33. Hanabi (4)

Bad Boy KHS

"Yak! Hanabi-chan, tunggu Onee-san!" Teriak Tenten sebari mengejar Hanabi yang ingin masuk kedalam mansionnya.

Tadi, setelah mereka sampai didepan mansion Hyuuga, tanpa sepatah kata apapun, Hanabi keluar begitu saja dari mobil dan berjalan memasuki mansionnya tanpa memperdulikan suara teriakkan Tenten. Dia sedang sangat kesal sekarang, dia tidak ingin bicara dengan siapa pun hari ini.

Tenten langsung mengejar Hanabi yang ingin masuk, dalam hati Tenten berharap dia datang disaat semuanya sudah selesai, jangan sampai saat dia datang membawa Hanabi, Hinata dan teman-temannya masih mendekorasi ruangan tamu. Bisa-bisa, gagal semua rencana yang telah mereka susun untuk kejutan ulang tahun Hanabi yang ke-15.

Berbeda dengan Tenten, Neji tampak tenang dan santai, dia tidak melarang atau pun mengejar Hanbi agar tidak masuk, Neji terlampau yakin bahwa adiknya bisa menyelesaikan segala sesuatunya tepat pada waktunya.

Neji tidak langsung masuk kedalam mansion, dia bersandar dipintu mobilnya dan dilihatnya Tenten yang mengejar Hanabi masuk, Neji hanya tersenyum simpul, "Tidak terasa, dia sudah berumur 15 tahun,"  monolog Neji pada dirinya sendiri.

"Ya, tidak terasa selama 15 tahun juga aku menderita."

Bukan, itu bukan suara Neji. Itu suara... perempuan?

"Apa?" Neji membalikkan tubuhnya guna melihat siapa yang bicara.

BAANG

"ARGH!"

Darah segar mengalir dari kepala dan pelipis Neji, tubuh Neji tumbang setelah sebuah balok kayu menghantam keras belakang kepalanya. Mata bulan Neji samar-samar dapat melihat kaki si pelaku yang menghantamnya. Kaki itu berjongkok dihadapannya.

Terdengar suara tawa yang begitu menyeramkan, "Selamat tidur, anak Hizashi"

Ucapan perempuan itu bagai alunan musik terburuk yang berhasil membuat matanya mulai menutup. Neji akan membalas semua ini, pasti!

Tapi, semuanya tandas, Neji tidak melihat wajah pelakunya, matanya sudah tertutup lebih dulu sebelum melihat wajah pelaku.

***

"Woi Karin!" Karin yang merasa terpanggil pun segera menoleh kearah kanan. Terdapat Temari yang sedang bersimpuh duduk disebelahnya.

Karin menaikkan sebelah alisnya, "Apa?"

"Sebenarnya, apa maksudmu?" Karin mengernyit bingung. Maksud apa?

Temari melirik kearah Karin, dilihatnya raut kebingungan Karin. "I mean, kenapa kau mau mendengar curahan kami pada malam itu?"

"Malam itu?" Temari mengangguk. Karin tampak berpikir sebentar tentang apa yang mereka lakukan saat malam--bisa disebut bahwa Karin lupa.

"Ah, maksudmu, tentang pertemanan kalian?" Temari mengangguk lagi. Karin tersenyum, tersenyum begitu tulus tanpa ada niat untuk menjahati sama seperti sebelumnya.

"Aku tidak memiliki maksud apapun, Temari. Aku hanya menyadari beberapa hal tentang Sasuke juga kalian, dan aku berusaha untuk memastikannya. Hanya itu." Ucap Karin, dialihkannya padangan matanya kelantai.

"Itu tandanya kau memiliki maksud, bodoh" Karin terkekeh, ucapan sarkas Temari memang ada benarnya. Dia ada maksud saat mendekati mereka semua.

Tentu saja, akan terlihat aneh jika Karin berperilaku baik dihadapan mereka mengingat dulu Karin begitu membenci mereka, mungkin bukan benci, lebih tepatnya adalah iri.

"Ngomong-ngomong, aku masih tidak menyabgka dengan masa lalu kalian, entah kenapa semuanya terus berkaitan sampai sekarang." Ucap Karin. Temari mengulum senyum kecil.

"Mungkin ini semua takdir." Karin mengangguk setuju.

"Hei, kalian sedang apa sih daritadi?" Tanya Sakura. Sakura segera mengambil kursi dan menariknya kehadapan Temari dan Karin.

"Sedang bernapas" jawab Karin yang dibalas jitakan kecil dari Sakura. Lalu keduanya terkekeh pelan.

"Wah wah, sepertinya dua musuh ini sekarang berteman baik ya," ucap Hinata dan Ino bersamaan. Keduanya juga ikut duduk disekitar mereka.

