6. budaya tabu



Malam-malam, edit, iseng nyari artikel menarik. Yes, aku suka baca tapi bagian pengetahuan. Misal, sejenis kelainan psikologis seperti Aska. Aku suka baca artikel dan segala sesuatu tentang itu. Sama kayak aku tertarik waktu baca artikel tentang perempuan yang memutuskan untuk terus memproduksi asi dan 'menyusui' kekasihnya demi menjalin ikatan emosional lebih yang dikenal dengan Adult Breastfeeding Relationship.

Jangan ditanya boleh atau enggak. Soalnya, papa-papa mesum atau oom-oom atau lelaki mesum intinya yang mesum kadang mengesampingkan kata 'boleh' atau 'tidak boleh' saat melakukan hubungan badan. Maklum, kadang orang memberikan batasan yang kuat pada masalah umum tapi agak melongar di bagian 'itu'. Kadang jika berurusan dengan kenikmatan apalah daya, iman terkadang terkikis oleh rayuan setan.

Kalau kalian islam, sayang, jangankan meminum air susu istri ya, melakukan sex anal, juga melakukan yang namanya sex pra nikah DAN YANG SEJUJURNYA, PACARAN JUGA TIDAK BOLEH!!!!

Dan kenapa saya buat Aska meminum air susu Hana? Memang jelas, Aska dan Hana Islam. Terlihat waktu menikah mereka melakukan 'akad' dan beberapa kali ada sentilan kegiatan agama di sana. Terus kenapa kakak buat begitu padahal sudah tau tidak boleh? Islam, belum tentu taat. Bukan berarti kita islam lantas kita sudah menjalankan ajarannya dengan baik. Dalam kasus Aska, jika dikatakan dia lebih cinta Hana daripada Tuhannya kesannya musyrik, tapi coba pikir, ingat Tuhannya dia tidak pernah tapi ingat Hana, selalu.

Sama seperti kebanyakan orang dan tidak menutup kemungkinan, saya. Kita memiliki agama tapi tidak menjalankannya dengan baik. Jadi, bukan berarti apa yang kita lakukan mencerminkan agama kita. Perbuatan seseorang tidak mencerminkan agamanya. Ada kok orang beragama tapi berkelakuan seperti binatang dan ada orang tidak beragama tapi baik. Maksudnya, bukan saya anggota PKI ya, saya nonton kok G30SPKI dan saya ngeri. Maksudnya, agama dan pribadi seseorang itu terpisah. Soalnya, agama kan dari Tuhan sedang perbuatan seseorang, itu tergantung dirinya sendiri.

Nah lanjut ke pokok bahasan, saya mencari artikel perbedaan anus dan dubur karena jujur, selama ini dalam otak saya anus lubang kemaluan dan dubur adalah lubang buang air. Ternyata salah pemirsah. Tapi, koreksi saya jika ternyata saya benar ya. Saya udah berulangkali mengulang cari info katanya sama, nggak tau juga deh kalau ternyata mesin pencarian kompakan nipu saya.

Nah, saya nemu artikel menarik mengenai 'penis' dan 'vagina'.

Inti dalam artikel itu, adalah, bahwa kita selama ini terkungkung dalam pemikiran bahwa adalah sesuatu yang tabu mengucapkan kata 'penis' dan 'vagina' dan menggantikannya dengan benda-benda lucu dan imut seperti burung, dll, dan tempe, dll juga. Padahal kedua kata itu resmi. Ada di dalam kamus. Terkesan vulgar karena orangtua mentabukan pengucapannya sehingga semua anak merasa tabu, saat menjadi orangtua merasa tabu dan mewariskannya pada anak. Begitu seterusnya.

Padahal, bayangkan jika itu tidak resmi. Maka, para orang-orang yang butuh menyebutkannya dalam situasi resmi menggunakan kata pengganti tadi seperti dokter yang menjelaskan kepada pasien.

"Ibu, itu tadi tempenya terasa perih karena ada jamur yang menginfeksi" atau "Bapak, itu burungnya mengalami pembengkakan karena___"

Lucu kan?

Memang penis dan vagina.

