Di kediaman Altard

Esok paginya mereka berdua keluar dari sebuah penginapan dan melanjutkan sebuah pencarian. Yaitu menemui Altard di sebuah kediamannya.

Kini Ninor ataupun Elizar tidak menemukan satupun prajurit yang berjaga di depan tempat kediaman Altard. Sesampai di depan pintu rumahnya, Ninor pun mengetuk pintu.

Seketika pintu pun terbuka, mereka berdua tidak melihat apa-apa, hanya kegelapan dan sebuah tangan yang membukakan pintu.

“Masuklah,” ucap suara yang berasal dari dalam.

Akhirnya mereka berdua pun memasuki rumah tersebut. Dan sesampai di dalamnya, seketika seseorang yang berada di dalam kegelapan pun menyalakan beberapa lampu.

“Maaf, ruangan di dalam sini masih gelap, karena aku lupa mengisikannya minyak tanah,” serunya.

“Ah! Ya, tidak apa-apa,” sahut Ninor.

Setelah beberapa saat berada di dalam ruangan yang pada awalnya gelap, sejenak pencahayaan pun mulai berubah terlihat terang walaupun cahaya yang dihasilkannya cukup redup.

Kini mereka berdua mulai melihat dan mentapai sosoknya dengan jelas, wajah seseorang yang bernama Altard.

Seorang pria berusia sekitar ± 25 tahun, dengan rambut yang panjang namun dikuncir ke belakang. Memakai sebuah aksesoris kacamata. Dirinya duduk di atas kursi kayu yang dilapisi oleh kain beludru. Bersandar, dan sejenak meluruskan kedua kakinya di dekat perapian.

“Walaupun ini negeri api, namun cuacanya tidak sesuai dengan namanya. Karena wilayah kerajaan ada di dekat batas wilayah negeri seberang, maka cuacanya pun jadi ikutan dingin,” ucapnya.

“Ya, dan ini berbeda dengan keadaan cuaca yang berada di dekat lembah pegunungan,” timpal Ninor.

“Ya, tentu saja. Di sana memiliki suhu yang cukup panas, karena memang wilayahnya berdekatan dengan pegunungan api yang aktif dan dekat dengan kuil api.”

“Kau benar. Tapi selama 6 bulan aku berlatih kultivasi di sana, suhunya menjadi bersahabat dengan suhu tubuhku.”

“Oh!? Benarkah? Jadi, kau seorang petarung, ya. Aku dengar, waktu kemarin ada sebuah insiden kesalahpahaman. Kalian berdua dituduh sebagai dalang yang mencoba untuk membunuh diriku. Dan perkenalkan, namaku adalah Altard,” seru Altard sembari mengulurkan tangannya.

“Aku Ninor,” sahut Ninor segera menyambut dan berjabat tangan.

“Aku Elizar,” sambung Elizar.

“Senang bisa bertemu dengan kalian. Menurut data di buku para pendatang kerajaan, kalian berdua berasal dari desa yang tidak jauh dari kerajaan ini, ya.”

“Benar.”

“Dan aku tidak mengira, kalau kalian berdua mampu mengalahkan satu-satunya seorang kesatria kuat di negeri ini.”

“Satu-satunya?”

“Ya, benar, hanya dia seorang, Kesatria Salazar. Sedikit aku menjelaskan, bahwa di kerajaan ini tidak terlalu memiliki reputasi yang baik.”

“Kenapa begitu?” tanya Elizar.

“Karena memang negeri ini adalah negeri yang bisa dibilang tergolong lemah.”

“Ah!? Bagaimana bisa disebut lemah? Bukankah kerajaan ini terlihat sangat besar?” tutur Ninor.

“Mungkin kau benar, jika luas kerajaan ini dibandingkan dengan luas Kerajaan Es. Akan tetapi yang membedakan antara keduanya adalah terletak pada sistemnya. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh negeri ini, yakni sebuah afinitas. Ketiga negeri lainnya memiliki sebuah afinitas yang cukup terikat dengan negeri lainnya, maupun dengan pusat kekaisaran.”

“Afinitas? Apa maksudnya?” tanya mereka berdua.

