27. Ready?

Bad Boy KHS

"Naruto, sepertinya minggu depan Tou-san dan Kaa-san akan pulang"

"Memangnya masalah disana sudah selesai, Kaa-san?" balas Naruto pada penelpon itu.

"Haah. Masalah disini semakin membesar, ada penyadap yang mengambil alih 50%  perusahaan Tou-san mu."

"APA?!"

"Kushina, biar aku yang bicara" terdengar suara ayahnya disebrang sana.

"Naruto?"

"Ya, Tou-san"

"Tou-san membutuhkanmu. Ada penyadap bernama Queen, dia mengambil alih setengah perusahaan Uchiha, Namikaze dna Yamanaka. Kuharap kau tau apa yang harus kau lakukan, Naruto"

***

Perlahan Sakura memasuki kamarnya, dia menghempaskan tasnya ke atas kasur lalu menindihnya. Sakura berkali-kali mendengus, seharusnya Sakura hari ini bertemu dengan Tou-san dan Kaa-san nya dulu, tapi si Chiken butt sialan itu tidak mengizinkannya.

Sebenarnya dia tidak terlalu masalah dengan izin dari Sasuke, dia bisa saja kabur dari Massion Uchiha ini lalu pergi kerumahnya.

Pukul 7 malam nanti Tou-san dan Kaa-san nya pulang dari Osaka, jika Sakura tidak bergegas menuju rumahnya, Tou-san dan Kaa-san nya pasti akan mengomelinya seharian, pasalnya dia sama sekali belum bilang kalau dia menjadi servant si pantat ayam itu.

Hufft

Sakura malas jika harus di omeli.

Tok tok

"Sakura-chan~ ini Baa-san sayang, buka pintunya" Sakura langsung berdiri mendengar suara Ibunya Sasuke yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya--sementara.

Cklek

"Ya, ada apa Baa-san?" Tanya Sakura ramah, Mikoto tersenyum melihat Sakura.

"Tidak apa-apa, hanya saja Baa-san ingin mengajakmu berbelanja, Baa-san ingin memp--"

"Tidak." Belum selesai Mikoto berbicara, anak bungsunya itu sudah memotong pembicaraannya.

Mikoto dan Sakura mendengus bersamaan. "Anak nakal! Kaa-san belum selesai berbicara sudah dipotong saja!" Mikoto berdecak sebal pada putra bungsunya itu.

Sasuke melipat tangannya didepan dadanya. "Sakura tidak boleh keluar rumah. Tidak untuk hari ini!"

Mikoto mengerucutkan bibirnya, sedangkan Sakura sudah berkacak pinggang. "Hei! Kau ini siapa ku? Berani sekali mengatur hidupku! Lagi pula, aku sudah menurutimu agar tidak pulang kerumah dan memilih diam disini, sekarang Kaa-san mu sendiri yang mengajakku pergi kau malah melarang lagi?! Memangnya aku bonekamu? Ayo Baa-san! Aku akan menemanimu berbelanja!"

Sakura mendumel terus. Mikoto mengangguk semangat. "Ya! Tinggalkan saja anak nakal tidak tahu sopan santun dan bodoh itu dirumah! Ayo, Itachi sudah menunggu daritadi" ucap Mikoto sebari mengamit tangan Sakura dan menggeretnya ke pintu keluar, Mikoto dan Sakura masa bodoh dengan pakaian Sakura yang masih berseragam.

Yang jelas, Sakura ingin bebas.

"Cih! Itachi? Yang benar saja?!" Dengan cepat Sasuke menyambar jaketnya dan kunci mobilnya yang ada di sofa lalu Sasuke langsung pergi menyusul Sakura yang sudah pergi duluan dengan Itachi dan Kaa-san nya.

***

Naruto berjalan santai di area halaman belakang mansion keluarga Hyuuga yang begitu luas ini.

