Part 4 - Trust and Obey
Tahukah kalian,
Jika menikah itu, bukanlah akhir, melainkan awal dari segalanya?
Akan ada banyak masalah yang datang, dari yang ringan sampai terberat,
Dari yang masuk akal sampai cacat logika
That's the ugly truth 💜
Untuk itu, jangan gegabah.
Kenali pasanganmu,
Pikirkan dari dua sisi...
Sebab, hidup tidak melulu soal cinta.
Pondasi utama :
Kepercayaan, Kesetiaan, dan Keseimbangan.
Ketiga hal itu akan membentuk satu hal mutlak yang wajib untuk kau dapatkan :
KEBAHAGIAAN.
Sudahkah kamu bahagia hari ini? 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Joo-Hyun, adalah satu-satunya wanita yang dicintai Sehun sejak dirinya masih kuliah. Selama lima tahun, mereka menjalin hubungan kasih, namun tidak berujung pada pernikahan. Bukan tidak ingin, namun Joo-Hyun yang terus menolak dan enggan untuk membawa hubungan itu, ke jenjang yang lebih serius.
Sampai akhirnya, Joo-Hyun tiba-tiba mengatakan bahwa dia akan menikah dengan pria lain, yang ternyata adalah senior mereka, yang sempat mementorinya saat mengerjakan skripsi.
Sehun tidak pernah mengalami hal yang begitu membuatnya terluka. Hatinya bukan sakit ataupun patah, melainkan hancur berkeping-keping. Joo-Hyun sudah mengkhianati dirinya dengan melakukan hubungan terlarang di belakangnya.
Kejadian itu sudah tiga tahun berlalu dan karena itulah, Sehun memilih untuk mempertahankan kesendirian dengan sibuk bekerja. Baginya, tidak ada kesempatan untuk cinta dan hubungan yang membuang waktu. Semua wanita sama saja. Tapi tidak dengan pertemuannya dengan Somi yang tak disengaja, sekitar beberapa bulan lalu.
Ketika melihat Somi, Sehun merasakan perasaan yang menghangat, degup jantung yang bergemuruh kencang, dan rasa ingin memiliki yang begitu kuat. Untuk pertama kalinya setelah tiga tahun menyendiri, Sehun menyukai wanita baru dalam hidupnya. Sosok Somi sanggup menggeser kedudukan Joo-Hyun dalam hatinya. Terbukti dari hubungan singkat yang tidak kurang dari sebulan itu, berakhir pada pernikahan yang membahagiakan selama enam bulan terakhir.
Namun, Sehun bimbang ketika sosok Joo-Hyun yang tiba-tiba muncul sekitar dua minggu lalu, mengatakan bahwa dirinya sudah bercerai dengan suaminya, dan meluapkan seluruh penyesalan dalam permintaan maaf. Dia menjadi tidak tega melihat Joo-Hyun yang menangis dan memintanya untuk menghibur diri.
Alhasil, sudah dua kali Sehun berbohong pada Somi tentang dirinya yang harus bekerja lembur, sementara dirinya menemani Joo-Hyun melewati masa duka.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya dan seharusnya dia pulang cepat, sebab dia tahu jika Somi pasti akan menyiapkan makan malam spesial untuknya. Tapi Joo-Hyun tiba-tiba datang dan mengajaknya makan malam sambil membawakan kue ulang tahun. Kembali Sehun merasa tidak sampai hati untuk menolak Joo-Hyun yang sudah bersusah payah mengunjungi dan mengingat ulang tahunnya.
Penjelasan diatas adalah cerita singkat yang sebenarnya, untuk apa yang sudah Sehun lakukan. Dia sadar bahwa apa yang dilakukannya teramat salah. Dia bahkan tidak mampu mengejar Somi yang lebih cepat darinya, meninggalkannya tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan.
“Yeobo, dimana kau berada?” gumam Sehun seorang diri, dengan ponsel yang terus menempel di telinga, melakukan panggilan sejak dari tiga jam yang lalu.
Sehun hanya bisa memotret nomor plat taksi yang ditumpangi Somi, ketika taksi itu sudah melesat cepat meninggalkannya. Dari situ, Sehun mencoba menelepon pihak perusahaan taksi untuk menanyakan dimana taksi itu berhenti.
Berdasar informasi yang didapati, taksi itu berhenti di pusat pembelanjaan Myeongdong. Tentu saja, Sehun langsung melajukan kemudi untuk menuju ke sana, namun hasilnya sia-sia.
Sehun terus berputar-putar di sepanjang jalan Myeongdong, lalu berlanjut mengitari Seoul dengan putus asa, dengan harapan Somi bisa ditemukan. Dua jam mencari tanpa hasil, Sehun memutuskan untuk kembali ke rumah. Dia berpikir jika Somi sudah pulang tapi ternyata tidak.
