15 - Effect
Justin dan Victor sudah biasa menghadapi 'drama' yang kadang-kadang sampai menguras tenaga dan pikiran sehat ketika mereka belum masuk ke Nineteen Area. Namun, jika ada orang yang bertanya apa ada satu saja drama Victor dan Justin yang menarik, maka Vyache bisa berkata dengan lantang, "Ya! Ada satu!"
Tragedi cinta Lithamy, sebuah kisah cinta rumit nan dramatis mengenai Lithamy bersama beberapa pria tampannya. Pemikiran mereka yang berbelit-belit berhasil menciptakan jalan cerita yang tidak kalah rumitnya. Ada banyak kejadian yang membuat mereka harus memutar otak dan bertindak sehat, walau pada akhirnya tragedi berdarah diciptakan Raymond setelah Lithamy hanya memilih satu dari sekian banyak pria yang menyukainya untuk dijadikan sebagai seorang suami. Victor yang tampan berhasil memiliki Lithamy, sedangkan para pria yang lain harus merelakan kisah cintanya kandas dan berakhir tanpa sempat memiliki. Hal itu tentunya memicu perselisihan yang besar. Tidak hanya berdebat, mereka pun saling membunuh tepat di acara pernikahan Lithamy dan Victor. Mereka pikir setelah kejadian ini, kisah akan berakhir. Namun, setelah beberapa tahun hidup dalam keadaan 'damai', Victor tiba-tiba melihat kemunculan Raymond yang seharusnya sudah mati karena tertembak. Nah, 'drama besar' baru pun datang karenanya.
Kisah tentang Golden Wall yang mereka yakini sebagai mitos ternyata benar-benar ada. Singkat cerita dengan memanfaatkan hal itu, Raymond pun berhasil menarik masuk Victor serta Justin dan Vyache yang baru-baru ini diketahui punya sihir hitam yang juga sepertinya memicu kemunculan Golden Wall. Apalagi Vyache sendiri adalah Hera yang lahir kembali dan tumbuh besar sebagai manusia. Sosok dewi yang di masa lalu telah melakukan banyak keonaran tentu saja menimbulkan hawa hitam menyelimuti dirinya.
Golden Wall membawa mereka ke tempat terkutuk di Pulau Elluna yang orang banyak kenal sebagai Nineteen Area. Mendengar istilah-istilah aneh itu, mereka semua pun jadi tahu jika Golden Wall sudah membuat mereka muncul di luar wilayah Eclipse City, Crescent City, apalagi Terra Nubibus. Entah di dunia mana mereka terdampar, tapi karena sedang sial, mereka pun tidak bisa langsung pergi karena ternyata begitu ketiganya memasuki Nineteen Area, otomatis mereka akan mendapatkan kutukan yang sama dengan warga asli Pulau Elluna dan sekitarnya.
"Bukan hanya Alba dan Gerald, bahkan ada kemungkinan terburuk yang mengatakan kalau orang-orang yang lain pun akan ikut terkena dampaknya juga. Kutukan ini semakin lama didiamkan maka akan semakin memperlihatkan satu per satu 'kelemahan' dari orang-orang yang terkena efeknya. Jika yang terkena adalah pemilik sihir putih, mereka akan berubah menjadi lebih arogan. Namun, jika yang terkena adalah pemilik sihir hitam, maka mereka akan menjadi seorang penakut."
Luke menatap datar Arion yang ia yakini tengah mengalami efek samping Nineteen Area. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba Arion berteriak histeris mengatakan kalau bentuk labirin berubah lagi. Bahkan setelah beberapa kali mengalami perubahan karakter, pria itu tidak kunjung sadar juga.
Ah, Luke tentu tahu kapan Arion akan mengubah karakternya. Lihat saja dari perubahan iris mata pria itu. Mudah, kan?
"Apa setiap orang punya efek emosional yang sama seperti ini juga?" tanya Vyache penasaran.
Luke menggeleng pelan. "Ketika diperlihatkan dengan lebih jelas mengenai sisi lemah dan sisi kengeriannya, seseorang bisa menjadi sangat ketakutan, ada juga sebagian dari mereka yang berubah menjadi arogan dan memberontak karena tidak terima ketika sisi lemah mereka diperlihatkan. Pada akhirnya efek itu akan membuat mereka depresi atau dendam. Kalau perlu contoh, kalian tunggu saja jika suatu saat entah Alba atau Gerald akan menjadi pendendam atau bisa juga seorang pemberontak. Kalian juga mungkin akan melihat Arion, aku, atau pengguna sihir hitam yang lain berubah menjadi seorang penakut dan bahkan bisa juga mengalami depresi."
