Aomine Daiki
Kamu berlari dengan tergesa-gesa menuju gym, tempat dimana kakakmu, Aomine Daiki berada. Kenapa? Karena ada benda yang sangat penting yang katanya terbawa olehnya.
Brak!
Kamu membuka pintu gym dengan sangat-sangat kasar hingga berapa pasang mata menatapmu.
"DAIKIIIIIIIII!!!!!!!!" teriakmu dengan suara yang menggelegar.
Yang mempunyai nama 'Daiki' itu pura-pura tidak melihat dan bersenandung dengan santai. Kelihatan jelas kalau dia pura-pura tidak tahu apa-apa.
"HEI DAIKITEM!" teriakmu lagi.
Dan lagi, Aomine mengabaikanmu. Apa yang dia lakukan? Dia asik bersenandung yang nadanya naudzubillah gak ada merdu-merdunya sama sekali.
"DAKI DEKIL HITAM BULUKAN!" teriakmu sekaligus menghina.
Dan Aomine akhirnya berhenti bersenandung dan menatapmu. "Eh ada (Name) toh. Pantas aja tadi ada yang manggil-manggil."
'Udah manggil dari tadi kali. Dasar abang tak beriman.' batinmu.
Kamu yang tak sabar dengan kelakukan kakakmu langsung masuk ke dalam gym dan berdiri tepat di depan Aomine.
"Mana itunya?! Sini balikin!" katamu to the point.
"Langsung to the point? Tidak basa-basi dulu?" tanya Aomine sambil nyengir.
"Gak."
"Yasudah. Aku akan berikan itu nanti. Tunggu sampai aku pulang latihan dulu," kata Aomine sambil menguap.
"Apa?! Aku butuh itu sekarang!" protesmu.
"Nanti saja, aku malas."
"Tapi kan blablablabla." Kamu mulai mengoceh pada kakakmu ini.
"Lalu kenapa? Nanti saja juga tidak masalah kan? Lalu blablablabla." Aomine juga ikutan ngoceh.
Tanpa kamu sadari, seluruh isi gym sudah memandangi kalian berdua dan menghentikan latihan mereka. Mereka saling bertatapan dengan bingung.
"Siapa gadis itu?" Wakamatsu memulai pembicaraan.
"E-entahlah. Aku juga tidak tau. Sumimasen karena aku tidak tau. Sumimasen sumimasen sumimasen!" kata Sakurai.
"Hmm...mungkin itu pacarnya?" kata Susa tidak yakin.
Keheningan menyelimuti mereka sejenak.
"MUSTAHIL!"
"Kenapa mustahil?"
"Ya jelas! Aomine itu hitam, dekil, hentai, aho, jelek, lalu hidupnya juga tidak berguna! Mustahil kalau ada yang mau menerima dia sebagai pacar!" seru Wakamatsu nyolot.
"Benar juga... ." Imayoshi mengangguk setuju.
"A-ano, bagaimana kalau kita tanyakan saja pada Aomine-san," kata Sakurai. "Sumimasen sumimasen!"
"Baiklah. Aku akan bertanya padanya," kata Imayoshi.
Imayoshi mendekati kalian dengan gaya yang (sok) cool. Dan sesampainya di dekat kalian, dia pura-pura berdehem.
"Ehem."
Sontak kau dan Aomine langsung menghentikan ocehan tak berguna kalian itu.
"Ha? Apa?" katamu.
Imayoshi mengisyaratkan pada teman-temannya untuk ikut mendekat. Lalu mereka semua mengangguk pelan dan mendekat pada kalian.
"Ada apa, Imayoshi? Menganggu saja." Aomine menguap.
"Jadi, kami ingin bertanya kalau-"
"Woy dekil! Siapa gadis ini? Pelet apa yang kau gunakan sehingga gadis ini mau padamu, hah?!" sela Wakamatsu nyolot.
"Apa?!" seru Aomine tak terima, "Aku tidak memeletnya!"
"Halah bohong!"
"Itu benar. Untuk apa dia memelet adiknya sendiri?" timpalmu.
"Adik?" kata seluruh anggota basket Touou bersamaan. Minus Momoi dan pelatih karena mereka sedang pergi memantau sekolah lain.
"Iya, dia adikku."
