30. Hanabi (3)

Bad Boy KHS

Pagi ini, Sakura sudah siap-siap pergi keluar, tentunya tanpa harus ketahuan oleh si Uchiha tampan itu, Sakura sudah selesai mandi dan berpakaian lalu Sakura dengan santainya menuruni tangga di rumah Naruto.

Semalam, mereka semua menginap di Mansion besar Namikaze ini, karena terlalu larut untuk pulang. Alhasil, mereka--Sakura, Ino, Hinata, Karin dan Temari-- tidur berdempetan di kamar Hinata.

Sakura melihat kearah jam besar yang ada di ruang tamu. Pukul 5 pagi.

Sakura yakin Sasuke tidak akan melihatnya di jam segini, pria itu terlalu malas untuk bangun pagi dihari libur seperti ini.

"Kau mau kemana, Saku-chan?" Tanya Hinata yang tiba-tiba saja muncul dengan apron merah dan spatula.

Sakura hanya mengendikkan bahunya, "Aku ingin pulang ke rumah. Akukan belum bicara apapun pada Tou-san dan Okaa-san," ucap Sakura.

Hinata hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, "Apa kau tidak ingin sarapan dulu? Akan ku buatkan telur goreng agat cepat kau makan tanpa diketahui Sasuke,"

Sakura tersenyum lebar, "Tentu, ahh kau memang sahabatku, Hinata!" Ucap Sakura lalu berlari menuju dapur meninggalkan Hinata yang menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Sakura.

Baru saja tadi malam dia bersikap dingin dan berkuasa seperti seorang mafia, sekarang malah menjadi seorang Haruno Sakura yang manja.

***

Lima menit berlalu, telur goreng buatan Hinata sudah kandas begitu saja karena dilahap begitu cepat oleh Sakura. Sekarang, Sakura sudah berada di depan pintu utama Mansion Namikaze.

"Hinata, nanti kalau si Pantat ayam itu bertanya aku kemana, bilang saja aku bersama Itachi-nii, Ok?" Ucap Sakura memberi pesan pada Hinata.

"Itachi-nii?" Tanya Hinata, Sakura mengangguk

"Iya, dia kakaknya Sasuke. Aku pergi dulu sebelum Sasuke bangun. Ok kalau begitu, dadah Hinata-chan~" Sakura pergi melenggang begitu saja.

Hinata hanya melambaikan tangannya beberapa kali lalu kembali masuk kedalam Mansion.

"Haaah, beruntung rumah ini sudah bersih, jadi aku tak perlu repot-repot membersihkannya setiap hari," gumam Hinata, matanya melihat kesegala penjuru rumah, dan semua sudah bersih.

"Hinata?" Panggil Ino dan Temari yang sedang menuruni tangga dengan rambut berantakan, wajah bantal dan piyama kusut.

Hinata merolled eyes saat melihat penampilan kedua temannya itu, "Bisa tidak, kalian sebelum turun itu cuci muka terlebih dahulu? Iss dasar jorok!"

Ino dan Temari dengan kompak mengendikkan bahu mereka, mereka tidak peduli dengan ocehan Hinata, "Hei Hinata, apa kau sudah masak? Uhh aku lapar,"

Ino mengelus-elus perutnya yang terasa keroncongan karena semalam dia belum sempat makan sama sekali.

"Sudah, aku memasak semangkuk ramen super besar dan nasi goreng," jawab Hinata.

Mata Temari berbinar mendengar sebutan ramen, dengan cepat dia berjalan menuju dapur untuk menghabiskan seluruh ramen itu.

Ino dan Hinata menyusulnya dari belakang, seketika Hinata membolakan matanya melihat Temari yang sudah siap menyantap ramen besar itu.

"Hei! Jangan dimakan ramennya!" Tegur Hinata, Temari langsung menatap Hinata. Sedangkan Ino terlalu malas melihat perdebatan di pagi yang cerah seperti ini, dia langsung mengambil piring dan siap memakan nasi goreng buatan Hinata.

"Kau membuat ramen ini untuk dimakan, bukan untuk pajangan, jadi aku akan memakannya!" Ucap Temari lalu mengambil sumpit di meja, dengan cepat Hinata mengambil mangkuk ramen itu dan diangkatnya.

