26. Neji

Jam pulang sekolah sudah berdering dari 20 menit yang lalu, tapi tidak ada tanda-tanda Naruto untuk melepaskan Hinata dari dalam ruang kelas yang hanya ada dirinya dan Hinata. Temari, Sakura, dan Ino terpaksa pulang terlebih dahulu karena paksaan dari lelaki-lelaki menyebalkan itu.

Hinata sebenarnya sangat-sangat malas jika harus berurusan dengan manusia kuning di hadapannya ini, Hinata juga ingin mempercepat waktunya sebagai servant Naruto selama 2 bulan ini. Hinata benar-benar ingin fokus pada Ujian Akhirnya dan juga masalah si bodoh Queen itu. Hinata juga harus banyak berjaga-jaga pada account miliknya agar tak mudah diretas.

Ah iya, Hinata juga harus fokus mencari celah untuk mengambil Handphone-nya yang ada di tangan manusia kuning itu. Dan juga sebenarnya Hinata sendiri berterimakasih pada Naruto karena mau membantunya mengurusi Queen.

Manusia seperti Queen memang cocok untuk dimusnahkan, bukan?

Didalam ruang kelas, baik Naruto dan Hinata tak ada satu pun yang berbicara terkeculi tatapan mereka yang semakin lama semakin tajam menatap satu sama lain.

Hinata mendengus malas. "Jika kau tk mengucapkan apapun, lebih baik aku pulang!" Hinata mengambil tasnya yang ada di meja lalu melangkah pergi. Tapj belum ada selangkah, lengan lembut Hinata dicekal oleh Naruto yang masih betah menatapnya dengan tajam

"Ah, awas. Aku ingin pulang!"

"Kau mau pulang kemana? Rumahmu sekarang adalah di rumahku. Dan aku tak akan mengijinkanmu pergi sebelum kau meminta maaf atas perbuatanmu, kau kan ta--"

"Maka dari itu kembalikan dulu handphone ku!" Kesal Hinata.

Naruto mengerutkan dahinya seraya tersenyum remeh pada Hinata. "Mengembalikan? Bukankah dalam perjanjian handphone mu akan kembali jika kau menjadi servant ku sampai acara kelulusan nanti? Ingat Hinata, kau baru menjadi servant ku selama 6 hari, bahkan belum genap seminggu. Jadi menurutmu apa aku akan mengembalikkannya?"

Hinata berdecak kesal, "Lalu sekarang apa maumu, Uzumaki-san?!" Naruto terkekeh melihat wajah Hinata yang sedang kesal itu.

Terlihat menggemaskan, karena --entah Hinata sadar atau tidak, jika dia sedang kesal maka ia akan mengembungkan pipi chubby-nya itu lalu memajukan sedikit bibir plum miliknya ditambah dengan rona merah di pipi dan dahinya. Sungguh menggemaskan.

"Mau ku? Gampang, aku ingin kau meminta maaf padaku. Mudah bukan?" Hinata memutar bola matanya kesal.

"Uhh Never, Baka!" Wajah Naruto yang tadi terlihat sedikit ramah kini wajahnya menjadi datar. Dapat Hinata lihat, tatapan Naruto padanya berubah menjadi datar dan... dingin?

Masih dengan wajah datar, Naruto mengeluarkan smirk-nya yang entah kenapa membuat Hinata merasa terancam dengan senyuman itu.

"Never, huh?" Naruto menarik lengan Hinata sehingga membuat pinggang Hinata membentur sedikit ujung meja.

Dengan susah payah Hinata meneguk ludahnya sendiri. Astaga, posisinya kali ini dengan Naruto benar-benar bahaya. Kenapa lelaki itu dengan tiba-tiba menariknya dan merapatkan tubuh mereka, ya walaupun tidak sampai menempel, tapi tetap saja. Hal ini membuat jantung Hinata ingin copot dari tempatnya.