Setau aku sih. Memang ada istilah medis (mungkin, aku kan sok tau kwkwkwk) untuk kedua benda itu, tapi apa kita ngerti? Bahasa umum dan resminya memang 'vagina' dan 'penis'.

Bawaan bahwa kedua kata itu tabu, terbawa ke para pembaca dan penulis jadi kalau ada cerita dengan menggunakan kedua kata ajaib itu dia langsung berdenyut. Langsung tutup mata tekan lapor. Padahal itu resmi. Apa bedanya kewanitaan dan vagina?

Cuma permainan kata-kata kan?

Padahal, kalau search di kamus kewanitaan dan kejantanan itu berkaitan dengan sifat, kepribadian. Memang sih saya nggak ngerti sastra jadi saya pakai logika umum. Maaf kalau ada masterpiece dunia kepenulisan yang langsung nyolot ngatain saya bego.

Saya nulis ini sepengatahuan saya, kalau saya salah monggo dikoreksi jadi buat ilmu ke yang lain juga. Hentikan hujat menghujat karena seperti kata Agnes Monica, we are generation of love. Dan kata planet remaja zaman dulu, peace, love and gaul.

Daaaannnnnn,

Satu lagi. maaf jika terkesan kasar, tapi saya kaget ternyata kata 'memek' artinya merengek. Astagah, sumpah ngetik sekali tanpa menghilangkan satu huruf pun tremor saya kumat duluan. Saya termasuk yang dibiasakan tidak mengucapkan kata-kata sejenis itu. Saya aja nggak pernah bilang 'anjing' kecuali sama anjing beneran. Termasuk Babi dkk.

Itu kenapa kalau kita nulis, kita lebih suka pakai bahasa inggris.

Orangtua kita nggak pernah bilang eh pantang ya bilang fuck, dick, dan dkk. Soalnya orangtua taunya yang penting kata-kata kotor versi bahasa indonesia dulu. Jadi sampai dewasa anak-anak nganggap kalau ngomong indo nggak boleh, tapi ngomong 'fuck', dick' itu boleh. Selain belum tentu semua ngeh, karena bisa aja ada yang bego bahasa inggris seperti saya, dan ada pengkastaan dalam bahasa. Kalau diucapkan dalam bahasa indonesia kesannya cabul kalau dalam bahasa inggris kesannya, wuuwwwww keyennnnn.

Padahal, kalian search aja di kamus arti kata itu. Cabul pemirsahhhh.

Terus kamu mau blur kamus?

Memang, kebanyakan orang mengidentikkan kata itu sebagai kata-kata makian atau kegiatan cabul. Makanya, kalau ada kata itu kadang orang langsung kebakaran jenggot. Eh astaga, nggak nyangka ya nindy mulutnya begini, bahasanya begini. Padahal, aku lihat mukanya ayu, lembut, baik, sopan, tekepret. Itu kan foto, hahahhaa. Aslinya, im too wild, inside. Lol.

Nggak percaya itu sebagian efek pola pikir?

Coba ngomong babi versi bahasa indonesia di depan temen. Eh, babi. Gitu. Pasti dia langsung merah mukanya kecuali teman kamu atau siapapun itu kamu babiin itu lagi disumpal telinganya, atau mungkin emang bolot, atau emang manusia nggak punya emosi sama sekali. Kenapa babi jadi makian padahal boneka babi laris di pasaran? Jawabannya? Seiring dengan pola pikir babi itu jorok! Haram! Najis! Gue babiin lo, sama dengan gue haramin lo! Gue najisin lo! Begitulah kira-kira termasuk anjing, dia kena imbasnya.

Padahal, coba versi bahasa inggris. Eh, dog. Pig lo. Atau ke barat sana, yang nggak ngeh kalau anjing dan babi dianggap binatang haram dan jorok. Pas emosi banget, kamu bilang, pig. Dia pasti Cuma bilang? Are you kidding me? Atau, Pig? Where?

Babi sama mereka enak, bahan makanan say.

Makian mereka itu, fuck, dkk.

Coba ngomong itu versi bahasa indonesia. Kamu bukan dibilang kasar tapi dianggap cabul. Padahal di sana, itu makian biasa.

