NAB - Chapter 2

Yuhuuu update lagi ^^

Yoook vote dan komen yang buanyaaaak ya :3

#Playlist: Christina Aguilera - Genie In A Bottle

Siang hari yang membosankan Wesmilia terpaksa datang ke acara arisan keluarga Prambadi. Sebenarnya bukan cuma keluarga Prambadi, ada marga lain yang ikut. Wesmilia tidak pernah masalah soal keluarga lain, justru dia lebih masalah dengan Prambadi. Orang lain lebih menghargainya ketimbang Prambadi sendiri.

Acara arisan yang diadakan bukan sembarang acara. Ada artis ternama Indonesia yang sering diundang untuk memeriahkan acara. Uang arisan yang didapat lumayan fantastis. Seperti biasa acara arisan dilangsungkan di ballroom hotel bintang lima.

Wesmilia mengamati panggung kecil di depan sana, menonton suguhan dari boyband papan atas Indonesia bernama Five Prince. Padahal personelnya sudah tua-tua, tapi semakin digilai karena pesonanya tambah luar biasa.

"Oh, kamu datang. Tumben nggak ngajak Panjat?" Ilea berdiri di depan Wesmilia sambil menenteng gelas berisi jus jeruk.

"Panjat lagi ada urusan, Tante." Wesmilia menyuguhkan senyum malas.

"Duh, sayang banget. Padahal kalau dia datang, kan, bisa lihat selingkuhan kamu." Ilea tertawa meledek. "Ups! Maksudnya bukan selingkuhan sekarang, tapi selingkuhan masa lalu."

Wesmilia langsung tahu maksud Ilea. Wanita iblis itu membuatnya muak. Dia berpura-pura tidak tahu, tetap mempertahankan senyum. "Tante ngomong apa, sih? Saya nggak paham. Jangan bikin gosip, lho!"

"Masa sih nggak paham?" Ilea tertawa kecil. "Jangan pura-pura nggak tau. Kasihan selingkuhan nggak dianggap. Kalian, kan, cukup lama bersama."

"Saya nggak punya selingkuhan, Tante. Mungkin Tante punya." Wesmilia menanggapi dengan santai.

"Duh, kamu suka gitu." Ilea menepuk pundak Wesmilia. "Opa udah tau belum tentang selingkuhan kamu? Tapi kayaknya kalau tau, udah pasti kamu didepak jadi istri Panjat. Gimana kalau Opa tau, ya?"

Wesmilia ingin menjambak wanita itu. Dia sempat panik karena Opa tidak tahu mengenai masa lalunya. Panjat bilang tidak perlu memberitahu. Namun, mendengar ucapan Ilea, dia semakin ingin mengadu pada Yastomo agar tidak melakukan hal aneh, terutama jika disuruh berpisah dengan Panjat perkara masa lalunya.

"Jangan buat gosip, Tante. Itu tuduhan serius, lho!"

"Tuduhan serius? Ini fakta, kok." Ilea mengeluarkan ponselnya, lantas menunjukkan foto dari galeri kepada Wesmilia. "Ini siapa? Kamu sama personel yang di depan itu, kan?"

Wesmilia kaget melihatnya. Demi tidak ketahuan bahwa fakta itu benar, dia tetap menyunggingkan senyum.

"Ada salah satu pemburu gosip yang punya foto ini dari lama, tapi karena nggak berani publikasikan dan takut sama ayah kamu jadinya disimpan. Tapi Tante nggak takut sama ayah kamu. Bisa aja Tante publish di grup Prambadi," tambah Ilea.

Wesmilia mengepal tangannya geram. Dia tetap mempertahankan senyumnya. "Kalau Tante mau publikasikan di grup, silahkan aja. Toh, Opa udah tau. Saya nggak menyembunyikan apa pun dari keluarga Prambadi."

Ilea tertawa kecil, menepuk pundak Wesmilia. "Benar, ya? Tunggu update terbaru. Kamu suka kejutan, kan?"

"Silakan aja, Tante." Wesmilia tidak gentar. Tidak boleh kelihatan fakta yang ditunjukkan benar ataupun Yastomo tidak tahu.

Ilea menaikkan tangannya ke udara, memanggil sosok yang tidak diduga-duga. Santi datang mendekat bersama seorang laki-laki––salah satu personel yang ada di foto bersama Wesmilia.

"Hai, Adit. Saya penggemar berat kamu, lho!" sapa Ilea sambil tersenyum riang.

Wesmilia tidak mengubah ekspresinya, tetap tersenyum angkuh seperti biasanya. Masa lalu hanyalah masa lalu.

"Terima kasih, Tante," balas Adit––salah satu personel boyband Five Prince––yang baru saja menyelesaikan suguhan menyanyi di atas panggung.

"Ini ada menantu dari kakaknya suamiku. Namanya Wesmilia. Dia penggemar berat kamu, nih. Coba foto bareng dulu, dong," suruh Ilea.

