24. Who is Queen - Part 6
Terlalu banyak air mata yang keluar jika kita terluka. Dan akan lebih banyak lagi air mata jika kita melukai. Tapi kami harus!
-Hinata, Sakura, Ino and Temari
.
.
.
.
.
"Bisa kau jelaskan lebih spesifik lagi, Hinata?" tanya Shikamaru dengan serius.
Saat Hinata menjelaskan apa yang terjadi pada Sasuke, tiba-tiba Shikamaru, Sai, Ino dan Temari datang. Shikamaru dan Sai mendengar semua penjelasan Hinata. Hal itu membuat Ino dan Temari sedikit gelisah karena mereka hanya menjelaskan setengah kebenaran --bisa disebut tidak sama sekali menjelaskan yang sebenarnya--. Kalian sudah tahu kan? Kalau belum, baca part sebelumnya wkwk #Abaikan
"Aku, Hinata, Ino dan Temari adalah sahabat dari kecil. Kami selalu bersama, bahkan orang tua kami juga bersahabat. Waktu malam itu, kami tampak baik saat betemu dengan sahabat dari Kaa-san ku, Kami bermain dengan anak mereka karena telah menghancurkan istana pasir kami" Sakura terkekeh pelan saat menceritakan manisnya pertemuan dia dan sahabatnya.
Shikamaru, Sai, Naruto dan Sasuke tersenyum tipis mendengar itu. Berarti mereka ingat kejadian itu! "Mereka bodoh dan menyebalkan" tambah Ino yang membuat mereka tersenyum lebih. "Sayangnya kami telah lupa dengan wajah dan nama mereka. Kami tak mengingat mereka."
Down!
Senyuman yang tadi bertengger manis diwajah pria-pria tampan itu. Langsung luntur setelah mendengar penuturan Hinata. Melihat itu perubahan aura dari Sasuke, Sakura segera bertanya "Kenapa?" Tanyanya.
Sasuke berdecak lalu meminta mereka melanjutkan cerita mereka. "Kami semua baik sampai hari itu, setelah aku pulang kerumah. Tiba-tiba ada sekumpulan orang dengan wajah yang di tutupi topeng berdiri di depan pintu, saat itu aku masih kecil, bahakan adik ku saja masih bayi.
Sekumpulan orang itu menghadang kami, Ayahku menyuruhku untuk bersembunyi di balik tubuhnya, Kaa-san yang sedang menggendong adik ku langsung menariku ke sampingnya. Salah satu dari sekumpulan orang itu datang menghampiri Ayahku. Aku tidak paham betul dengan apa yang mereka bicarakan tapi aku tahu apa yang mereka katakan"
"Apa itu, Hinata?"
"Yaitu Monster."
"Monster?" Tanya Sasuke. Sakura mengangguk. "Aku yakin kalau Monster itu adalah Queen" jawab Sakura. Para pria itu mengangguk dan meminta untuk melanjutkan ceritanya
"Kaa-san ku diseret dan Otou-san ku di pukuli. mereka mengambil Hanabi, adik ku. Kedua orang tua ku di siksa di hadapanku. Kaa-san dan Otou-san ku meminta untuk aku segera pergi. Dan aku pergi, tapi tidak sendiri aku diam-diam mengambil adik ku yang mereka simpan di meja dekat dengan oran tua ku yang disiksa. Aku kabur dan pergi menuju rumah ayahnya Neji-nii dan kami selamat. Setelah beberapa hari, Hizashi jii-san membawa Ayahku pada kami dengan wajah yang penuh luka. Dan Otou-san ku biang bahwa Kaa-san tak selamat dan hanya menitipkan sejumlah uang untuk hari ulang tahunku." Hinata tersenyum getir
"Ya. Di saat yang sama pun terjadi padaku, setelah pertemuan antara sahabat itu, kami pulang dan mendengar kabar bahwa Ayahku hampir lengser dari jabatanya sebagai peimpin di Suna. Ayah dan Ibuku hampir kewalahan dengan tugas yang di berikan oleh para penasihat negara Suna, orang tuaku yang sedang sibuk dengan urusan kenegaraanya hari itu tepatnya malam hari, tiba-tiba ada penculik yang datang kerumah kami dan menculik adik ku. saat itu aku dan adik ku yang pertama sedang berada di kamar tidur dan orang tua ku pergi ke tempat dewan sialan itu
Tak lama setelah aku menyadari bahwa adik ku yang terakhir hilang dan saat itu pula Ibuku dan Ayahku di seret kerumah dan menyiksanya dihadapan ku dan adiku, di situlah ibuku terbunuh dan di buang entah kemana oleh mereka" Temari menghela napas beratnya.