"Hyuuga Hinata, anak kecil yang saat itu berbaik hati pada kami dan memaafkan kami atas istana pasir itu" Hinata mengernyit. Ia merasa tidak asing lagi dengan itu.

"Apa maksudmu, Naruto?"

Naruto memberikan senyum tulusnya kali ini. "Bukan apa-apa, akan ku antar kau pulang." Ucapnya lalu pergi meninggalkan Hinata yang masih bingung dengan ucapan Naruto.

Tak ingin mengambil pusing, Hinata melangkah cepat mengejar Naruto yang sudah hilang dari pandangannya. Lagi pula, Hinata malas jika harus mendengar omelan bodoh Naruto jika dia terlambat.

Hinata yang hanya terfokus pada punggung Naruto yang kian mendekat, tidak melihat jika ada seseorang yang juga terlihat terburu-buru keluar dari lorong koridor tepat di sebelah kiri.

Hingga

BRUUK

"A-akh" orang yang ditabrak Hinata jatuh dengan tumpukan buku yang berhamburan akibat dirinya. Hinata menatap seseorang yang ditabraknya. Matanya membelak saat melihat siapa yang ditabraknya, dengan segera Hinata membantu seseorang itu.

"Ma-maafkan aku Mei-sensei! Aku benar-benar tidak sengaja!" Ucap Hinata cemas.

"Tidak apa-apa, Hyuuga-san" Mei-sensei hanya tersenyum dan bangkit, Hinata ikut bangkit dan memberikan tumpukan buku itu pada Mei Terumi.

"Sekali lagi maafkan aku Mei-sensej" ucap Hinata dengan membukukkan badannya agar terlihat sopan

"Sudahlah, bukan masalah Hyuuga-san. Oh, ya kenapa kau terlihat terburu-buru?" Tanya Mei-sensei. Hintata cuma menggaruk tekuknya yang tidak gatal itu.

"E-em. A-aku mengejar Naruto, sensei. Dia akan mengomeli ku jika aku tidak cepat mengikutinya." Mei-sensei hanya mengerutkan dahinya, lalu terkekeh pelan.

"Kk~~ baiklah, lebih baik kau menyusul kekasihmu sebelum dia mengomelimu" ucap Mei-sensei yang membuat Hinata membelakan matanya. Entah kenapa pipinya terasa panas mendengar ucapan 'Kekasihmu'

"Tidak! Bukan, di-dia bukan ke-kekasihku, Mei-sensei!" Mei-sensei terkekeh lagi.

"Cinta masa muda. Ternyata masa muda memang indah ya?" Goda Mei-sensei yang membuat Hinata semakin merona hebat.

"Le-lebih baik a-aku duluan. Se-selamat sore, Mei-sensei!" Hinata dengan tergesa-gesa berlari meninggalkan Mei-sensei yang masih terkekeh.

Mei Terumi menatap Hinata yang melenggang pergi dengan langkah cepat, senyum diwajahnya hilang. Dia berbalik dan pergi dari lorong tersebut. "Padahal aku belum selesai bicara tpi dia sudah pergi, dasar tidak sopan! Sama seperti Hiashi.... padahal aku ingin berkata 'Ternyata masa muda memang indah, tapi tidak untuk mereka...' Cih!"

Mei Terumi mengambil Handphone-nya dari dalam saku blazer hijau miliknya. Lalu berlalih menelpon seorang gadis yang menunggunya di halaman belakang sekolah.

"Halo?"

"Kau, buat Naruto menjauhi Hinata!"

"Ck. Aku bukan boneka mu! Kau tak berhak memerintahku terus menerus!"

Mei Terumi berdecak. "Lakukan atau kau akan bernasib sama seprti anak-anak sialan itu!"

Piip

Dari kejauhan, gadis yang ditelpon oleh Mei hanya berdecak. "Queen sialan! Aku akan menghancurkanmu!"

***

Apa-apaan ini?

Kenapa jantungnya malah berdetak dengan cepat?

