diantara mereka, kini Shikamaru yang paling bisa diandalkan.

Dan dia harus berterimakasih pada Karin setelah ini.

"Welcome to the hell. Queen."

***

"Naruto, apa Hinata sudah ketemu?" Tanya Temari.

Raut wajahnya cemas, diantara Hinata, Sakura, Ino dan Temari. Hanya Temarilah yang bisa berpikir tenang saat ini. Tapi tetap saja, rasa cemas akan keadaan saat ini membuat pikirannya sedikit kacau.

Naruto mengangguk. "Aku akan menyusul Hinata, sekarang dia berada di pinggiran kota. Kau dan Shikamaru tetaplah disini, kalian kunci otak kami."

Temari dan Shikamaru mengangguk lalu menyuruh Naruto pergi segera.

"Kemana Hiashi Oji-san? Aku tidak melihatnya sedari tadi." Tanya Shikamaru. Temari hanya menggeleng lemas.

Tubuhnya benar-benar seperti terhempas, kejadian hari ini benar-benar diluar dugaannya.

Sekitar 20 menit, suasana ruangan itu sunyi sekali. Shikamaru melihat keadaan sekitar, lalu dia bertanya pada Temari.

"Hoi, Temari!"

"Hm?"

"Apa rumah ini tidak memiliki pelayan? Sepi sekali."

"Tentunya ada."

"Lalu kenapa sepi?"

"Biasanya beberapa pelayan akan ke kuil untuk berdoa,"

"Bukankah hari ini hari Selasa? Ke kuil untuk berdoa kan biasanya akhir pekan."

"Entah lah mung--tunggu! Selasa?!"

"Iya, kenapa?"

Temari terdiam sejenak. Lalu dengan segera dia merapikan beberapa barang seperti handphone miliknya dan juga kunci mobil Shikamaru. Shikamaru bingung atas apa yang dilakukan Temari.

"Ada apa memangnya? Kenapa kau terlihat sangat terburu-buru seperti itu sih?"

"Firasatku tidak enak, cepat bawa semua barangmu dan teman-teman yang lain, sehabis itu kita pergi dari Mansion ini."

"Jelaskan dulu padaku, kenapa bisa kau berfirasat buruk?"

Temari langsung menghampiri Shikmaru dan berbisik pelan, "Aku rasa disini ada orang lin selain kita disini."

"Apa?"

"Kau tahu rumor tentang orang yang berduaan? Biasanya, diantara dua-orang, selalu ada satu-orang tidak terlihat, disini tidak ada siapapun selain kita. Anggap saja ku orang pertama, dan kau orang kedua, maka orang ketiganya ada di-"

Pzzt

Seketika lampu Mansion Hyuuga padam, jelas saja Shikamaru dan Temari kini panik. Seketika Shikamaru menajamkan pandangannya saat melihat ada cahaya disana. Tapi, ada yang aneh, dibalik cahaya lilin itu, muncul seseorang.

"Disini, hihihi."


Tbc

Hehe makin gaje aja ni cerita, lah sabodo amad dah, yang penting ini cepet kelar.

Voment jan lupa bray!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top