Semuanya diam. Hinata dan Temari sudah tak bisa lagi mengeluarkan air matanya, karena sudah tidak ada gunanya lagi menangisi hal yang sudah terjadi. Dan juga! Jangan sampai Naruto, Sasuke, Sai dan Shikamaru menganggapnya lemah.
"Setelah itu, kami tidak pernah terbuka lagi terhadap siapapun. Kami juga tidak suka kekerasan dan pembullyan karena kami teringat kejadian yang sungguh menyeramkan itu
TRRIIINGG
Suara handphone milik Naruto berdering, Naruto merogoh kantung di celananya lalu mengambil handphone-nya dan membaca nama yang menelfonya itu
"Kaa-san?" gumam Naruto, yang lainya hanya menatap.
"Halo, Kaa-san?"
"Halo, Naruto"
"Iya, ada apa Kaa-san? Mengapa menelfonku?" tanya Naruto
"Ahh bukan apa-apa Naruto, Kaa-san hanya ingin menanyakan kabar Hinata. Apa dia baik-baik saja?" Seketika Naruto memanyunkan bibirnya sambil melihat kearah Hinata dengan kesal
"Tanyakan saja pada orangnya langsung!!" kesal Naruto. Naruto berharap kalau Ibunya itu mau menanyakan kabarnya juga
"Baiklah. Berikan telepon ini pada Hinata-chan!" Sungguh Ibu yang tidak peka dengan kemauan anaknya _-
Dengan kesal, Naruto memberikan handphone-nya pada Hinata. Hinata menaikan alisnya satu
"Kenapa?" tanya Hinata.
"Kaa-san ku ingin bicara denganmu!" Hinata hanya memutar bola matanya malas karena melihat ekspresi Naruto yang begitu kekanak-kanakan.
Hinata menerima telfon tersebut. "Hallo Kushina baa-san" ucap Hinata lembut yang membuat semua orang disitu memutar bola matanya. Hinata itu memang lembut, hanya saja sikapnya yang membuatnya terlihat galak
"Hallo Hinata-chan, Tunggu! Kau panggil Kaa-san apa?" tanya Kushina yang membuat Hinata menggaruk tekuknya
"Ma-maksudku Kaa-san haha..haha.." tawa Hinata garing. Kushina tersenyum dan jelas Hinata tak akan mengetahuinya
"Baiklah Hinata-chan. Bagaimana kabarmu? Apa si baka itu menyakitimu? Apa dia tidak memberimu makan? Apa dia menjahilimu terus? Jika iya. Kaa-san akan mengutilinya saat pulang nanti"
Hinata terkekeh mendengarnya "Sejauh ini, Naruto tidak berbuat apapun yang menggangguku. Jadi Kaa-san tenang saja!" Kushina hanya menghela napas lega.
"Hinata-chan. Apa kau sebelumnya sudah menghubungi Tou-san mu? Apa dia tidak khawatir kalau kau tinggal dirumah kami?" Hinata diam. Benar dia belum memberitahukan apapun pada Tou-sanya.
Merasa tak ada jawaban dari Hinata, Kushina hanya menghela napasnya lagi. "Lebih baik, setelah pulang sekolah nanti kau pulanglah dulu kerumah. Lupakan dulu peraturan si kuning bodoh itu" Hinata hanya bergumam 'Ya' dengan pelan.
"Ya sudah. Kaa-san hanya ingin memastikan keadaanmu selama tingval dirumah kami. Semoga kau tetap betah ya, Hinata-chan!" Hinata hanya tersenyum hangat. Hal itu membuat Naruto --yang sedari tadi memperhatikannya-- terpana dengan senyum manisnya itu.
"Baik, Kaa-san. Terimakasih!" Serunya lalu membiarkan Kushina yang mematikan teleponnya lebih dulu. Hinata berjalan kearah teman-temanya lalu duduk dan mengembalikan handphone Naruto.
