Part 10 - Husband on duty
Sehun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia kebingungan untuk memilih jenis makanan yang harus dipilihnya. Somi yang mengalami mual dan tidak nafsu makan, membuat Sehun kelabakan.
Somi terus mengeluarkan isi perut, hingga harus merangkak ke toilet, hanya untuk vomit. Somi begitu lemah dan tidak berdaya. Kehamilan yang dialaminya semakin memburuk, hingga Sehun merasa ngeri dan cemas dengan keadaan Somi.
Sehun terus menawarkan makanan, baik kesukaan atau tidak, tapi tetap ditolak Somi. Wanita itu hanya mampu meneguk teh manis dan biskuit susu. Alhasil, Somi tampak lebih kurus.
Kini, berada di depan etalase kaca yang menampilkan makanan yang menggiurkan, membuat Sehun tidak tahu apa yang harus dipilihnya. Meski semua jenis makanan ada di sana.
Selama beberapa detik, Sehun diam mematung sambil menatap kosong ke sana. Pikirannya adalah membeli semua jenis masakan yang ada, dan membiarkan Somi mencoba.
"Sehun-ssi?"
Sapaan ramah muncul dari arah belakang, yang membuat Sehun spontan menoleh dan matanya melebar kaget. Di hadapannya adalah pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Kim Lee Shin, tersenyum lebar menatapnya, dengan asisten kepercayaannya yaitu Park Yoo Jin.
"Sajangnim," balas Sehun sambil membungkuk.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau terdiam saja melihat makanan?" tanya Lee Shin dengan heran, namun tetap terdengar ramah.
Sehun meringis pelan dan terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan dari orang nomor satu di Ryeung Holdings Group, tempatnya bekerja. Rasanya bukan pembahasan yang wajar untuk dilakukan dengan seorang Bos.
Karena Sehun masih belum memberi jawaban, Lee Shin tertawa kecil sambil menepuk bahu Sehun, lalu mengajaknya berjalan berdampingan.
"Kurasa kau sedang dalam masalah. Ada apa? Ceritakan padaku. Tidak usah sungkan padaku karena sekarang sudah lewat dari jam kerja. Kita adalah teman lama yang berpapasan di sini," ujar Lee Shin.
Sehun mengerjap dan mulai mengikuti langkah Lee Shin dengan ragu, sambil melirik ke arah Park Yoo-Jin yang tampak mengedarkan pandangan sekitar dengan tatapan waspada.
"Aku sedang kacau," jawab Sehun akhirnya.
Lee Shin mengangkat satu alis dengan tatapan menilai. "Kacau? Apakah pekerjaanmu su..."
"Tidak! Maaf, aku kacau bukan karena pekerjaan melainkan istriku," sela Sehun cepat.
Lee Shin tertawa pelan. "Istri membuat dirimu kacau hingga berdiri cukup lama di depan etalase makanan?"
Sehun mengangguk dan menatap Lee Shin dengan serius. "Sajangnim, kau sudah memiliki anak, bukan?"
"Ya. Putra kembar yang sehat dan aktif. Mereka luar biasa," jawab Lee Shin dengan bangga.
"Apakah saat istrimu mengandung mereka, kau mengalami kesulitan dalam menjaga kondisi fisiknya? Maksudku, apakah keluhan istrimu membuatmu kacau?"
Pertanyaan Sehun barusan melenyapkan senyum Lee Shin selama beberapa saat, lalu dia mengembalikan ekpsresi wajah menjadi kembali ramah dan senyum tipis.
"Jadi begitu ya," gumamnya. "Kau sedang kacau karena istrimu mengalami masa yang tidak menyenangkan itu."
Sehun mengangguk lalu menghela napas pasrah. Kandungan Somi yang sudah menginjak 4 bulan, membuat Sehun semakin bingung dengan kondisi Somi yang semakin meresahkan. Dia tidak tega melihat istrinya yang terus muntah, menangis, lalu tertidur karena sudah lelah untuk menghadapi serangan mual.
"Ikut aku," ucap Lee Shin sambil memberikan lambaian tangan, tanda agar Sehun mengikutinya.
"Apakah kau memiliki ide?" tanya Sehun penuh minat.
"Makanan Korea cenderung pedas dan asam, itu akan membuat rasa mual semakin besar. Kau harus mencari sesuatu yang segar untuk dinikmati para wanita hamil. Omong-omong, selamat untukmu, Sehun-ssi."
Sehun mengembangkan senyuman dan mengangguk. "Terima kasih, Sajangnim."
Lee Shin tertawa pelan sambil terus berjalan menyusuri jalan yang melewati berbagai restoran dan toko, dia seperti sudah tahu akan menuju kemana. Langkahnya terhenti tepat di depan sebuah kedai kecil.
Tanpa ragu, Lee Shin masuk ke dalam dan Sehun mengikuti. Kedai itu seperti kedai es krim dengan beberapa kudapan yang cukup menggugah selera.