“Afinitas adalah suatu ketertarikan atau simpati yang ditandai oleh persamaan kepentingan pada suatu negeri. Seperti misalnya Negeri Es yang berafinitas dengan Negeri Angin karena sebuah pelatihan bela dirinya, Negeri Pasir yang sangat berafinitas kuat dengan pusat kekaisaran karena menghasilkan para kesatria-kesatria yang kuat.”

“Jadi, hanya Negeri Api sajalah yang tidak berafinitas dengan negeri manapun?” tanya Ninor.

“Benar. Karena memang, hanya ada satu alasan, yaitu negeri lain melihat tidak ada suatu potensi besar, yang bisa saling menguntungkan apabila mereka berafinitas dengan negeri ini.”

“Mungkin masyarakat di desa tidak mengetahui akan hal ini, kebanyakan orang yang tidak mengetahui akan apa yang ada di pusat, dan selalu mengira bahwa Negeri Api itu maju karena berkat orang-orang di pusat kerajaan. Tetapi kenyataannya, di negeri ini sendiri masih kebingungan untuk memutuskan suatu langkah. Mereka para petinggi kerajaan masih terlalu takut untuk unjuk gigi kepada negeri lain.”

“Melihat hanya Kesatria Salazar satu-satunya di negeri ini, aku bertanya-tanya, apakah cukup sulit bagi para prajurit untuk menaikkan kastanya ke kasta kesatria?”

“Sangat sulit, dahulu negeri ini dikenal dengan kekuatan dan kecepatan yang cukup seimbang, tetapi negeri ini sekarang hanyalah diisi oleh kumpulan orang-orang pesimis, dan hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya peserta gulat dari Negeri Api yang gugur lebih cepat di suatu festival tahunan antar negeri. Mereka gugur dikarenakan mental mereka yang pesimis melihat lawan dari negeri seberang terlihat sangat kuat-kuat, dan terlatih dalam bertarung.”

“Ya, padahal hal tersebut tidak menjamin kemenangan, karena hanya usaha dan kerja keraslah yang dapat menundukkan persepsi itu,” ucap Ninor.

“Oh! Ya! Aku ingat, hanya ada satu orang pemuda jenius, yang kini keberadaannya sudah lama tidak terdengar selama 3 tahun terakhir. Hanya dialah satu-satunya orang yang mampu meninggikan citra Negeri Api di mata negeri-negeri lainnya. Apa kau mengenali orang itu? Aku dengar dia berasal dari desa sana, dan dia mampu mengalahkan Pangeran Garvin pula.”

Ninor yang tidak tahu untuk mengatakan kalimat apapun hanya terhenyak terdiam. Sedangkan Elizar yang sedari tadi menyimak serius apa yang dikatakan oleh Altard pun seketika mengacungkan jari telunjuknya kepada wajah Ninor.

“Kalau orang yang kau maksud ... dia orangnya,” seru Elizar.

“Ha?” kejut Altard menganga, dirinya sejenak sembari mengingat kabar kemarin tentang kekalahan yang dialami oleh Kesatria Salazar oleh dua orang pendatang.

“Ja-jadi, dua orang yang mengalahkan Kesatria Salazar yang terlihat kejam itu ....”

“Sebenarnya, hanya dia yang mengalahkannya, aku hanya ikut serta dalam proses hukuman,” tutur Elizar.

“Ah! Iya! Kalau dipikir-pikir memangnya orang mana yang mampu mengimbangi kekuatan Kesatria Salazar kecuali peserta gulat jenius itu!” seru Altard yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Seketika Altard pun kembali menatap Ninor. “A-apa benar kau orang yang memiliki sebutan ‘bocah yang berbakat’ 4 tahun yang lalu!?”

“Mmm ... bagaimana, ya, menjelaskannya? Kata berbakat itu sepertinya kata-kata yang dilebihkan, deh. Soalnya jika dibandingkan dengan kecerdasan, aku jauh dari kata berbakat,” ujar Ninor.

“Ehh ... Ninor, Ninor, jadi begini. Kata berbakat itu tidak mesti bersumber dari kecerdasan, akan tetapi bisa juga dari talenta seni bertarung, ataupun seperti progres kecepatan dalam berkultivasi menaikkan kasta, dan lain sebagainya,” bisik Elizar pada telinga Ninor.

“Sudah kuputuskan! Kaulah bocah yang diramalkan itu”

“Bocah yang diramalkan? Apa maksudnya?” tanya Ninor.

