4. teman?

Malam ini, malam-malam tepatnya tengah malam mendadak aku pengen cerita. Maklum, di dunia nyata udah malas aja cerita. Kadang lebih gampang cerita sama stranger dari pada someone close. Kenapa? Kadang kalau orang dekat dengar cerita, sakitnya itu dia nganggap itu hanya cerita sambil lalu padahal kita mengharapkan reaksi. Yang paling pahit, pas kita cerita dia biasa aja, eh dilain waktu, ternyata dia malah menjadikan cerita itu lelucon alias candaan saat mengobrol dengan orang lain DI DEPAN WAJAHMU!

Aku pernah merasakan? Sering. Makanya bisa cerita. Siapa dia? Rahasia. Pokoknya dia seseorang yang sering aku bahas. Tau kan? Teman dekat yang terasa jauh, tidak seperti teman jauh yang terasa dekat.

Membahas ini, aku ingat beberapa kali mengalami pergantian teman seiring pergantian aktivitas dan pergantian rutinitas.

Misalnya, sewaktu aku kuliah (contohnya waktu kuliah aja, kalau waktu sd kejauhan, ada namanya kelompok micro teaching. Apakah micro teaching? Itu mata kuliah kependidikan dimana kami, selaku mahasiswa keguruan, di didik menjadi seorang guru. Istilah gampangnya, praktek mengajar mulai dari mempersiapkan program sampai proses penilaian. Ya, meski terkadang aku kesannya berpikiran agak nggak wajar, aku sebenarnya kalau proses belajar mengajar serius banget.

Astaga, jangan jangan aku bipolar, atau aku kepribadian ganda? Oh tidak. Semoga tidak.

Nah, waktu di kelompok belajar itu aku dekatnya dengan orang yang tentunya sekelompok. Gimana enggak, selama satu semester sekelasnya sama mereka doang. Nah, jadilah secara naluriah setiap orang menyeleksi mana yang bisa dijadikan csnya.

Saat itu, kebetulan aku dekat dengan 'sebut saja namanya melati'. Nah, selama dekat dengan melati yang orangnya ya ampun cerewetnya minta ampun. Ngomongnya itu, tau kan mamak mamak minang? Bukannya ngejek ya, bukannya penghinaan ras. Uni uni kalau ngomong memang ligat banget, lihat aja kalau lagi dagang. Nah, yang mau aku bahas adalah selama sama dia aku membahas ideologi kami yang sama (cieee bahasanya). Waktu itu, kami sama-sama suka membicarakan betapa lebaynya gaya berpacaraan anak jaman sekarang seolah kami adalah anak jaman dulu.

Waktu sama dia, bahasan kami nggak jauh jauh dari menceritakan teman kami yang suka seolah sehidup semati dengan kekasihnya padahal, jaman sekarang, orang nikah aja bisa cerai dengan gampangnya.

Buehhh, pokoknya waktu itu seakan-akan kami yes banget deh. Solid banget.

Nah, biasanya kesehatian itu berlangsung di awal-awal. Kalau kata pepatah tak kenal maka tak sayang, dalam keseharian kadang malah tak kenal maka tak bosan.

Lama kelamaan kami saling mengenal lebih dalam. Mulai berani mengeluarkan sifat asli. Disinilah ketidaknyaanan berasal. Maksudnya, mulai merasa, ah, dia juga sebenarnya nggak sempurna sempurna banget kok.

Dan, taraaaaa, begitu mata kuliah micro teaching selesai, dan mata kuliah berikutnya adalah KKN alias kuliah kerja nyata. Dimana kami berasa ikut tantangan kehidupan menjadi masyarakat di daerah terpencil. Sebenarnya kurang tepat juga sih, soalnya kami sebenarnya berasal dari tempat terpencil juga.

Tapi nggak apalah, masyarakat sana kan nggak tahu. Yang mereka tahu, anak kuliahan pakai almamater datang pakai bus bawa bawa koper itu kesannya anak kota. Pemuda setempat sibuk mengincar anak perempuan yang geulis, yang bisa dikecengin. Dan yang anak perempuan menatap dari jauh, berandai-andai seandainya diantara peserta kkn ada pria tampan yang kemudian mendekati mereka yang malu malu mau. Seperti drama korea.