Kalau menurut aku memang tergantung pola pikir sama kayak waktu aku SMP, guru mukanya merah waktu jelasin reproduksi. Habis mau gimana? Baru bilang penis anak cewek mesem mesem anak cowok yang nggak tau malu langsung bersorak. Dia bilang vagina, anak cowok lebih semangat lagi sedang yang cewek malam ketawa geli. Ngerasa aneh gitu. Pas di tunjukin gambar, bukannya belajar dengan memperhatikan, perempuannya malah tutup mata, yang cowok minta di zoom. Guru kalau yang menerangkan emak-emak kelahiran zaman dulu dianya malu sendiri. Kalau yang jelasin guru cowok, sudahlah, bahasannya ikutan kemana-mana ngikutin omongan cabul anak cowok.

Tapi nggak tau sih, sekolah aku aja yang pakai kata itu, gurunya, atau enggak. Solanya saya smp Cuma di satu tempat aja. Nggak ada bahan perbandingan.

Kan kasihan, kalau terus-terusan kita menyamarkan kata itu kapanpun dimanapun dalam kondisi apapun lama-lama pencetak kamus ragu, itu kata resmi apa enggak. Dan bisa-bisa orang yang mau ngomong, bingung sendiri, bagusnya pakai kata apa ya?

Saya nggak bilang ya setelah baca ini langsung ajarin orang dikit-dikit ngomong penis vagina. Bukan. Maksud saya, jangan terus terkungkung dalam pemikiran seperti itu. Kalau kita nggak mau mengucapkan, atau menuliskan, jangan memarahi orang kalau menulis atau berbicara menggunakan kata itu.

"Eh, vagina aku sakit masak"

Terus kamu komen, "Eh jorok ngomongnya!"

Padahal dia kan nggak bahas kotoran apalagi debu. Dimana joroknya? Nyatanya semua perempuan punya vagina dan semua cowok tau itu. Anak kecil juga tau kok kalau alat kelaminnya dan alat kelamin yang berbeda jenis kelamin itu, beda.

Satu lagi, sama seperti nama.

Jaman dahulu kala, waktu aku masih pakai seragam sekolah, nama itu tabu. Indonesia, negara seribu satu panggilan. Kalau dia itu lebih tua kisarannya nggak jauh-jauh amat panggil abang, kalau cewek kakak, kalau pramuka semua panggil kakak. Kalau agak jauh lagi, panggil om tante. Kalau mau resmi panggil bapak ibu. Kalau adek mama, panggil ini panggil itu. Belum lagi panggilan secara adat. Beuhhh, silsilah yang menjadi kekayaan budaya indonesia.

Tapi, dengan panggilan itu kadang diiringi dengan pemikiran, tabu memanggil nama orang yang pantas dipanggil dengan panggilan. Misal, aku ketemu dengan orang yang beda usia lima tahun kalau panggil nama langsung merasa tertampar dianya. Maunya dipanggil kakak. Wajar sih, sudah budaya kan?

Nah yang parah, kalau nama tidak boleh diucapkan karena dianggap terlalu sakral atau justru tabu. Waktu sd dan smp, nama orangtua jadi sasaran ejekan.

Misal nama bapaknya supri. Teman-teman sengaja nyanyi dengan lirik di supri-supriin, atau ngomong diselipkan nama supri atau sengaja panggil anaknya pakai nama supri. Padahal, sejujurnya, kita dikasih nama kan supaya dipanggilnya pakai nama itu. Bukan hal yang tabu kan diucapkan.

Mungkin ini berlaku buat di daerah aja kali ya?

Nggak tau deh.

Kebawa ke penulis, kadang nulis latar luar negeri semua pakai panggilan. Sama kayak aku. Nulis ala terjemahan di cerita Dinda dan Wu semua pakai panggilan. Padahal di luar negeri sana, anak kecil panggil orang yang udah tua pakai nama itu wajar. Maksudnya nggak haram. Sama abangnya, kakaknya, mana pakai panggilan. Langsung aja nama, mau beda usia berapa juga. Teringat adegan bela manggil bapaknya charlie (twilight) apa aku salah dengar atau gimana nggak tau deh. Mau nanya bela pulsanya mahal.

