Harry Styles : Warewolf

"Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," kata Harry beberapa detik setelah ia menyelesaikan makan malamnya membuatku serta merta mengerutkan keningku.

Malam ini aku memang bisa melihat perbedaan dalam diri Harry. Dia terlihat begitu gugup dengan jemari-jemari tangannya yang terus bermain-main, selain itu dia juga terus menerus melamun seolah-olah sesuatu dalam pikirannya jauh lebih menyenangkan dibanding diriku yang tengah berada persis di hadapannya.

Spekulasi demi spekulasi mengenai apa yang akan meluncur keluar dari laki-laki di hadapanku ini mulai bermunculan dalam otakku. Tanpa bisa kucegah, kekhawatiran mulai memakanku tanpa ampun.

"A-apa?" tanyaku, tak mampu menyembunyikan rasa khawatir yang sekarang telah menguasaiku.

Harry menghela napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara kasar. Mata hijaunya yang terlihat bersinar karena lampu flat-nya kini memandang ke arah mataku dalam-dalam. Laki-laki itu tak kunjung mengatakan sesuatu, membuat jantungku semakin berdetak lebih cepat tiap sekonnya akibat lubang kekhawatiran yang semakin melenyapkanku.

Ketika aku mulai berpikir Harry tak akan mengatakan apapun, mulutnya akhirnya terbuka, mengatakan sesuatu yang kupikir tak akan pernah keluar dari organ tubuhnya yang satu itu. "A-aku adalah seorang warewolf."

Mataku membulat. Sangat amat terkejut adalah frasa yang tepat dalam menggambarkan perasaanku saat ini.

Warewolf? Apakah dia bercanda? Kurasa dia telah menonton terlalu banyak tv series.

"Ha ha ha, sangat lucu, babe. Kurasa kau harus berhenti menonton acara tv mulai sekarang."

Harry menggeleng. Wajahnya nampak sangat serius, aku bahkan tak pernah melihatnya seserius ini. Harry yang suka sekali bercanda dan tertawa terhadap segala hal seolah menghilang, hal ini membuat suasana di antara kami terasa menegang--atau mungkin ini hanya perasaanku saja. Aku tidak suka ini.

"Aku tidak bercanda," kata Harry, masih dengan keseriusan yang tergambar jelas di atas wajahnya. "Kau butuh bukti?"

Aku tak menggeleng, pun tak mengangguk. Meski demikian, Harry tetap berdiri dari tempat duduknya. Di detik selanjutnya kulihat dengan jelas mata hijau Harry berubah menjadi kuning, kulit kekasihku itu seolah pecah dan berganti menjadi bulu-bulu berwarna abu-abu, tubuhnya mulai membesar membuat pakaian yang ia kenakan seketika terkoyak begitu saja.

Beberapa sekon kemudian, aku tak lagi melihat sosok Harry di manapun, yang kini di hadapanku adalah seekor serigala dengan bulu abu-abu dan manik mata kuning.

Aku tidak pernah percaya dengan keberadaan warewolf, tapi yang satu ini menatapku dengan intens, dan anehnya aku tak merasa takut meski tubuh yang dimiliki serigala di hadapanku ini sangat besar dan banyak sekali kemungkinan yang dapat ia lakukan terhadapku saat ini.

Napasku tercekat, aku tak dapat mengatakan apapun. Satu-satunya yang kulakukan saat ini hanyalah duduk mematung di tempatku dengan mataku yang memandangi serigala itu secara saksama.

Satu titik dalam diriku masih tidak percaya dengan segala hal yang terjadi tepat di hadapanku. Ada sesuatu dalam diriku yang masih berpikir bahwa apa yang baru saja dipertontonkan di hadapanku hanyalah sebuah ilusi mata, Harry bukanlah seorang warewolf, dia hanya manusia biasa yang dengan gilanya berpikir bahwa dia lebih dari itu.

Namun, titik lain dalam diriku tahu bahwa semua ini nyata. Bahwa apa yang baru kulihat dengan kedua bola mataku adalah hal yang benar-benar terjadi. Harry memanglah seorang warewolf, laki-laki yang sudah kusebut sebagai kekasih lima bulan ini memang bukanlah seorang manusia biasa sepertiku.

Harusnya aku merasa takut dengan kenyataan yang baru saja menghantamku. Anehnya, aku merasa baik-baik saja.

Tiba-tiba, kulit serigala di hadapanku ini kembali berubah menjadi kulit putih manusia, tubuhnya yang tadi membesar kini mengecil, dan maniknya kembali menjadi manik hijau yang menjadi daya tarik seorang Harry.

"OH TUHAN HARRY!" aku sontak berteriak sembari menutup mataku saat melihat sosok Harry yang berdiri di hadapanku ini tak mengenakan apapun, tubuhnya benar-benar telanjang dan aku bisa melihat sesuatu yang tak seharusnya kulihat.

"Aku minta maaf, aku akan ke kamar sebentar, oke," kata Harry, aku kemudian merasakan langkah kaki terburu-buru yang menjauh.

Meski aku tahu Harry tak ada lagi di sana, aku masih terlalu takut untuk membuka mataku.

"Hey hey aku sudah memakai baju," kata Harry, aku bahkan tak sadar bahwa dia sudah kembali, otakku terlalu sibuk bekerja untuk menghapus sesuatu yang tadi tertangkap oleh pengelihatanku.

Mataku terbuka, dan benar saja, Harry sudah duduk di hadapanku dengan kaus polo berwarna hitam. Tanpa bisa kucegah, aku menghela napas lega.

"Aku minta maaf, oke, berbuah menjadi serigala memang membuat pakaianku akan sobek," kata Harry.

"Jadi ... kau benar-benar seorang--"

"Warewolf? Ya."

"Kupikir semua itu hanyalah legenda. Hanya sebuah omong kosong yang dibuat-buat oleh orang-orang dengan imajinasi yang terlalu liar."

"Semua itu memang ada. Aku tahu kau pasti sulit mempercayainya, tapi itu adalah kenyataannya. Dan satu lagi, kau adalah pasanganku."

"Pasanganmu?"

"Setiap warewolf memiliki pasangan, serigala mereka yang memilih pasangan mereka. Serigalaku ... dia memilihmu."

Mataku membulat.

Ugh, kupikir malam ini aku dan Harry hanya akan menikmati makan malam sambil mengobrol ringan, tapi ternyata tidak, Harry justru membuat sebuah obrolan yang tak henti-hantinya membuatku terkejut.

Semua informasi ini terlalu banyak dan membuatku mulai pusing.

"Jadi kau sebenarnya tidak ingin bersamaku? Hanya serigalamu yang ingin denganku?"

Harry menggeleng seketika. "Tentu saja tidak! Aku benar-benar mencintaimu," katanya dengan senyuman manisnya yang menunjukkan lesung pipinya.

"Benarkah?"

Harry mengangguk."

Aku tersenyum kemudian mengangkat sedikit tubuhku untuk dapat mengecup bibir Harry.

"Apa itu tandanya kau baik-baik saja dengan fakta bahwa aku adalah--"

Kuhentikan senyuman Harry dengan ciumanku.

[-][-][-]

Ini pertama kalinya aku nulis cerita warewolf 😂😅

Just wanna write something different.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top