Sesekali dia melirik Neji yang sedang mengawasinya dari jauh. Huuh Naruto benar-benar beruntung, Ayah Hinata tidak mengamuk padanya saat Hinata menceritakan bahwa ia akan menjadi servant Naruto selama 2 bulan. Yah, walau pun Neji hampir membakarnya barusan.

Sekarang, Ayah Hinata sedang berbincang dengan Hinata, entah apa yang dibicarakan tapi Naruto tidak terlalu peduli. Yang jelas saat ini yang ada dipikirannya adalah ide berikutnya untuk menyerang Queen.

Dia yakin, kalau Queen yang dimaksud ayahnya adalah orang yang sama dengan  Queen yang Hinata maksud.

Naruto sama sekali tidak mengerti atas apa yang terjadi pada masa lalu Hinata. Gadis itu pandai menutupi sifatnya yang asli. Gdis itu benar-benar sulit Naruto tebak saat ini.

Rencana awal Naruto membuat Hinata menjadi servant nya adalah untuk mendekatkan mereka dan membuat Hinata menjadi kekasihnya. Tapi entah kenapa rencana yang dibuatnya justru membuat Naruto terjebak didalamnya.

Baru saja Naruto memulai beberapa hari, Naruto sudah dikejutkan dengan berbagai hal, tapi yang lebih membuatnya terkejut adalah dendam Hinata.

Naruto benar-benar terkejut atas semua itu. Naruto selama ini berpikir Hinata hanyalah seorang gadis bermulut pedas yang berwajah manis.

Naruto saja terkejut saat mengetahui bahwa Hinata sangat pandai dengan hal-hal seperti komputer, system hack, dan sebagainya.

Huuh.

Dan yah, ngomong-ngomong. Naruto benar-benar penasaran dengan Queen. Siapa sebenarnya dia, hingga membuat Hinata begitu ingin membalas dendamnya pada Queen.

Intinya, Naruto benar-benar ingin tahu siapa Queen dan apa hubungannya dengan keluarga Hyuuga, Haruno, Yamanaka,  Sabaku Uchiha dan keluarganya.

Naruto mengalihkan tatapannya kelangin malam yang ditemani oleh ribuan bintang kali ini. Naruto tersenyum.

Dia terpikir sesuatu hal yang menarik untuk dia lakukan terhadap orang itu.

"Onii-san?"

Naruto memengok ke kanan dan ke kiri. Ia merasa seperti ada yang memanggilnya.

"Psst Onii-san!"

Lagi-lagi suara orang yang seperti memanggilnya terdengar.

"Siapa itu?!" Ucap Naruto dengan waspada.

"Ck! Oi Onii-san kuning! Aku ada diatas!"

Naruto mendongakkan kepalanya.

"Astaga!" Pekik Naruto saat melihat seorang gadis berambut panjang tengah tersenyum lebar padanya dari atas pohon yang cukup tinggi.

"Hei! Apa yang kau lakukan bocah?! Kau mau mati ha! Turun!" Teriak Naruto pada gadis itu.

Gadis itu berdecak kesal. Lalu dia berdiri diatas ranting yang cukup sedang itu tanpa berpegngan apapun.

Naruto membelakkan matanya melihat kelakuan gadis itu. "Hei! Cepat turu--

BRUUK

Dengan lancarnya gadis itu melompat dari pohon tanpa banuan apapun. Naruto dengan sigap mendelati gadis itu dengan wajah khawatir bercampur kesal.

"Hei! Apa yang kau lakukan ha?! Itu bahaya! Kau bisa mati jika loncat sembarangan seperti itu tanpa bantuan apapun!" Omel Naruti membuat gadis itu mendengus dan membalikkan badannya kearah Naruto. Gadis itu menatap Nruto intens.

Naruto tertegun kala melihat paras gadis yang ada dihadapannya ini. Wajahnya itu benar-benar mirip dengan Hinata!

"Apa lihat-lihat?"

Naruto tersentak kaget. Dengan cepat dia menggelengkan kepalanya. "Apa yang kau lakukan diatas sana ha?! Kau mau mati?!"