Terus satu lagi, kadang kita menganggap agama kita terlalu suci. Maaf bukannya merendahkan agama, tapi semua agama memang suci. Kesannya gini, kalau bawa-bawa islam, misal tokoh islam, kalau ada adegan mesum dia penistaan. Makanya aku ketar ketir buat Silva ngucapin salam buat masuk rumah. Padahal orang mesum kadang dia nggak perduli agamanya apa. Kadang kita mikir, eh nggak apa lagi kalau agama lain dibuat zinah. Kan diagamanya nggak dilarang. Setau saya, semua agama melarang. Seperti yang saya bilang, agama tidak berkaitan dengan kepribadian seseorang. Banyak yang menjalankan agama tapi tetap melakukan hal yang dilarang agama. Apa salah agamanya? Enggak, orangnya aja kurang kuat iman.

Jadi, ini satu batasan lagi buat penulis. Kesannya kalau udah bawa satu agama, cerita harus berubah jadi religi meski pembawaan agama Cuma pengucapan salam, cara pernikahan, ataupun sentilan agama yang ringan. Kalau dibuat banyak tentang agama tapi sesat baru deh, saya dukung buat musnahkan orangnya. Misal, guru ngaji cabul di buat cerita panjang versi basah, atau pendeta cabul, atau budha cabul, atau romo, atau pemuka agama lainnya yang dikit dikit agama dikit dikit mesum. Baru saya dukung, hayo kita bakar!!!!

Kesannya jadi orang-orang bedain kasta. Hey, kalian kasta perusak iman orang, kita beda kasta beda segalanya.

Kenapa kamu buat cerita ini, ada pernikahan di gerejanya? Ada ngucapin asalamualaikumnya?

Faktanyaaaaaaa, pekanbaru kota bertuah, banyak tuh berjilbab tapi nongkrong di tempat klewang dulu cari mangsa. Diantara gelapnya malam dan sepinya sekitar. Sengaja masuk agak kesemak semak demi mendapatkan privasi. Salah jilbabnya? Salah agamanya? Bukannnnn, salah orangnya! Dia yang salah!!!! Sumpah!

Terus saya bahas ini penistaan agama? Bukan. Orang yang ke gereja atau ketempat ibadah sesuai agama masing-masing tiap hari, belum tentu sesuci embun pagi.

Contoh, nikah siri!

Dia pakai penghulu, pakai doa. Terus orangnya ternyata si oom sama cabe-cabeannya, pakai saksi palsu sama penghulu bayaran agak mahal biar nikahin pakai acara tutup mulut. Si oom nikahin cabe supaya berhak nagih jatah sama ngurung tuh cabe supaya jangan cari terong lain, si cabe mau dinikahin om karena pemikiran sudah terlanjur langganan sekalian saja biar ada hak minta jajan lebih sama oom yang ganti panggilan jadi papihhh.

Sah? setau saya mau nikah siri, pinang atau kapur, harus ada lelaki dari keluarga perempuan yang menyerahkan. itu syarat minimal, yang paling mutlak, yang pertama dan utama.

Penistaan kalau buat kisah begini? Faktanya banyak yang salah kaprah sama nikah siri ini. Bagus nih dibuat penyuluhan apa sebenarnya nikah siri ini! Supaya mata masyarakat terbuka, hellow, nikah siri ini bukan nikah buat para pemesum Cuma supaya nggak dosa doang. Bukan. Nikah siri ini nikah secara agama, yang sesuai aturan agama. Kenapa siri? Setau saya karena tidak disertakan dengan dokumen kenegaraan. Tidak didaftarkan ke lembaga terkait. Setau saya yaaaaa.

Jadi, kalau masih wajar janganlah dikit-dikit marah dikit – dikit lapor dikit-dikit hujat. Banyak-banyak aja.

Eh bercanda.... hahaha.

Ini Cuma penerangan dari seorang nindy. Mungkin kesannya saya terlalu berpemikiran terbuka mengarah ke pemikiran sesat. Tapi sejujurnya, saya hanya berusaha mengajak kalian menjadi masyarakat yang tidak pemarah karena pola pikir saja.

Salam

Rose teguh.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top