08 - Team
"Apa semua tim sudah lengkap?" Tanya Jane mengawali pertemuan para anggota serikat. Akhirnya gadis itu angkat bicara juga selayaknya master dari Stormhigh Guild.
Nath, Ichi, Akira, dan Melody selaku ketua tim pun angkat tangan.
"Tim A, Jayden absen. Kata Lyvia, sejak semalam dia menghilang tiba-tiba."
"Tim B, lengkap."
"Tim C, Arion dan Elzha memberi kabar jika kami akan bertemu di jalan."
"Tim D, Eric akan pergi menemuiku juga di jalan. Moreno dan Harry absen untuk menjaga istana Kerajaan Bloomy."
Jane menghela napas, lalu tersenyum manis, tetapi tidak menunggu waktu yang lama, ekspresi garangnya muncul. "BAIKLAH! SEKARANG KITA BERANGKAT! SETELAH MISI INI SELESAI, TIM YANG ANGGOTANYA ABSEN SAMPAI AKHIR MISI AKAN AKU HUKUM! SEBELUM ITU, KUMPULKAN SEMUA ANGGOTA BAGAIMANAPUN CARANYA!"
Gadis berambut broken white kemudian mengembuskan napas lega, senyum manisnya pun kembali muncul. "Terima kasih sudah mendengarkan ucapanku." Dia pun membungkuk hormat di hadapan para anggota serikat.
That girl with bipolar disorder is always amazing! Very terrible!
"Aku pergi dulu ya. Kau jaga diri baik-baik." Justin mengusap kepala Vyache dengan lembut. Sebenarnya dia sedikit tidak rela meninggalkan Vyache bersama orang lain, tetapi mau bagaimana lagi, tugas tetaplah tugas. Toh, jika mereka tidak bisa berbaur dengan anggota serikat yang lain, lalu nanti mereka akan hidup seperti apa di luar sana sambil menunggui bulan purnama muncul sembilan belas kali? Mereka bahkan tidak tahu apa-apa mengenai kutukan Nineteen Area.
Kedua mata Vyache berkaca-kaca, tetap gadis itu tetap mengangguk setuju. "Kau juga harus jaga diri baik-baik." Justin tersenyum lalu mengangguk kecil sebelum pergi dengan timnya menggunakan kereta barang.
Setelah kepergian Justin bersama ketiga teman setimnya, Vyache bersama Nath dan Guren juga ikut pergi.
"Bisakah kita jalan kaki saja? Aku tidak mau naik." Nath masih ada di luar kereta ketika Guren dan Vyache sudah duduk saling berhadapan.
"Kau mabuk kendaraan?" Tanya Vyache sambil menatap Nath dan sedikit memiringkan kepala.
Nath mengangguk ragu dengan wajah yang memerah karena malu. Vyache sontak tertawa kecil, lantas dengan cepat menarik masuk Nath agar duduk di sampingnya.
"E-eh?! A-apa yang kauhm—pph—
Vyache langsung meletakkan kepala Nath di pangkuannya. "Tidurlah. Peluk pinggangku jika perlu." Nath menganga tidak percaya. Pemuda itu ingin protes, tapi aksinya langsung bisa dihentikan ketika Vyache memeluk kepala Nath kuat-kuat.
—Vy, s-sesak...." Awalnya Nath memberontak sambil menutup mulut dengan tangan karena merasa perutnya mual, tetapi lama-kelamaan pemuda itu diam dan menutup kedua matanya.
"Nath sangat mirip dengan adik kecilku di rumah." Ucap Vyache lirih.
Guren menaikkan sebelah alisnya, "Justin bilang kau adalah anak tunggal. Bagaimana tiba-tiba kau bilang kau punya adik?"
Vyache tersenyum tipis sambil mengelus rambut sakura Nath. "Bukan adik kandung. Dia adalah Jack, putranya Victor dan Lithamy. Walau kadang menyebalkan, tapi aku sudah menganggapnya sebagai adik."
"Lalu kenapa kau tidak menyukai Victor seperti kau menyukai anaknya?" Tanya Guren heran.
Vyache pun mendengus pelan. "Orang-orang bilang Jack mirip dengan ayahnya yang kaku, tapi aku lihat Jack mirip sekali dengan Justin. Keduanya terlihat pendiam dan dewasa di luar, tetapi bagi diriku, mereka sama sekali tidak seperti itu, mereka berdua sangat menggemaskan." Gadis itu lantas memberi Guren senyum yang lebar.
