01. John K
Memori John-K13-714.
Aku tiba-tiba terbangun, hal yang pertama kulihat adalah cahaya lampu kuning yang tergantung menyilaukan mataku.
Aku bangun, ternyata aku sedang berbaring di sebuah kursi taman. Hari sudah malam, lampu di atasku adalah satu-satunya cahaya yang dapat kulihat. Betapa sepinya tempat ini sampai aku tidak bisa mendengar apa pun kecuali kupingku sendiri yang berdengung.
Kupegang kepalaku yang masih agak sakit, aku tak ingat apa-apa. Yang kutahu hanyalah saat ini aku berada di taman, aku seperti orang bingung. Melihat ke kanan kiri, akhirnya kutemukan sebuah buku hitam tepat di samping sebelah kiriku.
Kubuka bukunya, berjudul Memori John-K13-714. Ketika aku membuka buku ini, aku akan tahu kalau aku harus ke tempat bernama Helithya, sebuah gudang di ujung kota. Arah timur dari tempatku menghadap.
Apa ini? Buku ini persis sekali menceritakan tentang keadaanku saat ini, tetapi ini mustahil. Sejak kapan aku menulisnya?
Lama aku memandangi buku itu, aku tidak bisa mengingat apa pun. Apa mungkin ini petunjuk? Entahlah, tetapi kalau benar, berarti aku harus segera ke Helithya, sebuah gudang di ujung kota.
Aku pun bergegas berlari ke arah timur, keluar dari taman yang begitu gelap, hingga sampai ke jalanan aspal. Tidak ada satu pun mobil, di seberangku terdapat hutan lebat yang gelap. Sedikit pun aku tidak dapat mengintip apa yang ada di dalamnya.
Kalau menurut petunjuk di buku, aku harus terus berjalan menembus hutan itu. Karena buku itu hanya mengatakan timur, tidak pernah belok ke arah lain.
Aku tidak punya pilihan lain, kulangkahkan kakiku menyeberang jalanan dan masuk ke dalam hutan. Bunyi rerumputan, ranting pohon, sampai bebatuan yang bahkan tidak sengaja kuinjak berbunyi. Beruntung aku tidak terjatuh.
Lama aku berlari terus ke arah timur dari tempatku bangun, sampailah aku ke ujung hutan. Terdapat sebuah gudang besar berdinding sangat tinggi, sehingga aku tidak dapat melihat satu senti pun apa yang ada di dalamnya.
Lagi-lagi aku tak punya pilihan, hidupku sejak tadi terbangun memang masih sebuah misteri. Mungkin petunjuk di buku itu adalah pemecah misterinya, maka kukelilingi dinding batu itu, mencoba mencari celah untuk masuk.
Sebuah akal bulus muncul. Kuambil kayu-kayu dari hutan, sampai kuyakin cukup. Setelah itu kususun kayunya bertumpuk-tumpuk sampai tanganku dapat meraih puncak dinding, akhirnya aku berhasil memanjat.
Tak pernah disangka, di dalam dinding kotor nan tinggi itu terdapat bangunan yang sangat canggih.
Di depanku terdapat bangunan bulat, terbuat dari baja putih yang sangat mengkilap. Banyak penjaga berkeliling di sekitarnya.
Segera aku turun dari puncak dinding dengan hati-hati, kudengar sebuah langkah kaki dengan sigap mendekat. Pasti karena suara jatuhku, aku pun langsung berlari ke balik sebuah pohon di dalam dinding.
Orang itu berjalan sangat pelan di tempatku terjatuh, melihat-lihat sekitar, lalu pergi sembari memanggil sebuah nama, entah siapa.
Aku pun secara diam-diam menyelusup sampai ke sebuah tiang bangunan, dari sini, terlihat apa yang terjadi di dalam melalui kaca.
Di sana ada banyak sekali manusia tak berbusana berbaring, serta orang-orang berpakaian putih bermasker berkeliling-keliling, satu dua dari mereka ada yang kulihat sedang mengotak-atik tubuh manusia terbaring yang sedang terbuka.
Melihat itu, aku terkejut. Apa aku pernah di sini sebelumnya? Ini kejam!
Tanpa berpikir panjang, aku pun langsung memanjat pohon yang tadi jadi tempatku bersembunyi, berniat untuk pergi dan melaporkan hal ini, entah ke siapa.
"Lihat, dia melakukan hal yang sama persis lagi. Kurasa teorimu benar, Professor." Sebuah suara mengejutkanku, dua orang di tepat di bawah pohon menatapku sambil tersenyum.
"Lakukan lagi, hipotesa ini harus diuji berulang-ulang. Aku masih yakin kalau ada kemungkinan dia akan melakukan hal yang berbeda walau dengan keadaan yang sama. Sekaligus membuktikan apakah akhirnya dia akan berhasil bertahan hidup dan tidak berakhir memanjat pohon itu lagi."
"Dia tidak akan pernah bertahan hidup, sudah dua puluh kali dia mengulangi perbuatan yang sama di sini."
"Lakukan lagi."
Tiba-tiba sebuah tembakan menusuk perutku, seketika badanku melemas, penglihatanku menggelap.
Memori John-K13-714.
Aku tiba-tiba terbangun, hal yang pertama kulihat adalah cahaya lampu kuning yang tergantung menyilaukan mataku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top