Suasana kembali menjadi canggung. Keheningan melanda mereka, dengan tiba-tiba Shion dan kawan-kawannya itu datang kearah mereka.
"Ne, kalian disini ternyata... kami mencari kalian dari tadi" ucap Sara seraya memeluk leher Shikamaru. Shikamaru berdecak kesal, "Lepas!" serunya dingin. Dengan raut wajah kesal Sara melepaskan pelukanya.
.
.
.
Dilain tempat, seorang wanita tengah bersimpuh duduk menatap monitor besar sebari menyesap teh hangatnya. Sesekali dia tersenyum. Bukan senyum manis, melainkan seringai jahat. Didalam monitor tersebut menampilkan fotonya bersama sahabat-sahabatnya.
"Aku merindukan kalian" ucapnya lalu terkekeh pelan
"Sayangnya dua diantara kalian mati. Andai, saja kalian tak melakukan hal itu padaku, mungkin saja kalian berdua tidak mati." Wanita itu meletakan cangkir tehnya diatas nakas yang tak jauh dari tempat duduknya
"Haah aku dari dulu selalu saja iri melihat rambutmu, Hikari. Tapi aku juga ingin memilikinya, Ah iya, bukankah aku ini menyeramkan? Sesuai katamu saat kita sekolah dulu, kau Princess dan aku ini nerd. Bahkan suami sialanku juga mengatakan hal yang sama. Apa kau ingat? Oh iya! Bagaimana kau bisa ingat? Kau kan sudah mati!" Kekehnya
"Oh ya, bagaimana rasanya menjadi istri pemimpin negara, Mizuki? Menyenangkan ya? Ikut organisasi sosial disana-sini. Menebar senyum pada rakyat, melakukan berbagai kebaikan bersama suamimu untuk negara yang kalian pimpin, menyenangkan bukan? Hahaha... sayangnya kau harus mati mengenaskan, Mizuki! Apalagi mati ditangan orang yang sering kau sebut 'Monster' ini. Dan satu lagi, anakmu yang bernama Gaara itu sekarang sudah ku rawat. Kau harus berterimakasih padaku tentang hal itu!" Wanita itu mengambil cangkir tehnya lagi lalu menyesapnya perlahan.
"Wanita yang sering kalian sebut Monster ini, sekarang telah menjadi Monster sesungguhnya. Dan aku, akan menjadi Monster yang lebih kuat lagi setelah memusnahkan bocah-bocah menyusahkan itu." Wanita itu berdiri dari kursinya lalu menatap foto yang ia pajang di dinding kayu itu.
Dalam foto itu terdapat empat gadis mungil yang lucu dan menggemaskan, juga sangat cantik. Seketika wanita itu menangis, "Kalian memiliki anak-anak yang cantik. Sedangkan aku? Aku tak memiliki anak. Seandainya aku menikah dengan Inoichi, bukan dengan Kabuto, mungkin aku adalah ibu dari anak pirang ini. Dan juga jika saja Mebuki tidak tahu rencanaku dan tidak menggagalkannya, mungkin juga aku sudah bahagia pria pujaanku."
Wanita bersurai coklat itu langsung menyerka air matanya dan tertawa terbahak-bahak seakan ada sesuatu yang lucu hingga membuatnya tertawa. "Kalian lihat aku? Aku menangis karena kalian lagi! Brengsek!" Imbuhnya dengan air mata yang masih berderai, wanita itu kembali menatap foto.
"Hyuuga Hinata, Haruno Sakura, Yamanaka Ino, dan Sabaku Temari" ucap wanita itu lalu mengambil pisau yang tergeletak dilantai. Dan menancapkannya pada foto itu.
"Menurut kalian, gadis-gadis kalian ini, lebih cocok mati dengan cara yang sama atau cara baru?"
.
.
.
Shion dan teman-temanya menatap Hinata, Sakura, Ini dan Temari. "Mengapa mereka ada disini, sih!" Geram Shion. Sai hanya mengendikkan bahunya tak peduli.
"Memangnya kenapa kalau kita ada disini?" Tanya Hinata dingin. Shion berdecak kesal
"Kau itu mengganggu! Dan juga, bukankah kalian itu bermusuhan? Kenapa kalian duduk di satu meja seperti ini?"
