Niall Horan : Father
"Wah pasti enak jadi anaknya Niall," aku sering mendengarnya. Dari temanku. Dari tetanggaku. Dan bahkan dari orang-orang yang tak kukenal di internet.
Duh! Coba saja mereka menjadi aku, pasti mereka tidak akan pernah berkata seperti itu lagi. Maksudku, daddy Niall adalah orang terpayah di dunia ini. Tidak ada yang keren dari dia, sama sekali tidak ada, sampai sekarang aku tidak paham kenapa daddy memiliki banyak sekali fans yang akan berteriak setiap mereka melihat daddy atau ketika daddy melakukan sesuatu--sebodoh apapun itu.
"Dylan! Sarapan sudah siap," mommy berteriak, aku tidak tahu wanita itu sekarang ada di mana, mungkin di dapur.
"Iya, Mommy, aku akan turun!" jawabku, berteriak juga, kemudian segera memakai sepatu mahal yang daddy belikan dua bulan lalu, kuambil tasku dan segera bergegas pergi.
Benar saja, mommy sedang ada di dapur, menyiapkan sarapan, dia tidak sendirian, ada daddy di sana yang sedang sibuk memainkan ponselnya, kacamata besar dengan bingkai hitam duduk manis di batang hidungnya. Mommy tersenyum melihatku sedangkan daddy masih tetap melihat ponselnya.
Huh! Sebenarnya anaknya itu siapa sih? Ponsel atau aku?!
"Hai, Sayang!" mommy menyapaku, dia kemudian berjalan dan mencium pipiku.
"Hai, Mommy!" aku menyapanya balik kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan milik daddy.
"Pagi, Captain Dylan!" daddy menyapaku--akhirnya, kupikir dia lupa jika dia memiliki anak bernama Dylan Felix Horan--dia melempariku senyumannya--yang membuat banyak orang berteriak histeris--sebelum akhirnya kembali memandang ke arah ponselnya.
"Hai, Captain Daddy!" aku menyapanya balik, "apa kau akan mengantarku hari ini?"
"Oh, tentu saja, Captain, aku akan mengantarmu," jawab daddy sambil menaruh ponselnya ke atas meja dan mengambil cangkir kopinya.
"Mommy dan Daddy juga akan datang ke pertunjukanku 'kan?"
"Huh? Pertunjukan apa?" daddy menjawab.
Apa yang kubilang! Daddy sangatlah payah! Dia bahkan tak ingat tentang pertunjukanku yang sudah sering kukatakan--bahkan kemarin juga. Daddy adalah manusia dengan daya ingat yang payah! Payah! Payah!
Aku mencebik dan kemudian meminum susu cokelat yang sudah mommy siapkan.
Aku cinta mommy, dia adalah seseorang yang paling keren di dunia ini. Aku jadi sering bingung, kenapa orang sekeren mommy mau menikah dengan orang sepayah daddy?
"Niall!" mommy berteriak. "Kau lupa dengan pertunjukannya?"
"Huh? Pertunjukan apa? Apa dia akan menyanyi? Kau bisa bernyanyi? Kau bisa bermain gitar?" daddy bertanya, dia menatapku dengan tatapan itu. Tatapan penuh harap.
Begitulah daddy, selalu berharap agar aku bisa menjadi sepertinya. Menyanyi dan bermain gitar.
"Daddy, aku benci gitar!" aku berteriak.
Daddy memandangku dengan mata membulat. "Kau benci gitar?!" daddy berteriak kencang.
"Yeah, Daddy, gitar membuat tanganku sakit." Dan yeah, memang tanganku sakit, itulah kenapa aku membenci gitar. Sampai sekarang aku tidak pahan kenapa daddy sangat suka bermain gitar, dia bahkan punya banyak gitar, mungkin koleksi gitarnya lebih banyak dibanding koleksi mainanku.
Mata daddy semakin membulat. "Oke oke, jadi, Captain Dylan, kau mau memberi pertunjukan apa malam ini?"
"Niall, kau benar-benar lupa?" mommy bertanya.
"Yeah."
"Dia membicarakan pertunjukan ini sejak dua bulan lalu dan kau lupa?!"
"Wow, chill, Babe, aku punya banyak pekerjaan."
"Yeah, pekerjaan pekerjaan dan pekerjaan! Kau terus mengurus pekerjaanmu sampai lupa bahwa anakmu hari ini akan melakukan pertunjukan teater! Dia bahkan membicarakannya juga kemarin."
I LOVE YOU, MOMMY!
"Dia pasti bicara saat aku sedang sibuk. Pertunjukan teater apa? Kau akan menjadi siapa?"
Mommy memgusap. "Dia akan menjadi captain. Captain, Niall!"
"Benarkah?! Woah kau memang seorang captain, Buddy!" daddy berkata, dia mengacak rambutku.
"Jadi, apa kau bisa datang atau tidak? Sejak kemarin kau tidak menjawab pertanyaan ini."
"Erm ... maaf, tapi aku sedang sangat sibuk, aku harus rekaman, album baru, ingat?" daddy menjawab, dia terlihat sangat sedih ketika mengatakannya.
"Apa tidak bisa ditunda?" mommy bertanya.
"Tidak boleh kecuali ada masalah yang sangat penting, kau sudah tahu masalah ini, bukan?"
"Jadi maksudmu pertunjukan Dylan itu tidak penting?"
"Honey, aku tidak pernah berkata seperti itu, dengar--"
"Terserah!" mommy berteriak dan kemudian menoleh ke arahku, "Dylan, Sayang, ayo kita pergi!"