Sehun hanya mendapatkan hidangan makan malam yang belum tersentuh, berupa nasi goreng kimchi, telur mata sapi, dan beberapa hidangan pelengkap. Juga ada sebuah kue ulang tahun yang dihias dalam hiasan buttercream yang berantakan. Sepertinya Somi sudah melakukan banyak pekerjaan di rumah sepanjang hari ini.
Sehun mengetahui Somi yang mengambil cuti hari ini, dari teman sesama intern Somi yang dikenalinya. Bahkan, penjaga keamanan gedung kantornya pun memberitahukan bahwa Somi sempat datang mencarinya.
“Angkatlah teleponku, Yeobo,” ucap Sehun lirih, sambil menekan angka 1 untuk kesekian kalinya, dan menempelkan kembali ke telinga.
Dia merasa cemas dan tidak tenang. Perasaan familiar itu datang, namun dalam posisi sebaliknya. Jika dulu Sehun yang merasa tersakiti, kali ini Sehun yang sudah menyakiti. Sial! Sehun tidak berniat untuk menyakiti Somi dalam cara apapun. Demi apapun, dia tidak berniat untuk menyakiti Somi.
Sehun menarik napas dengan dalam dan meletakkan ponsel ke lantai. Dia sudah merasa putus asa dan terduduk lemas di lantai, tanpa berpikir untuk naik ke sofa. Pikirannya kacau dengan ketakutan akan Somi yang menghilang.
Dia tersentak ketika ponselnya berbunyi dan buru-buru melihat siapa yang menelepon. Kekecewaan langsung menghinggap ketika bukan Somi yang menelepon, melainkan Joo-Hyun. Dan Sehun sama sekali tidak memikirkan wanita itu, ketika meninggalkannya di restoran begitu saja, karena sibuk mencari Somi.
“Yeoboseyo,” ucap Sehun tidak minat.
“Sehun-ah, apa kau baik-baik saja?” tanya Joo-Hyun dengan lirih di sebrang sana.
“Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Istriku belum pulang,” jawab Sehun langsung.
Joo-Hyun tidak langsung membalas. Mereka terdiam selama beberapa detik dalam keheningan yang begitu panjang.
“Sehun-ah, aku...,”
“Maaf,” sela Sehun cepat. “Mungkin terdengar tidak nyaman tapi aku harus jujur padamu.”
Joo-Hyun terdiam, seolah memberikan kesempatan untuk Sehun melanjutkan ucapannya.
“Aku turut bersimpati atas apa yang terjadi padamu dan terima kasih untuk kunjunganmu selama beberapa hari terakhir. Tapi, saat ini keadaan tidak lagi sama. Aku bukanlah Sehun yang dulu, yang kau tinggalkan seenaknya dan kembali semaunya. Aku adalah Sehun yang sudah menjadi milik seorang Somi. Aku adalah suaminya,” ucap Sehun dengan lugas dan tegas.
Terdengar isakan pelan dari Joo-Hyun, namun Sehun menguatkan diri untuk tidak terpengaruh. Sebab, air mata Joo-Hyun adalah kelemahannya, namun itu dulu. Sekarang sudah tidak. Yang menjadi kelemahannya adalah Somi.
“Aku tidak akan melakukan hal yang sama sepertimu. Aku mencintainya, dan dia mencintaiku lebih banyak. Aku sudah menyakitinya dan harus mencarinya untuk menyembuhkan lukanya,” lanjut Sehun dengan suara bergetar, dengan pikiran yang semakin tidak tenang mengingat Somi belum pulang. “Jika kau menyesal, tidak apa-apa. Aku sudah tidak mempermasalahkan, sebab aku sudah memaafkanmu. Jadi, lupakan aku dan jalani hidupmu dengan benar, JooHyun-ssi.”
“Sehun-ah...,”
“Selamat tinggal,” ucap Sehun tegas, lalu mematikan teleponnya. Dia pun segera mem-block nomor telepon Joo-Hyun dan membuangnya dalam daftar kontak.
Dia sama sekali tidak ingin memberi kesempatan pada Joo-Hyun untuk berbicara, karena sudah pasti, itu bukan hal yang baik.
Setelah menyelesaikan urusan kecil itu, Sehun hendak menelepon Somi kembali, tapi tidak jadi. Sebab, pintu rumah terdengar dibuka lalu ditutup, dan Sehun langsung beranjak berdiri untuk melihat siapa yang masuk ke dalam rumahnya.
Deg! Mata Sehun melebar senang, ketika melihat sosok Somi yang sedang melepas sepatu, dan menaruh dalam lemari. Wanita itu tampak begitu lelah.