Lee Shin memesan es krim coklat dalam satu pint ukuran paling besar dan beberapa toping seperti marshmallow, coklat, dan oreo. Sehun hendak membayar tapi Lee Shin tidak memberinya kesempatan.
Dari kedai es krim, Lee Shin berjalan menuju toko kecil yang menjual beberapa macam bahan makanan. Lee Shin mengoper satu kantong yang berisi es krim pada Sehun, lalu masuk ke dalam toko dan membuka kulkas yang terisi beberapa pilihan minuman.
Sehun menatap Lee Shin dengan tatapan tidak percaya, pria itu begitu cepat dan luwes dalam melakukan apa saja di sana. Mengambil beberapa botol yoghurt, memilih beberapa macam buah segar seperti anggur, strawberry, dan kiwi. Dia juga terlihat membeli lima bungkus kripik kentang. Astaga! Apakah dia ingin bertamasya?
"Tidak usah kaget. Sajangnim memang suka berbelanja hal seperti itu, saat istrinya sedang ngidam," ujar Yoo-Jin menenangkan, seolah bisa membaca ekspresi kaget dari Sehun.
Tak lama kemudian, Lee Shin kembali dengan dua kantong penuh dan senyuman lebar menghiasi wajah. Dia langsung menyodorkan hasil belanjaan dan Sehun dengan cepat mengambilnya.
"Terima ini. Jika istrimu bisa menghabiskan semuanya, tidak usah bayar. Aku yang traktir," ucap Lee Shin riang.
"Hah? Sajangnim, aku...,"
"Tidak ada penolakan. Santai saja. Aku pernah berada di posisimu hingga mau mati rasanya. Aku bahkan berharap aku bisa bertukar posisi dengan istriku yang begitu lemah dan rapuh saat mengandung putra kembarku," sela Lee Shin dengan sorot mata menerawang, seolah mengingat kembali apa yang dialami.
Sehun tersenyum dan menepuk bahu Lee Shin dengan singkat. "Kau sudah menjadi pria hebat, Sajangnim. Kau juga adalah ayah yang luar biasa. Keluargamu sudah pasti sangat bangga padamu."
Lee Shin mengangkat bahu dengan santai. "Kau pun demikian. Aku masih lebih beruntung karena sudah memiliki keponakan untukku berlatih, tapi kau tampak seperti baru mengalami hal ini. Fighting, Sehun-ssi."
Sehun menghela napas lega dan berbincang dengan atasannya selama beberapa saat. Dia merasa beruntung bisa berpapasan dengannya. Bahkan Lee Shin segera menyuruh Sehun untuk lekas pulang karena Somi sudah menunggu di rumah.
Ketika dirinya sudah tiba di rumah, dia bisa mendengar Somi mengeluarkan isi perut dengan suara yang terdengar begitu menyakitkan dari arah kamar mandi. Dengan sigap, Sehun menaruh barang bawaan ke meja makan, lalu menyusul Somi ke sana.
"Yeobo," panggil Sehun lembut.
Napas Somi memburu kasar seperti habis berlari, wajahnya semakin pucat dan tidak mampu untuk berdiri. Sepertinya Somi menarik sebuah kursi dan duduk di sana, tepat di depan washtafle.
Sehun memutar keran, membantu Somi untuk membersihkan mulut dan mengambilkan handuk kecil. Tanpa mampu bersuara, Somi menoleh dan menatapnya dengan ekspresi ingin menangis. Sehun tidak tega, rasanya ingin sekali mengambil semua rasa sakit yang dialami Somi agar berpindah dalam dirinya.
"Aku akan memberimu sesuatu," ucap Sehun sambil mengangkat tubuh Somi ke dalam gendongan, dan membawanya ke meja makan.
"Aku tidak mau," tolak Somi dengan suara serak, sambil menggelengkan kepala ketika melihat ada banyak kantung belanjaan yang terpapar di meja makan.
Sorot mata Somi bahkan terlihat ngeri menatap kantung-kantung itu. Sehun tahu bahwa Somi enggan untuk mencoba makanan karena rasa mual akan datang kembali padanya.
"Cobalah dulu, karena ini tidak seperti sebelumnya," ujar Sehun sambil mengambil es krim yang dibeli Lee Shin.
Dia mengambil sendok, gelas, lalu menyendokkan es krim ke dalamnya. Kemudian, dia menatap Somi.
"Buka mulutmu," ucap Sehun lembut, ketika Somi masih mengatupkan bibir.
"Aku tidak mau muntah lagi," balas Somi dengan sorot mata sayu.
"Cobalah dulu. Jika ini tidak membantu, aku tidak akan memaksa lagi. Tolonglah aku, sebab aku tidak sanggup melihatmu seperti ini," sahut Sehun dengan nada memohon.
Somi mengangguk pasrah dan membuka mulutnya sedikit. Sehun menyendok es krim sedikit, atau lebih tepat di ujung sendok, lalu menyodorkannya ke arah Somi untuk mencecapi rasa.
Somi seperti menahan napas, menerima suapan es krim Sehun dengan ragu, dan menempelkan bibirnya tepat di ujung sendok itu. Menunggu, Sehun tampak tegang melihat Somi yang masih bergeming setelah mencecap es krim itu.