Guren terpaku sejenak ketika melihat kedua iris mata Vyache berubah warna menjadi hijau walau hanya beberapa detik.
*******
Tim C dan Tim D masih ada di dalam gedung serikat walau dua tim lain sudah pergi.
"Kau tidak jadi menunggu Eric di jalan?" Melody menggeleng pelan untuk bereaksi akan pertanyaan Jane. "Eric baru saja memberi kabar lewat lacrima komunikasi. Dia bilang akan datang kemari bersama Elzha dan Arion. Sepertinya pria itu baru pulang dari menjenguk Prince Alba. Memangnya kau tidak diberitahu, Nona Jane?"
Gadis berambut broken white itu pun berkata, "Arion dan Elzha sudah bilang padaku kalau mereka akan segera sampai, tetapi aku tidak tahu jika Eric akan ikut juga."
Kedua anggota serikat itu lantas menghela napas pasrah secara bersamaan. Setelahnya mereka pun duduk kembali dan merebahkan kepala di salah satu meja bar milik Stormhigh Guild.
"Maaf, karena telah menunggu lama."
Melody dan Jane menoleh ke arah suara, di depan pintu masuk Arion dan Elzha sudah berdiri dengan Eric di belakang mereka yang tampak menahan kantuk.
Melody langsung beranjak dari kursi dan berteleportasi di samping Eric. "Ayo, kita berangkat sekarang!" Dalam sekejap kedua orang itu pun menghilang dari pandangan.
"Menurut dari yang Guren informasikan, kalian sudah menerima surat darinya. Jadi, apa yang sekarang akan kalian lakukan?"
Arion dan Elzha saling menatap sebentar, kemudian menghela napas yang terasa berat di dada mereka. "Kami akan mengarahkan Vyache agar bisa bertemu mereka. Jika kami membawanya paksa, kami hanya akan menambah masalah baru saja. Lagipula Guren pasti sudah tahu apa yang akan dia lakukan untuk ke depannya nanti."
Sepertinya mereka telah melupakan keberadaan seseorang sebelum mereka berangkat.
*******
Ichi, Justin, Lyvia, dan Luke berjalan dari arah timur Stormhigh Guild menuju kuil utama Kerajaan Bloomy dan Lavenrose. Sebelum mereka sampai ke tempat itu, mereka akan menemukan dua buah danau besar yang dihubungkan oleh sebuah sungai berukuran sedang yang pasti usianya sudah lebih dari seratus tahun. Ichi dan Akira yang selama ini berkelana berdua saja untuk mencari informasi tentang Golden Wall dan Nineteen Area, menemukan sedikit energi yang mirip dengan sisa reruntuhan Golden Wall di pantai dekat istana Kerajaan Bloomy.
"Seharusnya ada empat Golden Wall di timur gedung serikat kita. Satu di Danau Redfox, satu di Danau Whitefox, satu di Sungai Orion, dan yang terakhir ada di kuil utama dua kerajaan." Ucap Ichi sambil mengotak-atik lacrima penyimpanan data miliknya.
"Sekarang kita sudah sampai di Danau Whitefox. Lihat...." Tangan Lyvia menunjuk ke arah danau yang tepat berada di depan mereka. Danau besar dengan air yang begitu jernih hingga dasar danau pun bisa dilihat menggunakan mata secara langsung. Suasana alam masih terlihat begitu indah dan menyejukkan mata. Pepohonan yang mengelilingi danau memberi kesan segar dan suara gemericik yang berasal dari air terjun memberi hawa ketenangan yang sanggup membuat siapapun terlena.
"Ada semacam sihir ilusi di danau ini. Berhati-hatilah dengan pikiran kalian sendiri." Ungkap Justin saat melihat serbuk bersinar yang beterbangan secara teratur di udara. Iris mata pemuda itu berubah warna menjadi orange terang. Sinar orange juga mulai menyelimuti seluruh tubuhnya.
Begitu Justin berbalik, dia sudah melihat Lyvia dan Luke yang saling menatap dengan tatapan yang dalam, seakan-akan terhipnotis oleh tatapan masing-masing. Anehnya mereka berdua bisa berjalan mengikuti Justin tanpa menabrak apapun.