"Acaranya mulai jam berapa?" Tanya Karin.

"Sekitar jam 3 sore."

"Berarti 15 menit lagi?" Ino mengangguk.

"Haah kalian belum selesai menceritakan kebersamaan kalian dengan mereka secara lengkap, bisa kalian ceritakan lagi padaku? Itu cukup menarik untuk didengar." Ucap Karin.

"Masa lalu kami bukan cerita dongeng yang bisa kau dengar terus menerus, Karin" balas Hinata.

"Setidaknya, ceritakan saja sedikit!"

"Ceritakan sajalah Hinata. Kasihan dia, dia ini ingin memiliki bahan gosip dengan ketiga temannya itu." Ucap Temari, tiba-tiba Karin mendengus keras.

"Mereka bukan temanku lagi! Aku tidak suka dengan dampak pertemanan kami pada hubungan kalian." Serunya.

"Lalu? Sekarang kau tidak memiliki teman?" Tanya Sai tiba-tiba.

"Apa kalian mau menjadi teman baruku? Maksudku, apa kalian mau memaafkan atas apa yang kulakukan dulu dan mulai berdamai?" Ucap Karin sepelan mungkin.

Kini giliran Ino yang mendengus, "Pergi kau! Sana! Ini adalah pembicaraan khusus perempuan! Sana! Hush! Hush!" Ucap Ino penuh penekanan disetiap perkataanya.

"Dimana Naruto dan Shikamaru?" Tanya Sasuke.

"Shikamaru ada di kamar tamu. Kalau Naruto aku tidak tahu dia ada dimana" jawab Sakura.

"Ck. Si kuning bodoh itu!" Geram Sasuke.

"Tadi, Naruto diajak bicara dengan Sui-kun. Tidak tahu dimana"

Mereka menaikan alisnya. "Suigetsu? Ada apa?"

Karin mengambil toples kue kering dimeja lalu mengendikkan bahunya tak acuh. "Entah, katanya 'boys talk'. Mungkin masalah tentang club basket kalian" ucapnya.

"Yasudahlah, kami pergi ke kamar tamu dulu, badanku pegal-pegal. Hinata, kupinjam kamar tamu milikmu" Izin Sasuke lalu segera menarik tangan Sai. Sasuke berdecak pelan saat Sai sibuk memberikan kiss bye pada Ino.

Sasuke sendiri saja bingung kenapa Sai bisa semenggelikan itu.

"Tersisa tiga-belas menit lagi. Bisa dilanjutkan ceritanya?" Tanya Karin. Mereka ber-empat mengangguk dan memulai cerita mereka.

Dari awal.

***

Flashback

"Haaaah tubuhku pegal semuaaaaa" rengek Karin sebari mengeliatkan tubuhnya diatas kasur Hinata.

"Kita menginap disini, ya Hinata? Aku malas pulang kalau sudah jam segini" ucap Ino sebari mengetuk jam tangannya yang berwarna ungu.

"Ini bukan rumahku! Ini rumah Naruto, jadi izin saja sana pada Naruto" balas Hinata sarkas. Dia sedikit mendelik tak suka saat ketiga teman-temannya malah menatap kagum kamar-sementara-nya.

Temari memutar bola matanya malas lalu merebahkan dirinya ke kasur Hinata yang super luas itu. Sedangkan Sakura dan Karin sibuk menatap kagum kamarnya, kalau Ino dia sedang menelpon ibunya--karena Ino tidak pulang-pulang kerumah dan itu membuat kedua orang tuanya khawatir.

Hinata berdecak kala Karin menyentuh salah satu vas bunga kesukaannya yang tentunya itu bukan miliknya. "Ck. Kau ini benar-benar ya, Karin! Padahal ini rumah sepupumu tapi kau seperti tidak pernah kesini."

Karin menoleh kearah Hinata. "Benar-benar apanya? Aku memang tidak pernah kesini setelah sepuluh-tahun yang lalu, jadi wajarkan kalau aku mengagumi kamarmu?"

"Ck! Berisik sekali kalian ini! Aku mau tidur! Ini sudah larut malam untuk mengobrol!" Seru Temari yang masih membenamkan wajahnya ke bantal yang berwarna navy.

Tanpa ada yang menyadari, Sakura berjalan keluar kamar menuju ruangan--entahlah itu ruangan apa, yang jelas di pintu ruangan itu tertera tulisan yang sangat jelek.

"Pasti ini kamar Naruto" gumam Sakura sebari menggelengkan kepalanya. Benar saja, tak lama kemudian, terdengar suara berat yang sangat dia kenal.

'Naruto' ucap orang itu, Sakura yang penasaran, langsung menempelkan kupingnya pada pintu itu. Dan bisa dia tebak bahwa itu suara Sasuke yang memanggil Naruto.

