06 - See you again
Jayden begitu mencintai Vyache, tetapi dia sulit mengekspresikan perasaan hingga membuat gadisnya seringkali kesal dan beberapa kali meminta putus hubungan. Walau sudah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih selama kurang lebih tiga tahun, hubungan mereka masih sangat kaku dan berjarak.
"Golden Wall di kuil keluarga Kurt mulai retak karena energi sihir putih yang berlebihan dan disaat yang sama, seseorang sedang berusaha untuk menghancurkan tembok raksasa dari wilayah Nineteen Area. Bisa dibilang tembok itu mendapatkan 'serangan' dari dua sisi. Kita harus pergi mencari tahu siapa yang melakukannya."
Jayden mengangguk sambil memakan roti yang dibelinya dari toko milik Aunty Jilly. Perasaannya di mana, otaknya ke mana. Pencarian Golden Wall membuat Lyvia dan Jayden yang awalnya bertugas secara terpisah kembali dekat. Sayang sekali karena tidak ada yang tahu hubungan persaudaraan mereka, kesalahpahaman mulai muncul ke permukaan.
"Lyv, Vyache meminta putus lagi. Kali ini dia mempermasalahkan kedekatanmu denganku. Aku sudah menjelaskan padanya kalau semua anggapannya salah, tetapi dia bersikeras. Kami pun putus dan dia tidak ingin aku mendekatinya lagi. Vyache bahkan berkata kalau dirinya lebih baik menerima perjodohan yang ditunjukkan padanya."
Sambil menapaki jalanan sempit menuju kuil keluarga Kurt, kakak beradik itu mengobrol untuk memecah kesunyian.
"Apa Kak Jayden sudah bilang pada Vyache jika aku adalah adiknya Kak Jayden? Siapa pula yang berani mengambil Vyache darimu, Kak?" tanya Lyvia datar.
"Dia tidak membiarkanku berbicara sedikitpun, Lyv. Setelah bilang kalau Vyache akan dijodohkan dengan Justin, dia pun langsung pergi. Saat aku mencoba mengejarnya, aku tidak tahu mengapa tiba-tiba sekelilingku menjadi gelap. Ketika aku bangun, aku sudah ada di jalan raya dekat danau yang berada tidak jauh dari rumah Lithamy yang dulu."
Perempatan imajiner di kepala Lyvia mendadak muncul. Gadis itu langsung mengayunkan kepalan tangan kanannya. Tanpa sempat menghindar, pipi kiri dan hidung mancung Jayden pun jadi korbannya. Jayden jatuh terduduk sambil merintih lirih.
"Aku memutuskan Justin karena keluarga Kurt berusaha mengorek-orek tentang kita melalui dia. Mereka keluarga penyihir yang sedikit lebih gelap dari anggota serikat kita. Jika sampai tugas kita bocor, kita akan dalam bahaya. Bagaimana bisa kau diam saja ketika melihat gadis yang kau cintai berencana menjalin hubungan dengan pemuda yang dicintai adikmu sendiri? Kak, kau menyebalkan."
"A-aku tidak diam saja. A-ku mencoba mengejarnya, t-tapi aku...."
Lyvia menatap tajam lantas melengos dan pergi meninggalkan Jayden yang menunduk saat dirinya berbicara. Tiba-tiba pingsan katanya, eh?
"Mengapa tiba-tiba hari itu aku pingsan?"
*******
"Semakin hari energi retakan semakin besar dan itu membuat kuil yang seharusnya bebas dari energi hitam pun tercemar. Jika sampai ada seseorang yang memaksa untuk masuk Golden Wall menggunakan energi sihir dalam skala besar, tembok itu akan rusak parah."
Lyvia menghela napas sejenak, kemudian berucap lagi, "sebenarnya kehancuran tembok itu adalah tujuan utama serikat kita. Namun, terus terang aku tidak tahu hal apa yang akan terjadi pada orang-orang dari dunia itu setelah masuk ke dalam Golden Wall yang sudah dihancurkan. Jika masuk ke Nineteen Area, bisakah mereka bisa bertahan hidup di dunia kita? Sekalipun benar-benar bisa bertahan hidup, apakah tidak ada efek samping yang berbahaya bagi mereka di masa mendatang?"
Jayden mendengarkan ucapan Lyvia, tetapi matanya menatap nanar pertunangan Justin dan Vyache. Tidak ada kebahagiaan di wajah keduanya, tetapi dia melihat kerelaan akan nasib di mata kedua orang itu. Sepertinya mereka berdua sedang mencoba untuk saling membuka diri.
"Mungkin kau punya cinta untuknya, tetapi jika takdir berkata lain? Kau bisa apa, Kak?"