"Bagaimana dengan kami?" tanya Justin dan Vyache dengan pandangan fokus karena was-was pada Arion yang saat ini sedang membabi buta menyerang kehampaan di segala arah layaknya tengah berduel dengan seseorang.
"Justin adalah reinkarnasi Ganymede, sedangkan Vyache adalah reinkarnasi Hera. Menurut kalian, hal apa yang akan terjadi ketika seorang selingkuhan yang naif berada tepat di dekat seorang istri sah yang pemarah?"
Sepasang tunangan itu sontak terkejut begitu mendengar tafsiran dari Luke. Reinkarnasi Ganymede dan Hera, katanya!
"Awalnya Ganymede tidak ikut dalam hukuman ini, tetapi karena kecintaan dan pengabdian untuk Zeus, dia pun memilih lahir kembali. Ironis sekali sebenarnya. Jika di kehidupan dulu kalian berdebat karena memperebutkan perhatian Zeus, sekarang kalian mungkin akan bertengkar untuk mempertahankan hubungan yang selama ini kalian bangun dengan penuh perjuangan agar tidak ada orang seperti Jayden yang punya keinginan untuk menghancurkan bisa berhasil begitu saja." Tambah Luke sambil tersenyum kecil.
"Bukankah Jayden sedang belajar untuk melupakan Vyache? Kenapa sekarang kau bilang Jayden akan menghancurkan hubungan kami berdua?" ungkap Justin dengan penuh keraguan.
Luke sontak terkekeh pelan. "Apa aku belum pernah bilang jika Jayden adalah reinkarnasi Zeus, sementara Lyvia adalah reinkarnasi Florios?"
"A-apa katamu?!"
*******
"Semua orang tiba-tiba menghilang ketika labirin berubah. Apa yang sebenarnya saat ini sedang terjadi?"
Gazelle menghela napas, kemudian menutup kedua matanya. Ketika ia membuka mata lagi, warna kedua iris matanya pun berubah.
"Sialan! Siapa yang sebenarnya sedang macam-macam denganku, sih?! Hey, siapapun kau! Ayo, keluar! Hadapi aku jika kau gentle. Kau takut padaku, hah?! Aih, JIKA SAMPAI NANTI AKU TAHU SIAPA PELAKUNYA, AWAS SAJA, YA!!"
Suara Arion sampai serak karena terlalu banyak berteriak. Pria itu merasa lelah dan reflek mendudukkan diri di tanah. "Kenapa semuanya jadi begini? Mengapa mereka menghilang tiba-tiba saat aku ada di depan mereka? Apa ini pengaruh dari ilusi yang dibuat oleh seseorang untuk menjebak kami semua? Tapi karena apa? Apa mungkin ini juga termasuk ke dalam salah satu efek Nineteen Area?"
Saat Arion sedang melamun, sesosok monster berkepala wanita berbadan burung elang bernama harpy yang bersayap hitam kemerahan tiba-tiba terbang menukik ke arahnya. Karena kurang hati-hati dan sedikit telat untuk sadar dan menghindar, Arion pun mendapatkan luka goresan tepat di kedua lengan dalamnya karena pria itu reflek melindungi wajahnya yang akan diserang oleh Sang Monster.
Sang harpy kemudian menapaki tanah setelah berhasil sedikit melukai Arion. Monster berkepala wanita itu tersenyum kecil saat beradu pandang dengat Arion.
"Lama tidak bertemu, Kak Vic."
Arion sontak melotot kaget saat mendengar suara monster itu terdengar begitu mirip dengan Lithamy. Pria itu pun langsung bertukar kendali tubuh dengan Victor.
"S-siapa kau?! K-kenapa suaramu mirip dengan istriku?!"
Harpy itu pun tersenyum semakin lebar. "Ah, ternyata ucapan Artemis benar. Kelemahanmu adalah istrimu sendiri. Manis sekali...."
Victor mengepalkan kedua tangannya dengan emosi yang semakin meluap-luap. "Artemis, katamu? Oh, jadi begitu...." Ayah muda itu lantas mengeluarkan katana dan mengarahkannya pada kepada harpy.
"Apa kau benar-benar tidak bisa merasakan kalau aku sedang marah?!"
Bukannya menjawab pertanyaan Arion, makhluk menyeramkan itu justru memilih diam dan masih saja mempertahankan senyum.
"Aku tidak peduli kau mau marah, sedih, menangis atau terluka, Artemis hanya memintaku untuk mengujimu 'sedikit', walau sebenarnya tidak ada hal-hal khusus apapun darimu yang menurutku bisa untuk ku amati. Tidak menarik sekali...."
Arion yang sudah ganti warna iris mata lagi, kini menatap harpy di depannya dengan tajam. "Lithamy bukanlah kelemahanku, dia adalah kekuatanku. Arion mungkin lemah, tapi tidak denganku."