"Justin, apa yang sedang kau lamunkan? A-ayo, kita jalan sekarang. Abaikan saja mereka berdua." Justin menoleh ke arah suara dan mendapati Ichi dengan kedua pipi dan telinganya yang memerah. Suara Ichi juga mulai terdengar seperti sedang menahan sesuatu hingga keringat mulai turun membasahi pelipisnya. Hal ini sontak membuat Justin memalingkan wajah karena merasa malu.
Sialan! Efek macam apa ini?!
"M-maafkan aku... serbuk cahaya ini membuat orang tanpa sihir keseimbangan kehilangan kendali pada perasaan liar mereka yang selama ini mampu disembunyikan serapat mungkin. Akira bilang sihir ini sanggup memainkan kewarasan orang dengan lembut. M-maaf...." Ichi berbicara lirih sambil menunduk dan menggigit kuku jempol kanannya dengan gugup.
Justin menganga, hampir saja lupa jika Lyvia dan Luke jalan tanpa melihat jalan. Pria itu kemudian menarik Ichi yang hampir saja ditabrak.
Lyvia dan Luke jalan terus sampai tercebur masuk ke danau, sementara Justin tidak sengaja menindih Ichi karena kehilangan keseimbangan setelah menarik Ichi untuk menjauh dari Lyvia dan Luke.
"A-aku mihmm—phh—
Mata Justin mendelik kaget saat kecupan hangat tiba-tiba dia dapatkan dari Ichi. Pria itu merasa kalau dirinya sedang dalam 'bahaya' dan jika tidak cepat menjauh dari Ichi, dia akan kehilangan 'sesuatu'. Tapi ini... ini... shit! Tubuh Justin mulai memanas!
Lyvia dan Luke yang tersadar setelah tercebur, kemudian keluar dari air danau dengan susah payah. Namun, ketika mereka sudah sampai di daratan, mereka melihat pemandangan yang terus terang cukup mengejutkan.
"Wow, aku tidak menyangka jika Ichi masih menyukai seorang pria. Ini luar biasa. Cuma sangat disayangkan karena mereka berciuman di tepi danau." Ucapan Luke sontak membuat Lyvia marah. Gadis itu memukul kepala Luke dengan kencang, lantas pergi untuk memisahkan Justin dan Ichi.
Dengan menggunakan sihir air, Justin dan Ichi yang sedikit lagi kehilangan kesadaran diri langsung terlempar masuk ke dalam danau karena pecutan air besar dari Lyvia.
"Sihir keseimbangan tidak akan berguna sama sekali jika kau lemah karena hasratmu sendiri. Aku tahu kalau kau adalah seorang pria normal, tapi tolong lihat tempat saat kau ingin melakukan sesuatu. Kau tidak ingat jika Golden Wall bisa muncul dari sudut manapun di tempat ini jika ada pemicu semacam kalian?"
Justin yang cepat keluar dari air bersama dengan Ichi yang ada di dalam gendongan gaya koala, lantas tersenyum miring. "Bukankah bagus jika hal ini bisa memicu kemunculan tembok itu?"
Lyvia pun mengerut tidak suka. "Kau mau masuk lagi ke tempat antah berantah karena gegabah seperti dulu?"
"Hmm? Gegabah? Ah, kau belum dengar jika aku masuk ke dalam portal dari tembok sihir hari itu karena pengaruh sihir bawaan kami?"
Lyvia tidak menanggapi ucapan Justin dan gadis itu langsung melotot tidak percaya saat Justin mencium Ichi yang masih ada digendongnya dengan penuh penghayatan. Ichi sendiri bangun dari pingsan begitu merasakan tetes air di wajahnya. Saat kedua mata Ichi terbuka, wajah Ichi langsung memerah padam.
"JUSTIN SIALAN!!"
Justin pun langsung ditendang begitu Ichi melompat turun dari gendongannya.
Ya, seperti inilah Ichi yang selama ini kami kenal. Tegas dan tidak mudah tersentuh oleh cinta palsu dari seseorang.
Luke yang baru saja terbangun dari pingsan, lantas berjalan pelan menuju Lyvia. Kali ini Luke tidak peduli dengan keadaannya. Pria sangar itu justru terpaku pada seberkas cahaya yang perlahan-lahan menjalar membentuk sebuah portal misterius persegi panjang.
Golden Wall di Danau Whitefox sudah muncul!
******
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top