"ADIK?!" seru mereka semua. "Serius?!"
"Iya serius kok, senpai." Kamu mengangguk.
Wakamatsu, Susa, dan Sakurai terdiam. Sepertinya mereka tak percaya kalau kamu adalah adik dari Aomine. Kenapa? Alasannya adalah-
"Kok putih?"
-ya, kulitmu putih dan tidak dekil seperti Aomine.
Pertanyaan dari seorang Imayoshi membuatmu tertawa terbahak-bahak. Berkebalikan dengan Aomine yang tampaknya sangat kesal.
"Hoi Imayoshi! Apa maksudmu?!" seru Aomine.
Imayoshi membetulkan letak kacamatanya, "Hem begini. Adikmu kulitnya putih bersih, tidak sepertimu yang hitam kotor. Perbedaannya sangat jelas. Tidak mungkin dia satu spesies dengamu. Dan karena itu, aku jadi tidak yakin kalau dia adalah adikmu, Aomine."
"Aku curiga kalau kau itu anak pungut," kata Imayoshi frontal.
"Anak pungut? GYAHAHAHAHA!" tawamu semakin menjadi-jadi.
"Bukan begitu, bodoh!" kata Aomine.
"Pfft....anak pungut. BWAHAHAHAHA!!" Wakamatsu, Susa, dan Sakurai ikut menertawakan Aomine.
"Oii kalian! Berhenti tertawa!"
Tak ada satu pun yang menanggapi Aomine. Mereka semua asik menertawakannya dan memikirkan bagaimana dia bisa dipungut dulu.
"Aku bersumpah kalau aku jadi ibunya, aku takkan mau memungutnya bwahahahah!!" Wakamatsu tertawa geli.
"Aku setuju!" timpal Susa yang masih tertawa.
"Mungkin saja sewaktu dia lahir dia diguna-guna dukun sehingga wajahnya terlihat rupawan! Padahal aslinya tak lebih dari ampas kopi!" kata Sakurai. "Su-sumimasen gyahahahaa!!! Aku tak bisa berhenti tertawa!"
"Imayoshi sialan! Ini semua salahmu!" kata Aomine.
Kamu yang merasa sedikit kasihan pada kakakmu langsung berhenti tertawa dan menyuruh senpai-senpaimu berhenti tertawa.
"Ano, senpai. Tolong berhenti tertawa. Bagaimana kalau kita berkenalan saja?" tanyamu.
Bagai sebuah sihir, mereka semua langsung berhenti tertawa karena perkataanmu.
'Sialan mereka semua. Mereka hanya mau menuruti perkataan (Name) saja.' batin Aomine kesal.
"Ehem. Baiklah. Perkenalkan, namaku Aomine (Name). Salam kenal, senpai!" katamu sambil membungkukkan badanmu. "Terimakasih karena telah mengurus Daiki selama dia ada di sini. Kuharap dia tidak merepotkan kalian."
Imayoshi tertawa canggung. "Ahaha tidak apa-apa kok. Namaku Imayoshi Shouichi. Yoroshu tanomu, (Name)-san."
"Aku Wakamatsu Kousuke!"
"Sa-Sakurai Ryou desu. Sumimasen sumimasen!"
"Susa Yoshinari."
"Baiklah, salam kenal senpai!" katamu sambil tersenyum.
Tanpa kamu sadari, kamu berhasil menciptakan rona merah tipis di wajah senpai-senpaimu itu.
Aomine yang menyadari rona tipis itu langsung mendelik tajam, "Jangan merona karena adikku!"
"Si-siapa yang merona?!" bantah mereka serentak. Cih tsundere.
"Sudahlah, Daiki. Jangan tidak sopan pada kakak kelasmu. Bikin malu saja," katamu sambil menatap tajam Aomine.
"Huh terserah."
"Ngomong-ngomong, (Name)-san ada urusan apa ke sini? Sumimasen karena bertanya! Sumimasen sumimasen!" kata Sakurai.
"Oh benar juga!" katamu. "Hei Daiki! Kembalikan itu sekarang juga!"
"Janjinya kan setelah aku pulang latihan?" tanya Aomine.
"Tidak! Aku butuh itu sekarang!" katamu kesal. "Ayolah! Onegai..."
Aomine tampak berpikir, "Hm..."