Hei, Naruto bukan kekasihnya! Dan apa tadi? Mei-sensei menyebut Naruti sebagai kekasihnya?

Deg deg deg

Astaga!!! Jantung sialan!!!

Hinata terus saja mengumpat. Dan saat matanya menangkap Naruto yang sedang menunggunya dengan senyum konyol yang terpancar diwajahnya, Hinata kembali merasakan bahwa jantungnya semakin berdetak 3× lipat lebih cepat.

Deg deg deg

"Darimana saja? Kenapa lama sekali?" Tabya Naruto yang sedikit merajuk. Hei! Ada apa dengan si kuning bodoh ini? Perasaan baru saja Naruto menyuruhnya meminta maaf dengan wajah datar, sekarang malah merajuk padanya seperti ini?

"A-aku dari toilet! Lebih baik sekarang antar aku ke Rumah Otou-san ku!" Ucap Hinata dengan segera memasuki mobil tersebut.

Naruto tersenyum dan ikut masuk kedalam mobil, sebelum menyalakan mesinnya. Naruto memperhatikan Hinata yang malah diam sebari meremat roknya.

"Kenapa diam?" Tanya Naruto yang bingung melihat Hinata.

"..." Hinata tetap bergeming. Naruto mengendikkan bahunya lalu menjalankan mobilnya keluar arena parkir sekolah yang tampak sepi karena murid-murid sekolah sudah pulang setengah jam yang lalu.

"Dimana rumah ayahmu, Hinata?" Hinata mendongak.

"O-otou-san ku tinggal di Manssion Hyuuga. Kau me-mengenal Neji-nii dan a-aku yakin Kau ta-tahu persis dimana itu" Naruto kembali tersenyum lebar.

"Hehe.. iya ya, kau kan Hyuuga, Neji juga Hyuuga!" Naruto menyengir kuda.

Hanya untuk sekedar info, Naruto mengenal Neji karena sebuah pesta perusahaan yang mengharuskan setiap putra-putri pengusaha ternama untuk datang dan memperkenalkan diri sebagai penerus perusahaan masing-masing. Berhubung Naruto merupakan putra satu-satunya dari keluarga Namikaze, jadi Naruto datang keacara tersebut. Dan disanalah Naruto mengenal Neji karena dia sebagai perwakilan perusahaan Hyuuga, saat itu Naruto bingung. Seharusnya yang datang adalah Hinata, tapi karena Hinata tidak terlalu suka keramaian jadi Neji lah yang menggantikkannya diacara tersebut.

Hinata menatap Naruto yang terus saja berceloteh menceritakan betapa buruknya kesan pertamanya saat bertemu kakak sepupunya yang dingin itu. Sesekali juga Naruto menampilkan berbagai ekspresi, hal itu membuat jantung Hinata terus berdetak cepat.

Ck. Sehabis ini, ingatkan Hinata untuk ke dokter spesialis jantung untuk memeriksakan jantungnya.

Gara-gara ucapan 'Kekasih' dari guru itu kenapa malah membuatnya seperti ini?

"Kita sampai!" Ucap Naruto lalu membuka sabuk pengamannya, sedangkan Hinata masih sibuk merutuki jantungnya yang berdetak cepat jika di dekat Naruto

"Hei ayo turun!" Naruto melambaikan tangannya di depan wajah Hinata.

Hinata terperanjat kaget. "A-ah iya!" Dengan terburu-buru Hinata melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil menuju rumahnya.

Naruto yang masih berada di dalam mobil hanya dapat menautkan alisnya, Ada apa dengan Hinata? Kenapa dia seperti itu?

Dengan segera Naruto menepis pikirannya dan segera turun dari mobil menyusul Hinata yang sudah berada tepat di depan pintu Manssion Hyuuga yang megah ini.

"Namikaze-san?" Naruto menoleh kebelakang, matanya menangkap seorang pria berambut panjang dengan mata bulan yang sama dengan Hinata.