"Terserah kami"
"Oh! Jangan-jangan para cabe ini sedang menggoda mereka?" Seru Ryuzetsu
"Terserah, kami sedang tidak ingin berdebat dengan jalang seperti kalian" balas Sakura lalu pergi begitu saja, disusul oleh Hinata, Ino dan Temari.
Shion dan teman-temanya memekik senang saat Sakura, Ino, Hinata dan Temari pergi.
Para pria itu hanya mendengus. "Pergi!" Usir mereka.
"Tidak mau!" Dengan tidak sopannya Ryuzetsu duduk ditempat Ino barusan.
"Pergi atau kalian ku bawa ke ruangan Konserling karena kalian membolos?" Ancam Shikamaru yang membuat ketuga gadis itu diam. Lalu mendengus dan pergi dengan menghentak-hentakan kakinya kesal. Terkecuali Karin yang masih duduk disitu.
Sasuke mendelik tajam pada Karin. "Kenapa kau masih disitu?" Kesalnya
Karin hanya menghela napasnya lalu berucap "Maaf" Para pria itu langsung menaikan alisnya bingung. "Maksudmu?"
"Aku harus memberitahukan ini pada kalian. Terutama kau, Naruto. Ayahmu meminta ibuku dan aku untuk meminta membantu kalian, Minato Oji-san dan Kushina baa-san sudah tahu latar belakang Hinata. Dan mereka yakin kalian akan membantu mereka memburu Queen."
Ke-empat pria itu membulatkan matanya. "Mereka tahu?" Karin mengangguk
"Aku juga tahu. Dan aku sudah menyelidiki satu hal." Ucapnya, Naruto mengernyit tak percaya
"Jangan membodohi kami Karin!" Titah Naruto. Karin berdecak, "Aku tak membodohi siapapun disinu justru aku yang merasa terbodohi karena ikut dengan orang yang salah! Aku ini sepupumu! Bisa-bisanya kau berkata seperti itu!" Imbuhnya kesal
"Aku benar-benar tak paham denganmu, Karin! Semua ini terlalu terburu-buru!"
"Dan sejak kapan kau tahu latar belakang mereka? Dan apa maksudmu bahwa kau terbodohi?" Karin menghela napasnya mendengar ucapan Sai dan Shikamaru itu
"Begini. Memang semuanya terlalu terburu-buru. Aku tahu latar belakang mereka tak lama ini, sekitar 39 jam yang lalu. Dan aku tahu dari mulut Kushina baa-san sendiri. Satu lagi! Aku mersa terbodohi karena alu mengikuti Shion dan mengikuti cara bodohnya untuk mendapatkan Sasuke. Padahal aku memiliki Naruto, sepupuku sendiri yang dekat dengan Sasuke seharusnya aku meminta bantuan Naruto daripada Shion."
Sasuke menyeringai "Kau membuka kartumu sendiri, Karin. Kau meminta maaf pada kami karena ingin dekat dengan kami bukan?" Sasuke menatap Karin curiga.
Karin menggeram frustasi. "Astagaa...... aku ini sudah tidak menyukaimu lagi! Lagi pula aku suka pada Suigetsu. Bukan padamu lagi!" Sasuke benar-benar tidak yakin dengan ucapan Karin.
Sasuke yang hendak membalas ditahan oleh Naruto "Dia jujur Sasuke" ucapnya yang membuat Karin cemberut
"Kau tahu darimana?" Naruto hanya mengendikan bahu "Mungkin karena kami sepupu?"
"Ada satu perranyaan untukmu" sela Shikamaru.
"Apa?"
"Tadi kau bilang kau menyelidiki sesuatu kan? Apa itu? Dan sejak kapan kau menyelidikinya? Bukankah kau baru mengetahuinya kemarin?" Tanya Shikamaru bertubi-tubi
"Ya. Aku menyelidiki siapa Queen. Sejak kemarin malam. Memang baru tahu!" Jawab Karin berurutan dengan pertanyaan Shikamaru. "Sungguh Karin aku masih tak paham!" Karin menghela napasnya lagi (?)
"Besok akan aku jelaskan sejelas-jelasnya. Lagipula jika menjelaskannya disini, akan berbahaya untuk aku, kalian, dan mereka" Sai menganggukkan kepalanya tanda setuju
"Apa yang kau dapat?" Karin tersenyum licik
"Tidak akan seru permainannya jika kuberitahu sekarang"
TBC
Greget ga sih? 😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top