Adit mendekati Wesmilia tanpa ragu, berdiri di sampingnya, berpura-pura baru bertemu. "Boleh, Tante. Senang punya penggemar cantik."

"Kalian cocok, deh. Serasi banget. Kelihatan kayak pernah punya hubungan di masa lalu," sambung Santi dengan senyum penuh arti.

"Kalian nggak pernah berhubungan, kan? Cocok, gitu," timpal Ilea.

"Mana mungkin, Tante. Saya baru pertama kali bertemu dengan penggemar secantik ini," balas Adit tetap tenang.

"Ya, kirain gitu ada hubungan gelap." Ilea tertawa kecil, masih edisi meledek dengan getol. "Yuk, foto. Kalian deketan, dong."

Wesmilia menggeser posisinya lebih dekat pada Adit. "Tolong fotoin yang bagus, ya, Tante. Jangan sampai blur."

"Oh, tenang aja. Coba rangkulan, dong. Biar lebih akrab gitu," suruh Santi dengan menggerakkan tangannya memberi kode agar berdekatan. "Adit rangkul, dong, Wesmilia. Biar kelihatan makin akrab."

Adit sempat melirik Wesmilia sebelum melakukan. Begitu perempuan itu tersenyum, dia menjawab, "Boleh, Tante." Dia merangkul pundak Wesmilia, menariknya lebih dekat.

Wesmilia dengan sengaja memeluk pinggang ramping Adit. Sambil tersenyum, dia berkata, "Gimana? Udah cukup dekat untuk memuaskan kalian?"

"Kamu ngomongnya gitu, deh." Ilea mengarahkan kamera ponselnya ke arah Wesmilia. "Yuk, satu ... dua ... tiga!"

Tak cuma satu kali, Ilea memotret sebanyak tiga kali. Setelah selesai baik Wesmilia maupun Adit menarik diri. Mereka tetap mempertahankan senyum dan bersikap santai.

"Duh, cocok banget. Tante udah share di grup Prambadi kalau Wesmilia foto sama idolanya," kata Ilea seraya menunjukkan salah satu foto yang baru saja dipotret ke dalam grup WhatsApp para tetua Prambadi kepada Wesmilia.

Wesmilia melihat layar ponsel Ilea. Ada beberapa tanggapan. Bahkan beberapa di antara mereka menuliskan nama Panjat untuk melihat foto itu. Sialan. Ilea benar-benar tidak kenal takut.

"Kalau gitu Tante pergi dulu, deh. Biar kalian bisa bernostalgia––eh, bukan nostalgia. Kenalan, ya." Ilea tertawa jahat, lalu berlalu bersama dengan Santi.

Wesmilia kehabisan kesabarannya. Dia mengepal tangannya kesal.

"Wes? Ini ada apa? Mereka tau sesuatu?" tanya Adit.

"Kapan-kapan aku jelasin. Aku duluan mau ke kamar mandi." Wesmilia beranjak pergi meninggalkan Adit dalam kebingungan.

Wesmilia mengambil ponselnya, lalu menekan nomor salah satu asisten terpercaya ayahnya. Dalam hitungan detik panggilannya langsung dijawab oleh laki-laki itu.

"Mu, tolong cari informasi mengenai Ilea Prambadi, Santi Prambadi, dan suami-suami mereka. Jangan lupa cari informasi tentang anaknya mereka juga. Cari tau semua tentang mereka tanpa terkecuali. Apa pun. Kalau bisa cari busuk-busuknya mereka. Saya kasih waktu tiga hari. Jangan lupa kabarin," titah Wesmilia.

"Baik, Bu. Siap saya laksanakan."

"Ya, udah. Saya tutup teleponnya. Cari tau dengan lengkap, ya. Saya tunggu. Jangan bilang ayah saya."

"Baik, Bu Wesmilia."

"Oke, makasih, Mu. Saya tunggu kelanjutan info dari kamu."

Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Wesmilia. Dia tidak mau bermain kotor seperti ini, mengorek informasi orang lain. Berhubung Ilea melakukan cara kotor, maka dia akan melakukan hal yang sama.

Lihat saja. Tunggu tanggal mainnya. Dia akan membalas Ilea dan Santi dengan caranya.

🌹🌹🌹

Jangan lupa vote dan komen kalian🤗😘❤

Follow IG: anothermissjo

Anyway cerita Hellovator di Karya Karsa udah sampai 28 yaaa~~

Salam dari Baby Panjat :3

Lagi, perlu kuingatkan lanjutan cerita Night At Balcony akan publish setiap Senin dan Selasa di aplikasi Cabaca ya ^^ tidak ada di wattpad. ini hanya teaser aja 3 chapter awal hehe 

Berbayar? Yes. Mahal? Tergantung perspektif masing-masing mahal atau murahnya. Kalian bisa cek dulu di Cabaca. Gak perlu download app juga bisa baca di web ^^

Cerita ini bisa dibaca terpisah dari Hellovator dan One Last Game. Jadi, selamat Ter-Panjat-Panjat!<3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top