Somi terlihat melirik Sehun dengan matanya yang membulat, lalu mengusap pipi Sehun dan mengambil alih sendok yang dipegang Sehun.
"Biarkan aku melanjutkannya sendiri."
Sehun mendesah lega dan membiarkan Somi menikmati es krim dengan tekun. Wanita itu menghabiskan es krim dengan cepat, lalu mengambil kembali es krim itu. Kali ini tidak dengan gelas, tapi langsung dari pint-nya.
Seharusnya itu tidak apa-apa, pikir Sehun. Sebab Lee Shin sempat menjelaskan es krim terbuat dari susu dan dia memilih jenis es krim dengan kandungan gula yang sedikit, sehingga aman dikonsumsi oleh wanita hamil. Dia merasa bersyukur melihat Somi yang mampu menghabiskan setengah pint yang berarti sudah setengah liter.
"Ini enak sekali. Aku suka," ucap Somi dengan suara yang nyaris berbisik.
Sehun mengangguk menyetujui. "Apakah kau masih ingin?"
Somi menggeleng. "Aku sudah kenyang, tapi mungkin aku mau lagi. Belikan aku yang banyak."
Sehun terkekeh dan menunjuk semua kantung belanjaan di meja. "Semua ini adalah pemberian Bos-ku. Aku tidak sengaja berpapasan dengannya dan dia yang memilih semuanya untukmu. Dia menjamin jika kau akan suka."
"Apakah dia sudah memiliki anak?"
"Ya. Sudah."
Somi mengulum senyum singkat dan melirik adanya kacang almond dengan rasa madu, terlihat di salah satu kantung. "Aku mau itu. Sepertinya enak."
Sehun langsung mengambil dan memberikannya pada Somi. Wanita itu langsung memakannya dengan tekun, sementara Sehun menaruh semua makanan itu ke tempatnya dan memberitahukan Somi dimana dia menaruhnya.
"Perutku sudah lebih baik," lapor Somi sambil mengusap perutnya yang sudah sedikit membuncit.
Sehun tersenyum senang dan berlutut di depan pangkuan Somi, menaruh tangan di perut Somi, lalu mencium lembut dan berbisik, "Jangan nakal, oke? Jangan membuat ibumu kesulitan. Baik-baik di dalam, dan kerjai saja ayahmu saat kau sudah lahir."
Sebuah usapan lembut mendarat di kepala Sehun. Dia memejamkan kepala untuk menikmatinya, dan meletakkan kepala di pangkuan Somi sambil mendudukkan diri di lantai.
"Maaf sudah membuatmu lelah dan kebingungan," ucap Somi pelan.
Sehun membuka mata, menengadahkan kepala untuk menatap Somi. "Jangan meminta maaf padaku, sudah menjadi kewajibanku untuk membuatmu nyaman. Kau sudah berjuang keras dan menahan rasa sakit demi memberiku keturunan."
"Aku melakukannya dengan senang hati. Sama sekali tidak merasa terbeban, rasa mual ini memang cukup merepotkan."
"Tapi aku tidak tega dan tidak mau kau seperti ini terus menerus."
"Aku tahu. Ini sudah menjadi takdir seorang wanita merasakan kesakitan saat mengandung dan melahirkan. Kau tidak usah panik."
"Aku takut kehilangan dirimu," ucap Sehun lirih.
"Kau tidak akan kehilangan diriku, Oppa. Selama kau di sisiku, maka aku akan baik-baik saja, sebab kau adalah kekuatanku."
Sehun mengangguk dan menatap Somi penuh sayang. Mereka saling bertatapan dalam sorot mata penuh pengertian, seperti kepingan puzzle yang saling berkaitan untuk melengkapi, demikian Sehun membutuhkan Somi dalam hidupnya.
"Sesulit apapun hidup kita nanti, aku berjanji akan selalu memperjuangkan kita. Inilah ketegasan hati yang sudah kutetapkan sampai mati."
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Bukan endorse, cuma emang suka aja.
Hamil anak pertama, emang syusah.
Rewel dan ribet.
Akhirnya cuma bisa minum teh manis, biskuit regal, es krim.
Dunia nyata, suamiku nggak kayak Sehun yang sabar gitu. Yang ada dia kesel karena katanya aqutu ribet.
Kepengen apa, diabaikan.
Akhirnya, Bos-ku yang selalu memenuhi keinginan ngidam.
Bos-ku ada banyak. Dari CEO, Owner, GM, berdatangan ke ruangan untuk kasih sesuatu yang nggak sengaja aku sebutim waktu hamil.
Pesan hidup buat kamu :
Hal indah cuma ada di WP.
Dunia nyata? Bah!
🤣🤣🤣🤣🤣
P.S. buat yang penasaran sama Sajangnim Lee Shin, bisa baca ceritanya sendiri di Unspoken Secret 😛
Sisa 1 part ya. Namanya juga short story.
02.07.19 (13.13 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top