"Tidak! Ini khusus kubuatkan untuk Naruto! Kau tidak boleh memakannya!" Ucapan Hinata berhasil membuat Temari terdiam, bahkan Ino yang sedang makan pun langsung menghentikan suapan nasi goreng itu tepat di depan bibirnya.

Temari dan Ino kompak melihat Hinata.

"Kau.. apa? Memasak khusus untuk.... Naruto?" Tanya Temari yang masih menatap Hianata tidak percaya.

Bluush

Kedua pipi chuby Hinata langsung merona tanpa dikehendaki.

Tunggu, kenapa dia baru sadar?

"Kau bahkan tidak pernah memasak khusus pada kami bahkan Neji-nii sekali pun," tambah Ino.

Wajah Hinata tambah memerah. Benar juga!

Ino yang tadi menatapnya bingung, kini merubah raut wajahnya seperti om-om pedofil yang baru saja menemukan mangsanya. Hinata saja bergidik ngeri melihat senyuman Ino.

"Ok~ khusus untuk Naruto~ Hei Temari, kita tidak boleh menyentuh ramen itu sedikit pun karena itu spesial untuk Naruto~ uuhh so sweet~"

Wajah Hinata semakin merah tak terkendali, Temari yang awalnya bingung pun langsung ikut tersenyum iblis seperti Ino, "Ah iya, benar! Kita tidak boleh mengganggu pendekatan Hinata~"

Ck! Hinata harus segera meluruskan ini sebelum Ino dan Temari semakin menjadi, tapi sebelumnya dia harus menetralkan wajah merah padamnya.

"Ck! Jangan sembarangan kalian! Aku membuat ini hanya sebagai tanda terimakasih dariku karena dia sudah mau membantu kita kemarin," alasan Hinata benar-benar logis bukan?

Temari dan Ino hanya terkekeh, "Iya-iyabterserah padamu saja, Uzumaki-sama," goda Temari.

Hinata berdecak kesal walau tidak bisa dipungkiri pipinya terus merona. Ino dan Temari kembali terkekeh melihat respon tubuh Hinata. Lalu melanjutkan acara makan mereka yang sempat tertunda

"Waah, tuan putriku sudah bangun?"

"Uhuuk uhuuk," Ino langsung tersedak bagitu mendapati suara Sai. Dengan segera Temari memberikan air minum padanya dan langsung diserbu oleh Ino.

Sai terkekeh, gemas dengan tingkah Ino, "Good morning, my bunny!"

Bolehkah Ino muntah sekarang?!

Panggilan macam apa itu?!

Hinata hanya tertawa melihat Ino yang menatap tajam Sai, sedangkan lagi-lagi Sai hanya fake smile.

"Panggilan macam apa itu, sialan!" Sergah Ino.

Sai lagi-lagi tersenyum, "Memangnya kenapa? Bukannya itu cocok untuk perempuan semenggemaskan dirimu?"

Ok, jika kalian ingin muntah, silahkan muntah disini -->

Hinata sudah tidak kuat menahan tawanya saat melihat raut wajah Ino yang memerah sempurna, entah karena kesal atau malu, yang jelas Hinata senang, posisinya tadi terbalaskan.

"Jangan panggil aku dengan panggilan menjijikan seperti itu Shimura-san, atau aku akan menendangmu dari kasur lagi!" Ancam Ino yang sama sekali tidak membuat Sai takut, bahkan Sai merasa semakin gemas dengan Ino.

"Ha?! Apa?! Kasur?!" Pekik Hinata dan Temari bersamaan.

Duh, Ino lupa! Disini ada Hinata dan Temari, kenapa dia bilang seperti itu?!

Ino meringis pelan sebari mengumpati mulutnya. Bisa-bisa ini menjadi bahan ejekan lagi!

"Kalian satu kasur?!" Pekik Temari tidak percaya. Sedangkan Hinata sudah cengo duluan.

Sai tersenyum iblis, mungkin menggoda Ino sedikit akan menyenangkan.

"Tentu, kami saling berbagi tempat tidur, Ino tidak akan bisa tidur jika tidak kupeluk, apalagi Ino bilang kegemarannya yang baru ada tertidur di dadaku,"

Bohong yang keterlaluan 😒

Ino membelakkan matanya, Hei! Dia tidak pernah seperti itu!