Di kkn, selama beberapa bulan dikurung bersama orang yang sama. Lagi, terciptalah kedekatan yang lebih dalam lagi dari teman micro teaching. Ada kelas sesi curhat tengah malam yang bisa membuat semua peserta mengeluarkan airmatanya. Ada sesi saling memotivasi. Ada sesi saling memberi saran dan nasehat. Dimana yang biasanya urakan mendadak bisa berbcara dalam forum dengan bahasa yang membuat orang terkagum-kagum.

Idealisme tergabung menjadi satu. Bukan hanya pertemanan, tapi sudah seperti persaudarian. Satu terancam semua bertindak. Pokoknya, persahabatannya kayak yang di film-film itulah.

Pulang kkn? Masih ada ketemuan-ketemuan melepas rindu. Bulan-bulan berganti, rasa kedekatan itu memudar. Semua kembali ke kelompok asal. Kelompok asal yang sebenarnya waktu kkn menjadi bahan keluhan.

Misal, curhatan si 'sebut saja namanya anggrek'.

Aku tuh nggak suka sama si cabe. Kenapa? Ya ampun gimana ya, kalau curhat sama dia kadang dia nggak mau dengar. Coba kalau aku curhat masalah cowok baru dia semangat. Padahal kan, masalah hidup nggak selamanya masalah cowok. Bla bla bla sampai berbusa.

Nah, kemudian, sepulang kkn kan ada namanya PPL alias praktek mengajar. (padat kan kegiatan anak keguruan). Ketemu orang baru dan cerita berulang kembali.

Pertanyaannya, kenapa setelah sibuk mengeluh dengan teman baru tentang teman lama meski kedekatan dengan teman baru itu udah oke banget biasanya seseorang akan kembali dengan teman lama?

Itu sama dengan dalam hubungan berpacaran. Cowok gampang tertarik dengan cewek baru, kadang menceritakan keluh kesah dengan kekasihnya seolah-olah cewek yang baru lebih baik. Lalu kemudian dia menemukan sisi jelek si cewek baru, dan sadar, sebenarnya dia nggak butuh cewek sempurna. Dia hanya butuh orang untuk menceritakan keluh kesahnya. Dia berkeluh kesah bukan berarti dia ingin mengganti. Karena, nggak gampang mengganti yang lama dengan yang baru.

Ada kenyamanan yang lebih saat sudah berdekatan dengan orang yang sudah lama. Perasaan bahwa yang lama sudah mengerti dia dan menerima dia apa adanya. Sedang yang baru hanya mengenal sebagian dari sisinya, kebanyakan malah sisi baiknya. Lalu, yang baru juga belum tentu selalu ada. Berbeda dengan yang lama, meski kita mengeluh akan sikapnya, tapi kita sadar bahwa meski mereka nggak sempurna tapi mereka bisa diandalkan saat saat tertentu.

Kecuali takdir berkata lain dan ternyata orang baru memang benar-benar orang yang tepat. Tepat menjadi sahabat tepat menjadi kekasih.

Jadi, jangan marah kalau sahabat atau pacar dekat dan mengeluh tentang kamu pada orang lain. Percayalah, kadang kamu juga begitu. Bukan menjelek-jelekkan. Hanya menceritakan. Kalau menjelek-jelekkan itu kan udah tahap yang lebih tinggi, lebih bangsat.

Percayalah, mereka hanya jenuh dan terlena dengan suasana baru. Lalu, waktu dia sadar kalau suasana baru itu Cuma salah satu basa basi dalam hidupnya, percaya, dia akan kembali ke yang lama.

Nggak ngerti intinya?

Aku pun nggak ngerti aku ngomong apa.

Sudahlah, anggap curhatan author lagi ngigau tengah malam.

Bye, love yeahhh!!!

0bbB

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top