"Tapi bukankah--"
"Daddy sibuk, ingat?" mommy berkata, memberi penekanan pada kata sibuk.
Aku mengangguk dan berjalan mengikuti mommy. Aku memang benci daddy tapi setiap mommy dan daddy bertengkar, aku menjadi sangat sedih, terutama jika mereka bertengkar karena aku.
-
"Hai, Dylan, kenapa kau terlihat sedih? Ini pertunjukan pertamamu sebagai pemeran utama, kau harus bahagia!" kata Mrs. Davis, pelatih untuk pertunjukan teater ini, sambil duduk di sampingku.
"Yeah, Mrs. Davis, aku senang karena bisa menjadi pemeran utama tapi--"
"Tapi apa, Sayang?"
Aku menggeleng.
"Sayang?"
"Emm ... Daddy ... dia tidak datang, harus rekaman katanya."
"Mau mendengar pendapatku?" Mrs. Davis bertanya.
"Yeah?"
"Kalau dia tidak datang, kau harus bermain lebih baik, dengan itu dia akan sedih karena tidak bisa melihatmu dan dia akan menyesal karena sudah lebih memilih rekaman dibanding menontonmu."
"Benarkah?"
"Yeah."
Aku memikirkan ucapan Mrs. Davis.
Baiklah, Daddy, kau akan menyesal karena tidak datang. Tapi, sebentar--
"Kalau Daddy datang?" aku bertanya.
"Kau harus tunjukkan dua kali lipat lebih baik agar dia tidak menyesal."
-
Aubrey bernarasi di atas panggung, tangannya bergerak ke sana ke mari saat dia terus berbicara. Setelah selesai, dia kemudian turun dari panggung, namun tidak turun, tapi turun--arggghh entahlah!
Dengan itu, aku kemudian memasuki arena panggung yang sudah dipenuhi dengan ombak buatan dan kemudian naik ke atas kapal buatan.
Sebelum memulai dialogku, aku melihat ke sana ke mari, berpura-pura mengecek lautan luas. Dan di saat itulah aku menemukan daddy yang tengah duduk di deretan pertama bersama mommy. Dia tersenyum lebar sambil membawa kamera, di sekitarnya, ada beberapa orang yang sibuk memotretnya--dasar penyanyi!--namun dia terlihat tidak ambil pusing.
DADDY DATANG!!!!! DADDY DATANG!!!!!!!!
Aku teringat ucapan Mrs. Davis.
YEAH DADDY, KAU TAK AKAN MENYESAL DATANG KE MARI!!!!
-
"Daddy!!!!" aku berteriak kemudian memeluk kaki panjang milik daddy.
"Hey, Captain Dylan! Kau sangat pintar," Daddy membungkuk dan mencubit pipiku.
Aku tertawa lebar.
"Daddy tidak rekaman?"
"Tidak penting, Capt, aku ingin melihatmu di kapal," jawab daddy sembari menepuk kepalaku pelan.
"YAY! AKU SAYANG DADDY!"
Daddy sudah tidak payah lagi. Dia datang ke pertunjukanku jadi dia sangat keren!!!
"Aye, Capt! Aku juga sayang captain!" kata daddy sambil tertawa dan membawaku ke gendongannya.
"Daddy! Aku bukan anak kecil!"
"Bagi Daddy, kau masih bayi, ayo kita pulang!"
"Ayo!"
Mommy dan daddy kemudian tertawa. Kami semua kemudian pergi keluar dan masuk ke mobil hitam keren milik daddy. Di perjalanan pulang, aku terus bernyanyi lagu London Bridge is Falling Down bersama daddy dan mommy. Tak lama kemudian, mobil sudah berhenti di depan rumah kami semua. Aku buru-buru keluar dari mobil dan berlari ke teras.
"Sayang, hati-hati!" mommy berteriak.
"Captain, jangan lari-lari seperti itu!" daddy ikut berteriak setelahnya, mommy dan daddy kemudian berjalan bersama ke arahku.
"Daddy, aku ini captainnya, aku bebas melakukan apa saja."
Daddy tertawa lebar. "Aye aye Captain!"
Mommy kemudian membuka pintu dan--
"HAPPY BIRTHDAY CAPTAIN!" suara teriakan terdengar, aku menoleh ke atas dan menemukan teman-teman daddy ada di sana.
Aku menoleh ke arah daddy.
"Biar Daddy tebak, kau lupa bahwa hari ini kau juga berulang tahun?"
Aku mengangguk. AHHH AKU LUPA KALAU HARI INI AKU BERUMUR DELAPAN TAHUN!
Daddy tertawa. "Happy birthday Captain," kata daddy sambil memberiku hormat, membuatku tersenyum lebar.
"Happy birthday, Sayang," kata mommy kemudian mencium pipiku. "Sekarang ayo masuk! Theo juga ada di dalam."
"Benarkah?! Yay!!" aku berteriak dan berlari ke dalam.
Rumah tampak ramai dengan teman-teman daddy. Di sini juga sudah ada Theo, uncle Greg, aunt Denise, bahkan Grandpa dan Grandma juga ada.
Anggap aku tidak pernah berkata apa-apa.
DADDY ADALAH DADDY YANG PALING KEREN SEDUNIA!!!!
[-][-][-]
Cerita ini dulunya ada bukunya sendiri tapi aku putuskan untuk unpublish bukunya dan post di sini.
Jangan tanya aku ini nulis apa sebenernya:")
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top