Jayden menoleh ke arah Lyvia yang ternyata sedang tersenyum walau dengan mata yang berkaca-kaca. "Terlalu mudah bagi takdir untuk menghancurkan hubungan cinta ini. Jika saja harapan bisa dengan mudah dikabulkan, aku ingin hubungan cinta itu tidak hancur sepenuhnya. Aku ingin membangun hubungan itu lagi jika bisa. Terdengar egois, tapi...."
*******
"Satu Golden Wall berhasil dihancurkan. Segel yang bertahun-tahun menyembunyikan jati diri Justin dan Vyache pun terbakar setelah mereka ikut terpapar kutukan Nineteen Area. Mereka akan segera menemukan jati dirinya masing-masing. Mari kita pulang ke Stormhigh Guild. Aku sudah sangat merindukan Justin." Ungkap Lyvia senang. Kedua iris mata lavender itu berbinar terang seharmoni dengan tawa kecil dari bibirnya.
Jayden menatap Lyvia dengan kurang yakin. "Kau mau apa dekat-dekat dengan tunangan orang lain. Apa kau berniat untuk menjadi orang ketiga? Tolong, jangan buat kehormatan keluarga Lockbuster ternoda lagi. Cukup sekali ayah kita menikahi wanita lain setelah ibu kita tiada. Masih untung Kak Jane cocok dijadikan seorang kakak oleh kita."
Lyvia pun tersenyum miring. "Setidaknya mereka belum menikah. Kalau mereka memang berjodoh, maka kedatangan kita adalah ujian untuk mereka. Apa kau tidak ingin melihat cinta di antara mereka ada atau tidak?"
Jayden menghela napas pasrah, tetapi kemudian dirinya mengarahkan kedua tangan di Golden Wall yang baru mereka temukan tepat di tengah-tengah aula kuil keluarga Kurt. Dia merasa sedikit lega karena sepertinya aula kuil sedang ada perbaikan dan tidak bisa dimasuki begitu saja. Karenanya, dengan sedikit trik dan sihir ilusi, Jayden membuat Golden Wall tidak bisa dilihat orang-orang.
Tidak menunggu waktu yang lama, portal dimensi lain pun aktif. Secara otomatis, hole besar muncul dan langsung menarik masuk Jayden dan Lyvia.
Ketika kedua orang itu sudah masuk sepenuhnya, Golden Wall pun menyamarkan wujudnya dengan cepat.
*******
"Nahh... kita sudah sampai! Ayo, kita pergi sekarang!"
Jayden tiba-tiba menghentikan Lyvia yang berniat untuk melangkah maju. "Kita masuk portal yang jaraknya lumayan jauh dengan gedung serikat kita. Aku pernah datang sekali ke sini dan aku ingat pantai ini adalah salah satu wilayah Kerajaan Bloomy. Sepertinya kita tidak akan bisa langsung pergi menemui 'mantan' kekasih kita."
Lyvia menganga lantas mengangguk lesu. "Ayo kita pergi temui Moreno, Harry, dan Eric saja. Sekalian kita ajak mereka pulang. Walau menyebalkan untuk diingat, mereka bertiga adalah anggota serikat juga."
Jayden tersenyum tipis, lantas menepuk bahu adiknya. "Mari kita berlari seperti ninja!" Lyvia menaikkan sebelah alisnya sambil menyeringai. "Yang sampai lebih dulu harus diam saja jika tiga pria gila itu punya niat untuk 'bereksperimen' dengan diri kita. Siap atau tidak, Kak?" Pemuda rambut raven itu pun tersenyum kecil, tetapi tiba-tiba dia mengambil beberapa tangkai bunga sakura yang sedang mekar di halaman utama Kerajaan Bloomy.
"Untuk Vyache?"
Jayden tersenyum lembut sambil menatap lekat sakura-sakura yang anehnya berwarna light blue. "Anomali yang indah ini sama seperti isi perasaanku. Vyache hanya suka dengan mawar dan lavender. Suatu saat nanti, bunga ini akan aku berikan kepada orang yang tepat, tetapi sebelum itu semua, aku ingin menyimpannya di ruangan tanpa waktuku supaya awet. Semoga seseorang itu akan segera datang. Semoga dia bisa...."
"Ah, lupakan itu, sekarang kita fokus lari saja. Ayo mulai!" Lyvia buru-buru memotong pembicaraan. Sungguh, jika sudah menyangkut tentang Vyache, kakaknya langsung berubah menjadi pemuda yang menyedihkan. Ini membuat Lyvia jadi ikut mengasihani diri sendiri. Menyebalkan.
Jayden kemudian tersenyum tipis. "Mari mulai...."
*******
"Aku yang menang!" Jayden tertawa lebar melihat Lyvia terengah-engah di belakangnya.
Lyvia menatap Jayden dan tersenyum tipis. "Ekspresi ini lebih baik dari yang tadi, Kak."