'Ya?'

'Apa kita tidak terlalu ikut campur masalah mereka?'

'Ikut campur apa? Masalah ini sekarang bukan hanya masalah mereka, kita juga terlibat dengan segala yang berhubungan dengan Queen bodoh itu!' Jawab Naruto

'Aku tahu, tapi memang sejak awal bukankah kita yang menyeburkan diri pada masalah mereka? Bahkan ini sudah diluar rencana' Sakura yakin kalau itu adalah suara Shikamaru.

'Rencana kita diawal bukannya hanya ingin mereka mengingat kita dan mau menjadi keka---?' Itu suara Sai.

Sakura tidak ingin mendengar lebih lanjut. Dia tudak mau menjadi penguntit.

Sakura tersenyum tipis, jadi itu alasan mereka mendekatinya juga teman-temannya. Hanya ingin Sakura mengingat kejadian pertemuan mereka saat kecil?

Sakura terkekeh sebentar lalu tersenyum tulus kali ini. "Aku ingat semuanya, Sasuke-kun"

"Yak! Sakura!" Panggil Ino yang tiba-tiba muncul dibalik pintu kamar Hinata.

"Cepat tidur!" Seru Ino. Sakura mengangguk dan berjalan memasuki kamar Hinata.

"Ha'i Kaa-sama," ledek Sakura sebari menjulurkan lidahnya saat melewati Ino. Sedangkan Ini hanya mencibir dipanggil Kaa-sama oleh Sakura.

"Kau darimana?" Tanya Karin yang sudah berganti pakaian menjadi piyama begitu pula dengan Temari, Hinata dan Ino. Tentunya itu baju Hinata, karena mereka sama sekali tidak membawa baju.

"Ini" dengan sigap Sakura menangkap pakaian yang dilempar oleh Temari. Piyama berwarna merah muda kesukaannya.

"Aku tadi dari depan kamar Naruto. Aku berniat meminta izin untuk tidur dirumahnya, tapi aku malah mendapatkan hal yang menarik" ucap Sakura.

"Menarik? Hal menarik apa?" Tanya Temari.

"Tentang alasan mereka kenapa mereka mengikat kita selama 2 bulan menjadi servant-nya. Dan kalian tidak akan percaya dengan apa yang akan kuceritakan sekarang"

Karin yang tadinya sedang tidur-tiduran langsung bangkit dan duduk bersimpuh diatas kasur itu. "Jadi kalian benar-benar menjadi servant mereka?"

"Terpaksa lebih tepatnya," ralat Ino.

"Terpaksa? Maksudnya?"

Temari menutar bola matanya malas, "Untuk apa kau tahu? Apa itu akan menguntungkan mu?"

Karin mendecak, "Aku hanya ingin tahu!"

"Haah, lebih tepatnya, Naruto, Sasuke, Sai dan Shikamaru itu menjebak kami, mereka mencuri barang kesayangan kami lalu menjadikan barang itu sebagai ancaman agar kita mau memenuhi keinginannya, dan bom! Sekarang kami menjadi servant mereka." Cerita Hinata. Karin mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sampai kapan kalian menjadi servant mereka?"

"Sampai kelulusan, lebih tepatnya 2 bulan lagi" jawab Ino. Karin menganggukkan kepalanya lagi.

"Ok guys, apa aku bisa bercerita sekarang?" Ucap Sakura. Lalu mereka mengangguk.

"Jadi, tadi aku mendengar percakapan mereka, katanya, mereka menjadikan kita servant hanya karena ingin membuat kita mengingat apa yang pernah kita lakukan dulu," jelas Sakura. Temari, Hinata dan Ino tampak berpikir sebentar.

Hm, masa lalu kita? Apa jangan-jangan saat kejadian di taman itu?

Tak lama ketiganya mengangguk paham apa yang dimaksud oleh Sakura.

"Maksudnya?" Tanya Karin, dia kebingungan. Sebenarnya, apa yang tidak diketahuinya tentang sepupunya itu? Kenapa semua kejadian selama ini seperti acak, tapi saling bertautan?

"Mungkin mereka berpikir kalau kita melupakan mereka," lanjut Sakura.

"Ya, itu pasti, kita meninggalkan mereka selama belasan tahun, tentu saja mereka berpikir seperti itu." Ucap Ino lalu mengambil bantal yang tengah dipeluk Karin sebagai bantalan tidurnya.

"Sebenarnya ada apa ini?! Jangan membuatku seperti orang bodoh karena tidak tahu apa-apa!" Seru Karin sebari mengacak rambutnya frustasi.

Ahh! Memikirkan alur kehidupan mereka membuat Karin sedikit pening!