"Kapan aku bil--"

"Dia juga bilang dia khawatir jika aku memakan makanan luar, dia selalu khawatir jika menyangkut diriku," ucapan Sai membuat Temari dan Hinata melongo tak percaya.

Ok, kali ini Sai tidak sepenuhnya berbohong.

Hinata langsung memangutkan kepalanya, "Pantas semalam dia mengomel saat kau pergi dengan Karin ke minimarket, sampai pengang aku mendengar ocehan Ino, ternyata benar dugaanku kalau dia cemburu pada Karin,"

Sai tersenyum senang, ditatapnya Ino yang tengah misuh-misuh karena merasa terpojokkan, "Waah, benarkah kau seperti itu, my Bunny?"

"Berhenti memanggilku seperti itu, Sai Baka no Hentai! Argghh!" Kesal Ino.

Temari, Sai dan Hinata langsung tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Ino.

"Kalian ini pagi-pagi sudah ribut saja! Mendokusei," Nah, si pemalas sudah bangun ternyata.

Kini giliran Temari yang berdecak, "Tidak biasanya kau bangun pagi, Nara-san,"

Shikamaru menaikkan sebalah alisnya, "Memangnya kenapa? Apa kau mau aku tidur terus?"

"Tentu, aku ingin kau tidur selamanya!" Sarkas Temari.

"Ck, jika aku tidur selamanya maka mau tidak akan bisa menikah!" Ucap Shikamaru lalu duduk di sebelah Sai. Sedangkan Ino, Sai dan Hinata hanya menyimak

Temari menaikkan alisnya, "Kenapa bisa seperti itu?"

Shikamaru merolled eyes, "Karena aku yang akan mendampingimu di altar nanti, bodoh!"

Ino dan hinata membolakkan mantanya.

"Oh," Temari memangut-mangut sebari mengaduk nasi goreng miliknya.

10%
20%
30%
50%

"Ck, lemot," sarkas Shikamaru

60%
70%
80%
90%
Seratus per--

"HA?! APA?!"

"BWAHAHAHA" tawa Hinata dan Ino langsung memenuhi ruangan, sungguh wajah kagetnya konyol sekali.

Tiba-tiba Sasuke dan Naruto duduk di meja makan, mereka tidak menyadari kehadiran Naruto dan Sasuke karena terlalu asik menertawakan wajah idiot Temari, "Ck, bisakah kalian diam? Mengganggu tidurku saja,"

Ino memutar bola matanya malas, "Kalau tidak ingin diganggu, maka tidak usah dengar! Baka!"

Naruto hanya menatap tidak minat kearah Sasuke dan Ino, yang dia inginkan itu sarapan, bukan perdebatan.

Saat Naruto ingin mengambil sendok untuk memakan nasi goreng itu, tangannya tiba-tiba ditahan oleh Temari.

Temari menatap Naruto lalu memberikan sumpit yang sempat--hampir--dia gunakan untuk memakan ramen buatan Hinata. Naruto mengerutkan dahinya saat Temari memberinya sumpit.

"Nasi goreng ini jatah makanku, kau habiskan yang itu!" Ucap Temari sebari menunjuk semangkuk besar ramen yang berada di tangan Hinata.

Mata Naruto yang awalnya mengantuk, kini berbinar menatap ramen kesukaannya. "Ini untukku?" Tanya Naruto.

"Tentu itu milikmu, Hinata membuatnya spesiaaaaal untukmu, benarkan Hinata?" Ucap Ino sebari menggerlingkan matanya pada Hinata.

Naruto menatap Hinata dengan binar, "Woah! Souka?"

Hinata berusaha menetralkan wajahnya yang terasa panas saat tatapan Naruto begitu menghunus/? Hatinya.

"I-iya, i-ini ha-hanya bentuk te-terimakasihku ka-karena kau membantu ka-kami kemarin, d-dan kau jangan ke-pedean dulu! I-ini hanya ucapan te-terimakasih, tidak lebih!" Naruto memandang Hinata aneh.

Kenapa Hinata berubah gagap?

"Suaramu... kenapa?" Pertanyaan Naruto berhasil mengundang gelak tawa Ino seketika, dia memperhatikan Naruto dan Hinata sedaritadi.