"Neji?"

"Kenapa kau disini?" Tanya Neji yang sedikit tidak suka dengan kehadiran Naruto. Naruto mendengus, lalu menatap malas kearah Neji.

"Aku hanya mengantar kekasihku menemui ayahnya. Kenapa?" Naruto melilat tangannya didepan dadanya. Neji mengernyit bingung.

"Kekasih? Siapa?" Naruto menunjuk kearah Hinata yang menekan-nekan bel rumahnya. Mata bulan milik Neji terbelak.

"Hinata, aku mengantar Hinata."

"Cih, kau bilang, dia kekasihmu? Jangan bermimpi terlalu tinggi Namikaze-san! Adikku tak mungkin berpacaran dengan orang sepertimu!"

"Memangnya aku orang seperti apa, Hyuuga Neji-san?"

"Kau hanya orang manja yang berpidato mengenai perusahaanya saja tidak bisa!" Naruto memutar bola matanya malas.

"Ayolah, umurku saat itu masih 16 tahun, aku tak mengerti mengenai perusahaan ayahku."

"Itu artinya kau bodoh!" Keukeuh Neji yang membuat Naruto kesal.

"Ck. Kau juga bodoh! Mendatangi acara besar seperti itu dengan warna dresscode perempuan. Sudah tau warna dresscode lelaki itu hitam, kau malah menggunakan warna merah!" Balas Naruto yang kembali mengungkit masalah pakaian Neji saat malam itu

Wajah Neji memerah. Bukan karena tersipu, melainkan kesal. Memang, pakaiannya saat itu memang tidak sesuai dengan dresscode pria yang sudah ditentukan oleh pemilik acara, saat itu dia salah membaca undangan. Neji membaca undangan milik kekasihnya, Tenten. Neji pikir semua dresscode-nya sama, jadi Neji datang ketempat itu menggunakan Jas merah.

"Ck! Aku akan membalasmu, Namikaze bodoh!"

Naruto tertawa meremehkan. "Aku tunggu!"

"Neji-nii?"

Tiba-tiba Hinata menghampiri mereka berdua dengan kening yang berkerut melihat kedua lelaki di hadapannya ini saling melempar tatapan tajam.

Sebenarnya Hinata tidak aneh lagi dengan mereka berdua, soalnya Neji pernah bercerita padanya ada seorang perwakilan perusahaan Namikaze yang membuatnya kesal selama acara berlangsung. Dan Hinata langsung tahu siapa orang yang dimaksud oleh Neji itu, siapa lagi kalau bukan Naruto? Walaupun Naruto menggunkan nama Clan ibunya, tapi tetap saja Naruto keturunan satu-satunya Namikaze.

"Hinata, kenapa dia bisa bersamamu?" Tanya Neji dengan nada kesalnya. Naruto memutar bola matanya malas.

"Dia yang mengantarku kemari, Neji-nii."

"Jangan pernah mendekatinya lagi, Hinata" Naruto mendelik tak suka.

"Hei, kau ini hanya kakak sepupunya, bukan ayahnya! Kenapa kau banyak mengatur Hinata hah?!" Neji menatap garang Naruto

"Aku tidak akan membia--" suara Neji terputus saat ada suara berat nan juga tegas yang menginstrupsi.

"Hinata, cepat masuk! Otou-san ingin bicara"

"E-eh ayah mertua"




TBC

Maaf selama ini ngilang. Hape blue di sita selama PraUSBN :')

Gak tau lah apa ini, part yg ditulis dadakan kayak gini.


By the way, cerita ini bakalan aku revisi, gak tau kenapa enek sendiri liat ketikan Blue yang dulu

Juga mau benerin alurnya yang ada di awal biar gak ada yang ngechat aku lagi buat nanyain jalan cerita yang gak di mengeri.

Btw (again) Mind to Vote and Comment?

Love
💞Blue💞

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top