"Kau memang bodoh dari lahir, Karin-chan!" Ledek Sakura, Karin mendengus.

Tapi, sebisa mungkin ia bersabar, ditariknya napas pelan-pelan lalu dihembuskan kasar, ditatapnya satu-per-satu orang-orang didepannya lalu tersenyum paksa. "Bisakah kalian menceritakan masa lalu kalian? Agar aku tidak terlihat ter-la-lu bodoh disini?"

Mereka berempat tergelak melihat Karin. Bahkan biasanya Temari yang tidak suka jika ketenangannya diusik sura bising pun ikut tertawa.

"Jangan tersenyum seperti itu! Kau jadi mirip dengan si Hentai itu!" Seru Ino sebari memukul pelan bahu Karin menggunakan bantal tadi, Karin mengerucutkan bibirnya kesal.

"Haduuh kenapa kau tidak dari dulu saja baik seperti ini, Karin? Kupikir wajahmu terlalu keras hingga selalu kaku saat melihat kami, ternyata kau lucu juga ya! Seperti Naruto!" Ucap Hinata sambil tertawa.

Seketika suasana menjadi hening.

"Naruto? Lucu? Ha?" Seketika Karin menjadi lemot sendiri mendengar Hinata.

Wajah Hinata langsung memerah, dengan segera dia mengalihkan topiknya. Sedangkan Ino, Sakura dan Temari hanya menguap malas melihat Hinata yang terlihat bodoh. "E-eung e-etto.. Ah iya! Sakura, ceritakan saja yang tadi, sepertinya Karin sangat ingin tahu!"

'Bodoh' batin mereka, tentunya Hinata dan Karin tidak termasuk.

Flashback off

***

PRANK!! BRAAK!!

"AKH!!"

Belum selesai mereka bercerita, tiba-tiba suara nyaring terdengar begitu saja dari halaman depan, Suigetsu yang baru saja datang dari halaman belakang, langsung berlari menuju halaman depan bersama Hinata, Karin, Temari, Sakura, dan Ino.

"Apa itu?!" Teriak Sakura saat melihat tubuh seorang perempuan tergeletak begitu saja di depan mereka.

"Ayo kita check!" Ucap Suigetsu, mereka pun melangkah kearah perempuan yang tergeletak itu setelah dari dekat, terlihat darah yang terus keluar dari kepalanya.

"Astaga! Tenten-nee!!" Pekik mereka panik.

"Apa yang terjadi? Kenapa Tenten-nee bisa seperti ini?" Pekik Ino.

"Ck tidak ada waktu berpikir! Tolong bantu Tenten-nee, aku takut dia kehabisan banyak darah!" Ucap Sakura. Hinata dan Temari tanpa banyak bicara langsung melakukan pertolongan pertama terlebih dahulu pada Tenten-nee

"Astaga! Suigetsu! Tolong bawa Tenten-nee kedalam! Karin! Kau tolong telepon rumah sakit!" Suigetsu dan Karin mengangguk, lalu mereka menjalankan perintah Ino dengan cepat.

Temari menatap bingung kearah patung lambang Hyuuga, entah kenapa dia merasa ada sesuatu disana. Dengan perlahan dia melangkah pelan menuju patung tersebut.

Temari membulatkan matanya melihat sebuah pisau dan juga balok kayu panjang yang terlumuri oleh darah dari. Matanya juga menangkap secarik kertas yang juga terlumuri darah, bukan hanya terlumuri, tapi memang menggunakan tinta darah.

Temari mengambil kertas itu lalu membaca teliti setiap katanya.

Tak lama, Hinata, Ino dan Sakura menyusul Temari dan ikut melihat apa yang dibaca oleh Temari.

Temui aku maka dia akan selamat.

Jika kau terlambat, maka dia akan kupenggal.

Cari anak ini dan bawa semua berkas kepemilikan perusahaan kalian.

Selamat mencari!

Tanpa banyak bicara, Hinata yang panik segera berlari kesamping mansionnya, dan benar saja dugaannya.

Ada banyak bercak darah ditembok dan juga kunai kecil yang selalu Hanabi bawa sebagai keberuntungannya.

Seketika, suara lemah Hanabi seakan terdengar ketelinganya. "Onee....san"

"HANABI-CHAAAAAN!!!!!!"

TBC

Waduh menjelang inti cerita nih wkwk

Kalau ada yang punya saran tentang cerita ini, kalian boleh kok ngasih tau aku, jujur aja nih ya aku tuh buntu banget sama cerita ini.

Jadi kalau ada yang punya ide tentang cerita ini boleh DM Wattpad, LINE, Di Wall Wattpad atau di Komen juga boleh:)

Aku sangat mengharapkan antisipasi dari kalian semua lho:)

Jadi, Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top