"Me-memangnya kenapa?! Ada yang salah huh?!"

"Suaramu jadi gagap seperti itu, kau kenapa? Apa kau sakit?"

Ino tertawa lagi. Dia gemas melihat dua orang dihadapannya ini.

Hinata yang tsundere dan Naruto yang terlampau polos--re: bego--

Sedangkan Sasuke, Temari, Shikamaru dan Sai hanya memperhatikan. Seketika Sasuke menyadari ada yang kurang disini.

"Dimana Sakura?" Tanya Sasuke tiba-tiba. Hinata mengehela napas lega.

"Oh iya, dimana si Jidat?" Tanya Karin yang baru saja muncul dimeja makan.

Sasuke dan Karin menyelamatkannya kali ini, "Dia pergi tadi pagi," balas Hinata.

Sasuke mengernyit, "Kemana? Dan dengan siapa?"

Hinata mengendikkan bahunya tak acuh, "Dia bilang ingin pergi bersama Itasi? Dasi? Basi? Ahh aku lupa nama kakakmu," ucap Hinata.

Sasuke mencebik, "Itachi?"

"Ah iya, itu"

Sasuke langsung berdiri dan pergi begitu saja, meninggalkan yang lainnya.

"Hei Hinata, bukannya semalam Sakura bilang dia pergi ke rumah orang tuanya?" Tanya Temari. Hinata mengendikkan bahunya.

"Aku tidak peduli," ucap Hinata sebari memberikan semangkuk ramen besar pada Naruto yang sedaritadi dipegangnya.

Hinata pun akhirnya ikut duduk, dia menyantap masakannya dengan tenang.

Sekitar 10 menit, makanan mereka semuanya sudah habis, bahkan Naruto sempat-sempatnya meminta tambah pada Hinata.

"Oh iya, bagaimana dengan ulang tahun adikmu?" Tanya Naruto.

"Aku akan membuat pesta yang casual sesuai dengan kepribadiannya," ucap Hinata

"Tidak, dia akan kubuatkan pesta bunga-bunga dan gaun bunga yang dirancang oleh Kaa-san ku," ucap Ino.

"Ku pikir dia akan setuju dengan ide Hinata, bunga terlalu menggelikan diumurnya yang menginjak 14 tahun," ucap Temari.

"Bunga saja!"

"Casual!"

"Bunga!"

"Casual!"

"Ck, bisakah kalian diam? Kenapa kalian tidak menggabungkan ide kalian saja? Ck, mendokusei," geram Shikamaru.

Naruto mengangguk setuju, "Benar, lebih baik digabungkan saja, acaranya besokkan? Kalau begitu kita harus beli semuanya hari ini,"

"Hm... digabung ya?" Gumam Ino.

"Waa boleh juga, kalau begitu temanya bunga sakura dan gaya modern" seru Hinata.

"Ya sudah, ayo pergi sekarang!" Ucap Ino semangat.

***

Tuuutt tuuut

"Ck, cepat angkat telponku, Nii-san bodoh!" Gerutu Sasuke yang sedang sibuk dengan teleponnya di halaman belakang rumah Naruto.

"Halo?" Sapa Itachi di sebrang sana.

"Dimana Sakura?" Tanya Sasuke to the point.

"Hee? Bukannya dia bersamamu?" Tanya Itachi.

Sasuke mengernyit bingung, "Kau pergi dengan Sakura tadi pagi kan?!" Sentak Sasuke

"Ck, kapan aku pergi dengannya? Terakhir aku pergi dengannya berbelanja kemarin, itu pun kau langsung membawanya pergi, dan harusnya aku yang marah! Kemana kau semalam huh?! Kaa-san mencemaskanmu dan Sakura karena tidak pulang semalaman, Tou-san juga menanyakanmu tadi malam!" Omel Itachi panjang lebar.

Sasuke hanya mendengus malas mendengar ocehan kakaknya.

"Terserah,"

"Kau ini benar-benar ti--"

Piip

Sasuke mematikan sambungannya, kalau Sakura tidak bersama Itachi, berarti dia bersama siapa?

'Haah, gadis itu memang bebal sekali,' batin Sasuke.

***

"Tadaima Okaa-san, Otou-san, Saso-nii!" Teriak Sakura saat sudah memasuki Mansion keluarga Haruno.