"Baiklah. Tapi, kau harus datang kesini setiap hari," kata Aomine.
"Untuk?"
"Tentu saja untuk mengawasimu! Kau ini bagaimana sih? Aku takut terjadi sesuatu padamu kalau kau tidak ada di dekatku. Bagaimana kalau ada laki-laki yang mendekatimu?
"Nanti kau diculik. Asal kau tahu, laki-laki di Touou semuanya tidak ada yang waras, kecuali aku tentunya. Jika ada yang mendekatimu radius 3 meter saja, itu sangat berbahaya tahu."
Dan seketika Imayoshi, Wakamatsu, Sakurai, dan Susa memikirkan satu hal yang sama.
'Siscon.'
"Baiklah baiklah terserah. Jadi sekarang cepat serahkan itu!" katamu tak sabar.
"Baiklah, Imotou-chan." Aomine merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu. "Ini."
Kamu merebut paksa benda itu dari Aomine. "Terima kasih."
"Itu apa?" tanya Wakamatsu.
"Ini?" katamu. "Ini gantungan kunci Koro-sensei! Edisi limited edition yang hanya ada 3 buah di setiap tokonya!"
"Jadi...kau kemari hanya untuk benda konyol itu?" Wakamatsu mengernyit.
"Hanya itu? INI ADALAH BELAHAN JIWAKU TAHU! Kau tidak tahu seberapa sulit aku menabung untuk membeli ini?! Asal kau tahu, aku puasa 3 bulan tidak jajan di sekolah untuk membeli ini!"
"Dasar hidoi senpai! Aku benci!"
Kamu berlari ke pintu gym dan membuka pintu itu.
"Ah (Name)! Kau mau kemana?!" kata Aomine.
"Pulang!"
Brak!
Dan kamu membanting pintu dengan sangat kasar.
"(Name)!!" panggil Aomine dengan nada ala-ala drama India.
"Ck sial, dia jadi pergi!" kata Aomine kesal. "Wakamatsu! Ini salahmu!"
"Kenapa menyalahkanku?!"
"Ya jelas saja kau yang salah bodoh!"
"Mana kutahu! Aku hanya mengutarakan pendapatku tentang benda konyol itu!"
"Dasar bodoh! Itu sebabnya dia marah!"
"Beraninya kau mengatai kakak kelasmu hah Ahomine?!"
"Terserah! Bakamatsu!"
Dan mereka mulai adu bacot yang sangat-sangat tidak berguna. Imayoshi, Sakurai, dan Susa hanya facepalm menghadapi dua idiot itu.
***
Beberapa hari setelah itu. Untungnya kamu dan Wakamatsu telah berbaikan. Sekarang, kamu berada di gym (lagi) untuk menepati janji menunggu kakakmu itu.
Kamu mendapati sosok kakakmu yang hitam itu tidak ada disana. "Daiki mana?"
"Aomine sedang di atap! Momoi sedang memanggilnya," celetuk Susa.
"Ohh..." katamu.
Tiba-tiba terbesit sebuah ide di kepalamu. Kamu tertawa-tertawa sedikit sampai akhirnya memanggil senpai-senpaimu.
"Neee...senpai!!" panggilmu.
"Ada apa?" Serempak empat pasang mata langsung menatapmu.
"Apa kalian tahu kenapa seorang Aomine Daiki kulitnya hitam?" tanyamu.
Mereka sepertinya tertarik pada topik pembicaraan ini. Serentak mereka langsung menghampirimu yang sedang duduk di bench.
"Tidak. Memang kenapa?" tanya Imayoshi.
"Baiklah. Mumpung Daiki tidak ada di sini, akan kuceritakan kenapa dia bisa menjadi hitam! Aku dengar dari ibuku!"
"Jadi, dulu sewaktu dia masih bayi, sebenarnya dia putih sepertiku. Nah waktu itu ibuku menjemurnya di bawah sinar matahari, untuk vitamin D katanya. Dan kalian tahu apa yang terjadi?"
"Apa?"
"Ibuku meninggalkannya dan memasak di dapur! Dan dia baru teringat kalau Daiki masih dijemur saat matahari sudah sangat terik. Saat ibuku mengambilnya, tahu-tahu kulitnya sudah menghitam begitu!" Kamu langsung tertawa laknat.