“Yeobo...,” panggil Sehun antusias.
Melihat Sehun yang hendak menghampiri, Somi langsung mengarahkan tangan sebagai kode agar Sehun berhenti. Sehun yang tidak pernah ditolak oleh Somi, mendadak merasa kehilangan.
Somi menatap tanpa ekspresi dan wajahnya terlihat sembap, seperti habis menangis. Sorot matanya menyiratkan kekecewaan dengan memberikan sikap menjaga jarak yang kentara. Sehun tahu jika dirinya berada dalam masalah besar, tapi dia tidak bisa membela diri, karena sudah melakukan kesalahan.
“Maafkan aku jika pulang terlambat, Oppa,” ucap Somi dengan nada pelan dan terdengar serak.
“T-Tidak apa-apa. Aku kuatir jika...,”
“Sebenarnya aku tidak ingin pulang, lalu melihatmu sekarang,” sela Somi cepat. “Tapi aku tidak bisa bersikap kekanakan dengan menjadi wanita pemarah yang kabur dari rumah. Aku adalah seorang istri yang harus bertanggung jawab atas dirinya, sebab jika terjadi sesuatu padaku, maka aku akan merepotkanmu.”
Sehun bungkam. Dia menatap Somi dengan seluruh perasaannya. Tidak pernah dirinya diperlakukan sedemikian istimewa. Hanya Somi yang memperlakukannya dengan penghargaan tertinggi, seolah dirinya adalah segalanya untuk Somi.
“Maafkan aku,” ujar Sehun sambil melangkah, namun Somi kembali melarang dengan tangan yang memberikan kode agar dia berhenti.
“Aku pulang, bukan untuk mendengarkan penjelasan atau pembelaan dirimu, tapi karena ini adalah rumahku yang sekarang, tempat dimana aku harus kembali, suka atau tidak suka,” ucap Somi pelan, lalu menghela napas lelah setelahnya. “Aku sedang emosi dan kau akan merasa terintimidasi jika aku bersuara. Jadi, berikan aku ketenangan untuk sementara waktu.”
Alis Sehun berkerut bingung. “Maksudmu?”
“Aku akan tidur di kamar tamu, selama yang aku butuhkan. Tidak ada protes atau bantahan. Akan lebih baik, jika kau memberiku waktu dan ketenangan yang kuinginkan, daripada aku bertindak seturut dengan keegoisanku,” jawab Somi tanpa ragu.
Bagaimana mungkin Somi dan diriku tidur terpisah? Batin Sehun bergejolak. Dia tidak ingin sampai harus seperti itu, meski masih tinggal dalam satu atap. Tapi jika dilihat dari situasi saat ini, Sehun berpikir untuk memberikan apa yang Somi inginkan, daripada Somi yang menghilang tanpa kabar.
“Apakah akan menjadi hal baik, jika aku membiarkanmu tidur di kamar lain?” tanya Sehun kemudian.
Somi tersenyum hambar sambil mengangkat bahu. “Setidaknya aku sudah berusaha mengendalikan diri, dan mengabaikan ego untuk tetap bersamamu, meski kau sudah menyakitiku dengan dalam. Yaitu, kau sudah merusak kepercayaanku.”
“Yeobo, aku...,”
“Sorry, Oppa. At this time, I can’t believe you anymore. Without trust, you can never have a happy relationship,” sela Somi dengan nada getir.
Sehun merasakan denyutan nyeri dalam dada saat mendengar ucapan Somi yang terdengar begitu pilu. Somi pun segera berlalu meninggalkannya, yang masih berdiri mematung di situ.
Sehun tahu jika kebohongannya sudah menghilangkan kepercayaan Somi, bahkan sekalipun dia jujur, tetap tidak akan dipercaya karena sudah ada keraguan yang terselip diantaranya.
Meski begitu, Sehun tidak akan menyerah. Jika sedari awal, Somi berusaha keras untuk berjuang dalam menjalani peran seorang istri, demi untuk bisa setara dengannya, maka kini giliran Sehun yang berjuang.
Karena Sehun yakin, semua orang layak mendapatkan kesempatan kedua, tapi tidak dengan kesalahan yang sama. Tentu saja, dia tidak akan pernah mau berhubungan dengan wanita lain, termasuk Joo-Hyun. Karena Somi jauh lebih penting dari segala hal, termasuk dirinya sendiri.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Makin kesini, makin kayak sinetron 🤣
Tapi kejadian kayak gini, itu real.
Banyak cowok yang masih terjebak dengan mantan terindah, lalu gak jujur sama istrinya.
Trus giliran istri tahu dan bertindak, kicep deh 🤣🤣🤣
18.06.19 (10.12 AM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top