"Darimana saja kau?" Sakura menengok kearah asal suara.

"E-eh Saso-nii," sapa Sakura gugup.

Bagaimana tidak gugup? Kakaknya itu tiba-tiba muncul dengan aura hitam yang melingkupi tubuhnya, Sakura yakin, sehabis ini pasti akan ada sesi introgasi yang akan memakan waktu lama.

"Sini, cepat duduk!" Ucap Sasori tegas. Sakura meringis pelan, dan berjalan mengikuti kakaknya.

"Sekarang, jawab aku. Darimana saja kau? Empat hari tidak pulang,"

Sakura menundukkan kepalanya, "Ma-maaf nii-san,"

Sasori menghela napasnya pelan, "Kau pikir ini lucu huh? Kau sudah membuat Kaa-san dan Tou-san khawatir! Kemarin, Tou-san menelpon maid disini, katanya kau tidak pulang selama 4 hari dan pergi menginap di rumah temanmu, aku tahu kau mungkin kesepian di rumah sendiri sehingga kau menginap di rumah temanmu, tapi kalau sampai tidak pulang 4 hari tanpa kabar seperti itu, kau membuatku sangat khawatir, Sakura-chan,"

Sakura semakin menundukkan kepalanya, "Ma-maafkan a-aku nii-san,"

Sasori menghela napasnya pelan, didekatinya Sakura, lalu mengelus pelan rambut pink mencolok adiknya.

"Ya sudah, jangan diulangi lagi, Ne?" Ucap Sasori dengan senyum menawannya.

Sakura menganggu, "N-ne Nii-san, Gomen,"

"Oh iya, kau menginap di rumah, Hinata atau siapa?" Tanya Sasori. Sakura mendongak.

"I-itu em... aku menginap di ru-rumah I-itachi-nii,"

"Huh? Itachi.. Uchiha?" Sakura mengangguk pelan.

"Kau kenal dia darimana?"

"Sebenarnya aku kenal dengan adiknya, Uchiha Pantat Ay--eh maksudnya Uchiha Sasuke,"

"Ya sudah, aku percaya kalau kau di rumah Itachi, sekarang cepat ke kantor, Tou-san dan Kaa-san menunggumu disana," Sakura mengangguk pelan.

"Oh iya Sasori-nii, sepertinya aku akan menginap sampai hari perpisahan sekolah," ucap Sakura.

Sasori mengernyit, "Kenapa?"

"Hehe ada something yang harus ku selesaikan," Sakura tertawa hambar.

"Ya sudah terserah, asal kau izin pada Tou-san dan Kaa-san,"

"Ha'i Nii-san, arigatou,"

"Ne,"

Kriing kriing

Suara telpon Sakura berdering, dengan cepat Sakura merogoh sakunya dan melihat siapa yang menelponnya, dan mengangkatnya.

Uzumaki Naruto
Calling you

Accept | Decline

"Ya?"

"Halo, Sakura-chan! Ini aku, Hinata. Aku dan yang lain akan membeli beberapa peralatan untuk ulang tahun Hanabi, kau kalau mau ikut datanglah ke Konoha Departement Store ok!"

"Ya baiklah, tapi aku akan ke kantor Tou-san dulu, nanti aku menyusul,"

"Ok aku tubggu y, bye!"

"Bye!"

Piip

***

"Ohh, besok itu ulang tahun adikmu ya? Kalau begitu... bagaimana kalau aku memberikan hadiah spesial untuk adikmu...... dan kalian semua,"

***

TBC

Kepanjangan ya? Hehe sengaja.
Ini buat mempersingkat cerita aja sih, jadi aku rangkap yang harusnya 2 part jadi satu part gini. Biar cepet selesei juga.
Wkwk.

Untuk part selanjutnya juga sama, mungkin bakal aku rangkap lagi ceritanya biar gak panjang kaya part 'Who is Queen'

Itu parah panjang banget sampe part 7 wkwk.

Udah ah, aku banyak omong banget wkwk

Mind to Vomment?

Bonus

Uzumaki_Naru

Disukai SasuHa, TemaSaba, _Shi_on_ dan 132.828 lainnya

Terlalu tampan 😎 @SasuHa

📸 by @Sai07
😪 by @Shika.nara

Komentar dimatikan

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top