"Hmm, mari kita masuk!" Lyvia menarik napas panjang, lalu mengambil ancang-ancang untuk berteriak. "MORENO! HARRY! ERIC! AYO PULANG!!"
Tolong siapapun ingatkan Lyvia jika sekarang dirinya ada di mana.
Jayden menepuk jidat, lalu terpaksa membungkam mulut Lyvia dengan tangan kiri. "Masih untung pihak kerajaan ini sudah mengenalmu sejak lama. Kalau tidak...."
Lyvia menghempaskan tangan Jayden lalu masuk ke dalam istana dengan langkah yang lebar. "Apa pria salju dan 'kawan-kawannya' pergi lagi?"
Alba Snowice dan Lockbuster bersaudara adalah saudara sepupu. Dulu sebelum patah hati karena pernikahan Gerald dan Elzha, Alba dekat dengan Lockbuster bersaudara, tetapi sejak hampir menemui ajal, sifat Alba berubah drastis. Pria salju itu bahkan lupa dengan hubungan persepupuan mereka. Sejak hari itu, hubungan mereka pun merenggang.
Hanya saja setelah Lyvia dan Jayden tahu kalau ada jiwa lain yang mendominasi raga Alba, mereka jadi mengerti alasan kenapa Alba lupa diri. Dia tidak lupa diri, tapi memang tidak tahu diri.
"Jimmy seringkali membawa tubuh Alba pergi melatih sihirnya. Dulu mana pernah Alba yang asli berlatih sesering Jimmy."
"Hmm, sejak ada Jimmy, dia juga berubah menjadi pribadi yang sedikit lebih tegas daripada dulu. Dia sudah menjadi seorang pemuda yang tahu apa artinya hidup." Timpal Jayden yang masih ingat jika Alba dulu begitu tenang dan seperti tidak 'hidup'. Pemuda itu pernah dengar dari Arion jika jiwa Alba tidak sepenuhnya menghilang, hanya tertidur dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.
"Kau benar, tapi—
"LYVIA! AKHIRNYA KAU DATANG JUGA!" Seorang pria berambut light grey tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang.
—sihir kutukan yang Jimmy dapatkan bisa berakibat buruk di masa mendatang. Bukan hal baik jika ada dua jiwa di satu tubuh dalam waktu yang lama. Salah satu dari jiwa itu bisa lenyap kapan saja."
"Moreno, mengapa tempat ini masih saja bersalju? Aku tahu Alba punya sihir es tingkat tinggi, tetapi bukankah kelewatan jika dirinya menjadikan Kerajaan Bloomy sebagai kerajaan es abadi? Di perbatasan sudah masuk musim semi, loh. Bunga sakura di perbatasan yang biasanya berwarna pink juga mengapa tiba-tiba jadi light blue? Apa itu karena ulah Alba juga?"
Pria dengan rambut acak-acakan berwarna cokelat kemerahan itu membenarkan kacamatanya, lantas menghela napas panjang. "Setelah tanggal sembilan belas lewat di setiap bulan, efek kutukan Nineteen Area membuatnya semakin sulit mengontrol sihir dalam tubuh. Hanya Alba dan Gerald yang mendapatkan efek semakin kesulitan mengendalikan sihir itu dikarenakan mereka yang saat itu terpapar langsung energi Golden Wall yang sudah terkontaminasi. Bagi orang-orang di Nineteen Area, naik-turun sihir dan kejernihan pikiran adalah efek yang buruk, ditambah lagi fisik kita semua bisa berubah-ubah. Namun, bagi Alba dan Gerald, kutukan itu lebih dari kata mengerikan."
"Tidak perlu khawatir, Lyv. Mereka berdua orang-orang yang kuat walau seringkali menjengkelkan. Setidaknya mereka tidak menjadi gila seperti Arion." Ungkap Harry yang tiba-tiba mendorong tubuh si pria berambut light grey sampai jatuh terduduk.
Eric yang tidak terima tubuhnya didorong, lantas berdiri dan langsung memiting kepala Harry. "Kau juga sama gilanya dengan Arion."
"Apa katamu?!"
"Oh, tidak terima, ya? Nah, terima pukulanku!"
"HIYAAA!!"
"AAAAAAAAA!!"
Karena kesal, Moreno melayangkan dua kepalan tangan sekaligus ke atas kepala Harry dan Eric. "Diam, ku-bi-lang di-am."
Lyvia dan Jayden pun menghela napas lega nan panjang secara bersamaan. "Syukurlah, mereka bertiga sedang lupa untuk tidak bermain peran sebagai tiga ilmuwan yang sinting."
"Nah, Jayden, bisa kau berikan sakura itu padaku? Aku penasaran kenapa bunga itu jadi berubah warna."
Eh? Lah? Masih ingat juga?!
*******
To be continued...
Bonus :
Moreno Shiho
Harry Lux
Eric Advent
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top