Gadis itu mendengus. "Aku sudah biasa seperti itu, lagi pula pohon itu terlalu pendek untukku. Oh iya! Sedang apa kau di mansion ayahku? Kau pasti mau malingkan?! Mengaku!" Gadis itu langsung menodongkan ujung ranting pohon yang tajam pada Naruto.

Naruto menghela napasnya. "Aku itu bukan maling, asal kau tahu aku itu adalah kekasih kakakmu"

Gadis itu membelakkan matanya. Tak percaya dengan ucapan Naruto.

"Ka-kau berpacaran dengan Neji-nii?"

Kini giliran Naruto yang membelakkan matanya. "Hei! Sembarangan sekali kau bicara, bocah! Bukan Neji! Dia laki-laki, aku pun sama!"

Gadis itu hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Benar, tidak mungkin Neji-nii berpacaran denganmu. Seleranha benar-benar rendah"

Naruto menatap jengkel gadis kecil itu. "Apa katamu?!" Gadis itu tertawa terbahak-bahak.

Naruto sudah siap menjewer kuping gadis itu. Tapi terhalang oleh suara lembut milik Hinata.

"Hanabi?" Naruto menoleh kebelakang. Gadis yang tadi akan ia hukum itu langsung berlari memeluk Hinata erat.

Naruto hendak protes saat gadis itu memeluk Hinata dengan erat. Oh ayolah, bahkan dia tidak pernah memeluk Hinata seperti itu. Dan sekarang, dia kalah start dengan gadis bodoh itu.

"Apa yang kau lakukan disini, Hanabi?" Tanya Hinata seraya mengelus-elus surai coklat adiknya itu.

"Tadi Onii-san bodoh itu mau menjewerku!" Adunya pada Hinata.

"Kau dulu yang memulainya! Dia melompat dari atas pohon lalu mengataiku!" Bela Naruto

Hinata menatap adiknya tegas. "Kau naik ke pohon lagi, huh? Dasar nakal! Akan Nee-san adukan dengan Tou-sama!"

Gadis itu langsung melepaskan pelukkannya pada Hinata dan menatap kakaknya dengan puppy eyes andalannya.

"Kumohon, jangan adukkan pada Tou-sama"

Hinata menghela napasnya. Dia tidak bisa melihat adiknya dengan wajah memelas seperti itu. "Yasudah! Lain kali jangan suka naik pohon seperti itu! Bahaya! Lebih baik, sekarang kau kekamarmu!" Perintah Hinata.

Hanabi hanya mengangguk dan melangkah gotai ke kamarnya. Dia paling tidak bisa membantah jika kakaknya itu sudah memerintahnya.
 
"Naruto?" Naruto menatap Hinata saat merasa dirinya dipanggil oleh makhluk berparas cantik bermata bulan itu.

Naruto tersenyum konyol pada Hinata. "Ada apa sayangaku? Apa sudah selesai bicaranya dengan ayah mertuaku?" Ucap Naruto dengan kerlingan mata guna menggoda Hinata.

Hinata mendengus kesal walau tidak bisa dipungkiri bahwa pipinya teras sedikit menghangat, dalam hati dia merutuki sikap Naruto yang seenak jidatnya memanggilnya sayang.

"Dia ayahku! Bukan ayah mertuamu!" Bantah Hinata.

Naruto kembali tersenyum dan melangkah mendekati Hinata dan merangkul erat gadis itu. "Ayolah, dia ayah mertuaku sekarang"

Hinata mendengus dengan wajahnya yang memerah. "Terserah kau!" Balas Hinata dengan ketus.

Naruto terkekeh. Tapi tak lama kemudian, raut wajahnya kembali serius, dia melepaskan rangkulannya dan memutar bahu Hinata agar menghadapnya.

"Aku punya rencana tentang Queen. Kuharap, kali ini kau bisa membantuku" ucap Naruto. Hinata mengerutkan dahinya.