“Dulu, ada seorang kesatria dari pusat kekaisaran yang membicarakan tentang dirimu. Katanya kau memiliki potensi yang lumayan tinggi. Dia adalah pemimpin para kesatria ....”

“Kesatria Romara?” sahut Ninor.

“Ya, kau benar,” seru Altard yang kemudian lupa akan tujuan hadirnya Ninor dan Elizar yang datang untuk menemuinya, “ah! aku melupakan sesuatu yang penting hingga terlarut dalam pembicaraan yang cukup panjang dan seru, membuatku lupa menanyakan dengan tujuan kalian kemari.”

“Ah! Ya! Tidak apa-apa, kami santai, kok, hehe!” seru Ninor dan Elizar spontan.

“Sebenarnya kami datang kemari untuk mencari tahu tentang sejarah Heavenia,” ujar Ninor.

“Sejarah Heavenia, ya? Kebetulan aku juga tengah menulis sejarah Heavenia. Tentang jatuhnya Negeri Hellia, kelahiran makhluk-makhluk guardian di Heavenia, kemudian cerita tentang Dewan Tetua, Pemurni, Kuil, dan para pemberontak atau yang disebut Rebellion.”

Ninor yang mendengarkannya hanya berekspresi nyengir sembari menggaruk-garukkan kepala. “Mmm ... bagaimana Negeri Hellia bisa jatuh?”

“Alasan dan sebab Negeri Hellia bisa jatuh itu karena ada 2 faktor. Menurut jurnal kuno, ada yang mengatakan ribuan tahun yang lalu Negeri Heavenia dan Negeri Hellia adalah satu rumpun benua besar, tetapi sejak adanya pemberontakan yang dilakukan oleh suku tertentu mengakibatkan pihak dari luluhur-leluhur kita memutuskan untuk melakukan gerakan perang. Faktor pertama, adalah jatuh karena kalah dalam perang saat melawan para leluhur-leluhur kita. Dan faktor kedua, menurut buku yang diterbitkan oleh para Dewan Tetua, mengatakan bahwa daratan Hellia amblas ke bawah hingga masuk ke dalam perut bumi. Dan hanya menyisakan daratan Heavenia saja yang masih tetap eksis hingga sekarang.”

“Itu artinya, sudah sejak ribuan tahun yang lalu entah masyarakat suku yang mendiami Negeri Hellia, ataupun negerinya sendiri benar-benar telah hilang dari peradaban,” seru Elizar.

“Aku juga tidak tahu kronologi lebih detailnya tentang mengapa daratan Hellia bisa amblas, dan pernyataan dari faktor yang kedua itu lebih meyakinkan dan dapat diterima kebenarannya, dikarenakan yang mengumumkan adalah Dewan Tetua sendiri,” tutur Altard yang sejenak memperlihatkan sebuah potongan kertas yang bergambar suatu peta kuno di atas meja, “akan tetapi walaupun aku terlalu yakin dan mendukung keputusan Dewan Tetua, aku masih penasaran dan bukti yang aku dapatkan dalam jurnal kuno.”


Terlihat potongan kertas bergambar peta kuno yang diperlihatkan Altard hanya sebagiannya saja, sedangkan sebagian yang lainnya benar-benar tidak ada.

“Melihat dari gambarnya, daratan Hellia cenderung terlihat kecil dan mengelilingi Heavenia, dan pula daratan tersebut benar-benar berada di pinggiran laut, mungkin bisa jadi itu penyebab tanahnya terkikis dan akhirnya amblas. Tapi aku tidak terlalu yakin dengan apa yang aku katakan barusan, karena hal tersebut masih menjadi misteri dan belum ada data ilmiahnya terkait menghilangnya daratan Hellia. Sepertinya untuk mengungkapkan kebenaran dari sejarah Heavenia hanya bisa dipecahkan apabila ada sobekan peta satunya.”

“Barusan, kau membicarakan tentang potongan kertas, kan!?” seru Ninor.

“Ya, benar. Tapi untuk saat ini sangat mustahil untuk mengetahui bagian dari potongan lain peta ini, karena benda ini sudah melewati masa ribuan tahun.”

Sejenak Ninor pun meletakan sesuatu ke atas meja dan menyempurnakan dari potongan kertas yang hilang tersebut.

“Oh! Waw! Astaga! Rupanya kau memiliki potongan yang satunya!?”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top