5. me & my young bro
Tau rasanya punya adik kecil saat sudah beranjak remaja? Jawabannya bagiku, biasa saja. Bagi kakakku itu memalukan. Kenapa? Bukan karena aku pencinta anak kecil. justru aku paling takut sama anak kecil seolah mereka mempunyai kekuatan ajaib yang bisa menelanjangi semua kebobrokan isi kepalaku!
Selain itu, dari kecil aku juga terbiasa menerima semua yang terjadi dengan lapang dada. Sayangnya sikap menerima sesuatu yang buruk dengan biasa saja diiringi dengan sikap menerima sesuatu yang baik dengan biasa saja juga. Aku nggak terlalu senang dengan pujian dan nggak terlalu senang dengan hinaan. Agak aneh sih, tapi Cuma agak aja ya.
Jadi, pada suatu hari yang cerah saat seorang Nindy sudah kelas 3 smp (kalo nggak salah) tepatnya tahun 2008, saat dalam perjalanan keluar kota dan dalam penyebrangan feri atau veri pokoknya bacanya gitu, sang kakak yang saat itu masih___astaga, gendut berawajah bulat berambut keriting ikat belah tengah nggak tau diri dan hitam, mengatakan kalau sang mamak sedang "pregnant".
Nah, waktu itu aku Cuma bisa bilang "apa?" bukan karena tidak mendengar dengan jelas Cuma aku nggak tau apa artinya. Sang kakak mengulangi beberapa kali sambil melirik seolah membisikkan suatu rahasia penting dan karena bosan karena jawaban masih "apa?" akhirnya dia bilang, hamil!
Terus aku dengan datarnya jawab, terus kenapa?
Dia mendecak kesal lalu sisanya aku lupa.
Yang aku tau, ternyata dia nggak suka dengan berita itu. aku ingat banget waktu itu dia masang wajah kejam kayak mamak tiri, bilang, mending mati aja. Aku yang waktu itu sudah terlalu sering terkena aniaya seorang kakak kejam berdarah dingin hanya bisa memendam perasaan ngeri dengan pemikiran kakakku itu. kalau diingat-ingat dia kejam juga ya.
Nah, waktu berlalu. Untungnya dia tinggal jauuuuuhhhhhhhh (kota sebelah) dikit dari kami. Pulangnya biasanya kalau nggak seminggu sekali yang dua minggu atau sebulan sekali. Intinya, sejak mamake hamil dia malas pulang. Bang toyib versi cewek abg lah.
Aku? Biasa aja. Menghabiskan waktu nonton film barat sampai tengah malam meski menjelang un dengan buku di tangan jadi kalau mamake keluar kamar aku pura-pura nyambi baca buku padahal iklan aja aku tonton. Kenapa dibiarkan? Karena meski otakku agak gimana begini, faktanya aku mendapat predikat paling pintar di rumah, termasuk di lingkungan. Waktu itu kami tinggal di kebun jadi saling mengenal satu sama lain sesama penduduk kebun.
Waktu pun terus berjalan. Si kecik lahir. Sebagai manusia waras aku was-was. Akankah kakakku yang anarkis itu akan melakukan sesuatu yang seperti film pshyco yang sering ku tonton. Kalau iya, wah, dia bisa mencoreng nama baik keluargaku yang ku pupuk dan ku jaga dengan segenap jiwa raga. Ternyata kawan-kawan, sesuai dugaanku kakakku memang agak miring. Gayanya sok benci sama si kecik eh pas lahir, dia antusias sekali. Aku senpat memantau kalau dia pegang si kecil jangan jangan itu strategi aja. Ternyata memang dia sayang. Lalu aku? Seperti yang kubilang aku takut anak bayi. Aku takut gendong karena aku takut kalau aku gendong dengan posisi yang salah dia nanti jadi bengkok.
Akhirnya aku dinyatakan lulus smp, dengan suasana yang begitu menggebu aku melanjutkan sekolah ke kota yang sedikit lebih jauh dari kota kakakku. Dia kan pintarnya standar jadi sekolahnya di kota agak maju kalau aku kan memang pintar jadi aku di ibukota provinsi dong.