"Apa?"

"Sekarang, kau telepon saja Ino, Sakura dan Temari. Aku akan menelpon Karin, Sai, Teme, dan Shikamaru."

Hinata semakin mengerutkan dahinya tidak mengerti. "Untuk apa melakukan itu? Dan kenapa harus Karin?"

"Turuti saja, bilang pada mereka untuk berkumpul dirumahku sekarang, aku juga membutuhkan bantuan mereka untuk ini"

Hinata hanya menurut.

***

Satu jam kemudian, mereka semua yang Naruto maksud sudah berkumpul di rumah Naruto, termasuk dengan Karin.

"Ada apa memanggil kami, Naruto?" Tanya Shikamaru yang memulai pembicaraan mereka.

"Kita harus melakukan ini, tidak perlu banyak bicara. Kalian bisa mengambil alih ruang Komputer milik Tou-sanku."

Kening Sasuke mengerut. "Untuk apa? Kalau kau tidak memberitahu, kita tidak akan tahu apa yang harus kita kerjakan, baka!"

"Benar! Kau menganggu acara belanjaku dengan Baa-san!" Kesal Sakura.

Sedangkan Ino, Sai, Temari, Hinata dan Karin hanya diam memperhatikan mereka.

Naruto menghela napasnya. "Ok, akan kujelaskan. Perusahaan Tou-sanku diserang, begitu pula dengan Uchiha dan Yamanaka. Perusahaan ayah kalian diserang"

"Apa?!" Pekik mereka bersamaan

Karin yang sedang minum minumannya langsung tersedak.

"Jadi sudah terjadi?!" Pekik Karin. Naruto mengangguk.

"Cih, lebih cepat dari dugaanku! Kupikir hanya Uchiha dan Namikaze. Ternyata Yamanaka juga" Gumam Karin.

"Kenapa kau bisa tahu, Naruto?" Tanya Ino yang tidak sabaran.

"Tou-san menelponku. Dan menceritakan itu, dan ada satu hal yang mengejutkan disini." Ucap Naruto.

"Apa?" Tanya Temari.

"Orang yang menyerang kita adalah..."

"... Queen" sela Karin yang memvuat ke-empat gadis itu menatap Karin dengan bingung.

"Kau tahu tentang Queen?!" Pekik Ino. Karin mengangguk.

"Kuingatkan, aku itu sepupu Naruto. Jadi alu tahu tentang semua itu"

Shikamaru berdecih. "Kutebak kalau Queen yang menyerang Temari dan Naruto itu adalah orang yang sama"

Sai mengangguk. "Itu yang ada dipikiranku sekarang"

"Bisa-bisanya kita kecolongan seperti ini!" Ucap Sakura dan Hinata frustasi.

"Maka dari itu, aku punya rencana. Aku akan mengambil alih server Queen, Shikamaru kau ambil yang mana saja komputer diruangan itu kau awasi pergerakkan virus yang menyebar di perusahaan. Karin, aku tahu kau bisa diandalkan dalam pengambilan data. Sasuke dan Sai, aku harap kau bisa mengambil alih bagian penyadapan..."

Mereka mengangguk paham.

"... Dan untuk kalian para gadis, aku ini saatnya kalian membalas dendam kalian, aku serahkan penyerangan pada kalian"

"Baik!"

Hinata menyeringai. "Kalau gitu, kita mulai perang yang sesungguhnya."

***
TBC.

Mereka mulai menyerang euy wkwk.
Kira-kira masih ada yang nunggu cerota ini gak? Wkwk
Maaf kalau banyak typo, soalnya gak alu edit dulu.
Berhubung udah selesai USBN-nya jadi aku bisa update lagi.
Doain hasilnya memuaskan ya teman-teman 😙
Aku juga bakalan doain kalian yang lagi ujian sama kayak aku.

Ganbatte!

SEE YOU NEXT CHAP!!

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top