Dan serempak mereka berempat koor tertawa terbahak-bahak. Bahkan Wakamatsu dan Sakurai sampai tertawa guling-guling.
"Astaga itu alasan yang sangat tidak masuk akal!" kata Susa.
"Benar! Kasihan sekali si Aomine ditelantarkan sedangkan ibunya asik memasak bwahahahaa!!!" timpal Wakamatsu.
"Sumimasen! Mungkin saja sebenarnya sejak awal mau dibuat berkulit hitam! Tapi entah karena apa dia berkulit putih! Lalu dengan paksa Tuhan mengembalikan takdirnya menjadi hitam kembali dengan cara itu! Sumimasen hahahahaha!!!" kata Sakurai OOC.
"Itu bukan takdir, Sakurai! Itu nasib! Ini sungguh kenyataan yang menyedihkan!" kata Imayoshi.
"Kalian tahu, saat ibu menceritakan ini padanya, dia ngambek sampai 3 hari tak keluar kamar! Bodoh sekali bukan?" katamu.
"Astaga konyol sekali!!" Tawa mereka semakin membahana.
"Sudah-sudah. Nanti Daiki keburu datang! Nanti berpura-pura tidak tahu saja oke?" katamu.
"Baiklah!!" jawab mereka yang mulai berhenti tertawa.
Brak!
Pintu gym dibuka, menampakkan sosok Aomine Daiki dan Momoi Satsuki.
"Ah Daiki!" katamu. "Hari ini aku tak bisa menunggumu ya. Aku ada urusan."
"Sampai jumpa!" Tanpa basa basi kamu langsung pergi, meninggalkan Aomine dengan kata-kata dustamu.
"Anak aneh satu itu..." Aomine menghela napas.
Wakamatsu berjalan dengan (sok) santai ke arah Aomine, "Aduh, siapa ya yang dulu kulitnya putih tapi sekarang jadi hitam?"
"Hah?!"
"Siapa juga ya yang dulu ditinggal ibunya saat dijemur?" kata Imayoshi.
"Lalu, saat ditemukan tiba-tiba dia sudah menghitam?" Susa terkikik geli.
"Sumimasen! Lalu karena terkejut atas fakta menyedihkan yang dituturkan ibunya itu dia sampai mengurung dirinya di kamar selama 3 hari?" kata Sakurai.
Wajah Aomine memerah karena menahan malu. "Ka-kalian..."
"(NAME) KURANG AJAR!!!" Aomine keluar lagi dari gym dan sepertinya dia mencarimu.
"Ada apa?" kata Momoi yang tak mengerti pembicaraan sejak tadi.
"Lupakan saja!" kata Wakamatsu.
***
Esoknya, kau kembali berada lagi di gym. Seperti biasa, Aomine belum berada di sana. Dan kamu hanya menghela napas berat.
Tiba-tiba saja, Sakurai menghampirimu. "(Name)-san."
"Aaa...Sakurai-senpai. Ada apa?" tanyamu.
"Sebenarnya ini ingin kutanyakan dari dulu. Sebelumnya, sumimasen!" kata Sakurai.
"Kenapa?" tanyamu.
"Kenapa (Name)-san tidak memanggil Aomine-san dengan sebutan kakak, niisan, aniki, atau apapun itu?" tanya Sakurai. "Sumimasen karena telah bertanya!"
"Oh. Aku tak memanggilnya dengan sebutan itu karena beberapa alasan," katamu.
"Pertama, dia dekil. Kedua, dia aho. Lalu dia mesum tak berguna. Bodoh dan tak bertanggung jawab sebagai kakak. Mana sudi aku memanggilnya dengan sebutan kakak?" katamu frontal.
"Oh begitu." Sakurai mengangguk.
"Lalu, dia itu blablabla." Kamu mulai memberitahu keburukan seorang Aomine Daiki pada Sakurai.
Tak tahukah kalian bahwa seseorang yang dibicarakan itu menguping pembicaraan kalian sejak tadi dari luar gym? Perkataanmu sukses membuat hati seorang Aomine Daiki menjadi terpoteq.
"Dasar adik kurang ajar," kata Aomine pelan.
'Untung aku sayang padamu.' Batin Aomine sambil tersenyum tipis.
End of Aomine's Part
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top