Rasa cinta Victor yang besar tanpa sadar telah memecah sesuatu yang selama ini disegel dengan susah payah oleh kutukan Nineteen Area.
Bersamaan dengan serangan membabi buta dari Victor, tubuh pria itu pun bersinar terang ketika purnama menyinari tubuhnya. Sinar putih dan hitam yang secara ajaib muncul dari tubuh itu, perlahan terlihat memisah menjadi dua.
Begitu sinarnya hilang dan harpy ilusi buatan Artemis menghilang, penampakan setelahnya membuat orang-orang yang melihat menganga terkejut.
"Victor dan Arion kembali mendapatkan tubuh utuh mereka lagi?!" Pekik Vyache ketika mendapati dua orang pria muncul dari sinar itu.
Victor dan Arion kemudian saling menatap, lalu tersenyum kecil. "Selamat datang kembali tubuh lamaku." Setelahnya, kedua pria itu pun jatuh pingsan.
Bersamaan dengan itu, labirin yang mengurung istana Kerajaan Lavenrose lenyap seketika. Hancurnya labirin membuat purnama yang lama tak terlihat muncul kembali ke permukaan.
Justin, Vyache, dan Luke buru-buru menghampiri Victor dan Arion. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, mereka ingin segera tahu kebenarannya, tapi sebelum itu, teman-teman mereka harus selamat terlebih dulu.
Luke dan Justin langsung mengecek napas Victor dan Arion. Begitu tahu keduanya baik-baik saja, mereka pun mengembuskan napas lega.
"Syukurlah jika mereka masih hidup." Ucap Vyache lirih.
"HEY, KALIAN! APA KALIAN BAIK-BAIK SAJA?!"
Vyache, Luke, dan Justin reflek menoleh ke arah teriakan yang menyapa telinga mereka.
Dari kejauhan, nampak Nath, Melody, Eric, dan Jane yang berjalan mendekat dengan langkah santai. Senyum mereka semua terlihat begitu bahagia dan tulus. Satu masalah sudah terselesaikan.
*******
Jayden, Elzha, dan Guren yang sudah memisahkan diri dari Artemis dan Ichi kini tersenyum lega saat melihat labirin yang menghalangi sihir teman-temannya hancur.
"Cinta yang tulus dari cinta sejati yang akan melepaskan kutukan Nineteen Area. Victor sudah lepas dari kutukan dan mungkin sebentar lagi dirinya akan menghilang dan kembali ke dunianya lagi."
Elzha sontak mengerutkan dahi. "Memangnya dia bisa pergi walau belum mendapatkan sembilan belas kali purnama muncul di sini?"
Jayden menatap Elzha dengan tatapan yang sulit diartikan."Pada dasarnya, kutukan Nineteen Area ada karena kehadiran Golden Wall. Sekarang tembok-tembok itu sudah hancur dan otomatis semuanya kembali normal. Hanya saja, karena kutukan terpatahkan sebelum purnama tanggal sembilan belas, wujud kalian kali ini tidak akan kembali ke semula. Kalian semua harus puas dengan wujud kalian."
Jayden kemudian menatap Guren sambil menyeringai tajam. "Kau mau menebak apa yang akan terjadi setelah ini?"
Guren yang masih sedikit merasakan sakit lantas tersenyum kecil. "Victor akan kembali, tetapi Justin, Vyache, dan Alba tidak akan bisa. Alba sudah tidak punya raga di dunia lamanya dan itu berarti dia akan tetap di sini. Justin dan Vyache adalah reinkarnasi kekasih dan istrimu jadi karena itu mereka akan tetap tinggal di sini. Walau kutukan sudah terangkat, tapi Alba dan Gerald yang sudah telanjur mendapatkan efek samping emosional, mereka masih harus dimurnikan kembali. Satu lagi, walau Victor akan kembali, bukan berarti dia bisa mengambil kembali posisinya yang dicuri oleh Raymond. Pria itu sepertinya harus bersiap-siap dengan masalah baru yang sedang menanti di dunia lamanya."
Jayden mengangguk puas sambil bertepuk tangan lambat, tetapi dia masih memiliki pertanyaan yang lain. "Bagaimana pula dengan keinginanmu untuk mempertemukan Gerald dan Alba dengan Vyache? Apa itu tetap akan dilaksanakan?"
Pertanyaan yang menjebak. Sialan.... Batin Guren mengumpat. Walau begitu, pria itu masih bisa menertawakan pertanyaan Jayden. Tawa lebarnya tentu membuat reinkarnasi Zeus itu merasa tidak senang. "Menurutmu bagaimana, Jay? Ah, maksudku... Zeus. Kau ingin aku tetap mempertemukan mereka atau tidak?"
*******
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top