Aku pulang sebulan sekali. Bukan hanya karena jauh tapi sayang uangnya dan lagi, aku nyaman jadi anak kos. Nah, saat aku pulang, kadang aku menangis lebay layaknya anak yang berpisah jauh dari orangtua. Padahal kalau udah balik kampung kerjaannya tidur di kamar terus makan terus tidur lagi. Enaknya jadi anak kos jadi dianggap tamu. Jarang di suruh kerja rumah.
Apa aku rindu si kecil? yes, tapi paling aku cium pipinya dua kali udah. Yang seru itu kalau tulangnya udah mulai keras dan dia udah mulai bisa jalan. Aku dengan semangat menunggu dia bisa menjadi prajurit kebandelanku.
Waktu dia semakin layak untuk diajak bandel, aku selalu antusias ngajak dia kejar-kejaran, main mobil-mobilan, pokoknya berasa aku masa kecil kurang bahagia jadi bisa mendalami peran sebagai teman sebaya.
Ada satu kejadian yang aku ingat banget. Sampai sekarang.
Ceritanya, waktu aku sudah kuliah di medan, dan sewaktu liburan, aku ngajak si kecil main. Nah waktu itu aku lupa semua pada kemana yang ada hanya kami berdua. Naas memang. Harusnya kami tidak dibiarkan berdua. Sudah tentu malapetaka menunggu.
Kami main, ketawa-ketawa sampai puas dan keisenganku muncul. Jam dia mandi, aku masukin dia ke bak mandi. Dia ketawa aku juga ketawa. Dia minta dikeluarin aku pura-pura nggak mau. Nah dia loncat-loncat berusaha keluar sambil ketawa dan aku menganggap itu lucu jadi aku ikut ketawa.
Dan, ternyata seperti belut tubuhnya yang mulai membasah itu melicin dan dia meluncur keluar dari bak mandi yang memang agak rendah dengan wajah menyentuh lantai. Hasilnya, bibirnya berdarah dan dia menangis kencang. Nggak kritis sih, Cuma lecet bagian wajah. Tapi sukses ngebuat aku tambah takut jaga anak kecil. aku lupa sih waktu itu dia trauma sama aku apa enggak. Tapi dia hapal banget itu lecet di bibir ulah siapa. Ulah aku!
Jadi kalau ditanya, siapa yang buat bang? Dia tersenyum lucu lalu mata melirik ke aku. Aku pura-pura ketawa dan dia ketawa juga padahal hati sedih banget. Aku nggak niat, sumpah.
Waktu jadwal pulang ke medan tiba, aku nangis terisak isak mengingat dosaku itu sampai waktu itu pertama kalinya dalam sejarah, ayah aku meluk dan cium kening. Kalau diingat agak geli sih. Tapi memang aku waktu itu sedih banget, nggak sanggup lihat dia. Jadi aku balik tanpa pamitan.
Nah, banyak lagi cerita seru hidup aku sama si kecik. Bisa dibilang aku paling mengganggu dalam hidup dia. Dia itu duplikasi aku, dan mendapatkan pengajaran seni mengeles alias memplesetkan kata-kata juga seni membantah dan juga termasuk kemalasan menulis namun cepat menangkap pelajaran. Sampai sekarang kami seperti kawan akrab yang suka bercanda saling ejek dan saling ngetawain kadang curhat-curhatan dan kadang juga kalau aku iseng suka ngerjain dia.
Kalau diceritain semua, beuh, kalah tukang bubur naik haji apalagi anandhi dan uttaran. Kalau mood aku bakalan cerita petualangan Nindy (bukan petualangan sherina) dengan si kecik, dan kisah-kisah (tidak) inspiratif lainnya termasuk kisah kasih kkn. Semuanya nyata tapi dengan sudut pandang yang tidak normal.
Bye.
Love yeahhh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top