Kzl

Sudah seminggu lebih aku menjalani Ujian, dan sekarang aku sudah mulai mengemasi barang bawaanku.

Kutatap baju yang ku letakkan di pangkuanku.

Kenapa.. rasanya berat sekali ya, meninggalkan tempat ini?

Hanya beberapa bulan, lalu saat libur kuliah sudah selesai , aku akan kembali seminggu sebelum kuliah dimulai. Tapi berat, rasanya sangat berat sekali.

Efek tinggal sama cowok ganteng kali ya?

BRAK!

"[Name]-cchi! Kita berena--"

Aku terdiam menatap lelaki pirang yang berdiri di ambang pintu dan memegang ganggang pintu.

Tiba-tiba saja dia mengguncang tubuhku.

"HEE?! MAU KEMANA?!"

"Pulkam lah."

Mendengar itu, dia langsung memelukku dan mewek.

"Hii, jangan dulu dong!"

Aku melepaskan pelukannya, sesak tau. Udah gede, meluk-meluk anak orang yang ukuran badannya 2 kali lebih kecil daripada dia, apaan dah.

"Kita pergi berenang dulu yha? Yhaaa?"

Hmm, berenang ya?

Jujur, Aku males banget dengan yang namanya berenang. Selain tiketnya mahal, makanannya juga mahal..

Aku gak bisa berenang.

Kalau mau nyewa pelampung kan keluar duit lagi, habislah duitku.

"Enggak. Pergi sama yang lain aja sono."

Kise menyatukan kedua telapak tangannya, berlutut padaku.

"Ayo donggg~ Mau ya? Ya? Ya?"

"Enggak. Sekali enggak tetap enggak."

Wajahnya terlihat murung. Sepertinya dia gagal membujukku. Hah, baguslah. Aku tak perlu keluar duit lebih sebelum pulang kampung.

"Padahal.. Aku udah beliin ini buat kamu."

Jeng jeng.

Dia memegang satu set baju renang yang tergantung di gantungan baju. Hmm, modelnya sedikit terbuka.

Wajahku memerah seketika. Aku melemparkan koperku yang paling gede ke arahnya, membuatnya terpental keluar dari kamarku.

"BWGO! PAKE SENDIRI SANA!"

Aku membanting pintu kamarku kesal, sampai membuat gantungan namaku yang berada di depan pintu terjatuh. Kenapa aku tau? Karena ada suara benda terjatuh di dekat pintu.

Mengepalkan kedua tangan kesal, lalu memukul kasur di depanku.

Aku mau cepat-cepat pulang!

~~

"Gimana? Berhasil gak?" Tanya Bang Niji.

"Berhasil apanya?!" Kise menunjuk wajahnya yang lebam. "Gue dilemparin koper tau!"

Kedua lelaki disana -- Aomine dan Bang Niji terdiam sejenak, tak berapa lama kemudian tawanya pecah seketika.

"Untung bukan gue yang ngelakuin." Kata Aomine sambil mengusap air mata yang keluar di sudut matanya.

"Seharusnya Aominecchi yang ngelakuin, soalnya lu yang punya ide."

Kise cemberut dan menuntut pembelaan. Tidak terima kalau ia ditertawakan dan dinistakan seperti itu.

"Kudengar ada yang dilempar dari kamar [Name]. Siapa ya?"

Aura gelap dan menusuk muncul tiba-tiba dari kamar Kise. Mereka semua saling bertatapan, seakan tau siapa yang baru saja menanyakan hal tersebut.

Mereka menoleh dengan takut-takut, mendapati Lelaki berambut merah, Anak pemilik kost ini sedang berpangku tangan, menatap mereka menuntut jawaban. Tersentak, sekaligus merinding ngeri.

"Gue cuma nanya, dan kalian cuma perlu jawab."

Kalimat itu lebih kepada perintah, daripada permintaan. Mereka masih terdiam.

"Engga ada yang mau jawab hm?"

Aahh, mereka cari gara-gara.

"KISE! KISE YANG DILEMPAR!"

Aomine menunjuk Kise, begitupula Bang Niji yang ikut-ikutan nunjuk.

"Iya, iya dia dilempar!"

Kise panik. Demi pembelaan, dia menunjuk Aomine.

"ITU IDENYA AOMINECCHI! IDENYA AOMINECCHI!"

Akashi terdiam, menatap mereka satu persatu, membuat 3 lelaki yang ada di hadapannya itu bungkam.

"Ide.. apa?"

~~

Akashi menatap pakaian renang yang ada di depannya. Lalu terfokus pada kertas harga yang ada di belakangnya.

"Ja-Jangan di lepas!" Kata Bang Niji, menghentikan aksi lelaki berambut merah itu.

"Kenapa?"

"Be-Belum di bayar.."

"Tapi di sini uda sobek lho."

Lelaki itu menunjuk ke bagian belakang, tepat pada pengaitnya. Bang Niji jawdrop.

"Yaudahlah, bayar aja bang. Cuma 200 rebu juga." Kata Aomine.

" 'Cuma' pisangmu! Habis duit jajan gue!"

"Jangan bawa-bawa pisang gue lah."

Akashi menghela napas kasar, meraih ganggang pintu dan menekannya ke bawah.

"Soal baju, kalian yang urus. Biar aku yang bujuk [Name]."

"Bujuk? Lu mau ngajak dia berenang?" Tanya Bang Niji. Akashi menggeleng.

"Enggak."

"Terus?"

"Nanti ada Pensi kan. Lupa ya?"

Bang Niji ber-oh kecil, lalu memukul telapak tangannya dengan kepala tangannya.

"Oh! Tahun ini ada kembang api kan?"Akashi mengangguk.

"Gue mau ngajak dia."

Tiba-tiba saja Aomine berdiri dan berkacak pinggang.

"Curang! Seharusnya kita dulu yang ngajak kan?!"

"Telat. Kalian udah bikin dia kesal."

Dia tersenyum. Tak lama kemudian ia keluar, berjalan menuju kamarmu. 3 lelaki yang berada di kamar tadi terdiam sejenak.

"Jadi..baju ini gimana?" Tanya Kise sambil menunjuk baju renang yang berada di genggamannya.

"BAYAR AJA SONO!" Kata Bang Niji esmosi sambil melempar remot tv.

~~

Pintu kamarku diketuk, namun aku mengabaikannya.

Baju yang ku kemaskan dan kumasukkan dengan cantik ke dalam koper kini berantakan. Andai saja aku tidak melempar kopernya tadi.

Pintu terbuka, mendapati lelaki rambut merah yang memunculkan kepalanya.

"[Name]?"

Aku menoleh sebentar, lalu kembali mengemaskan bajuku.

"Kenapa?"

Akashi berjalan menghampiriku, duduk di seberang koper. Aku masih mengabaikannya.

"Kok udah kemas-kemas?"

"Iyalah. Lusa kan udah balik."

"Engga mau ikut nonton kembang api nanti?"

Aku menoleh sebentar ke Akashi, lalu kembali melipat baju ku.

"Engga ah. Males. Mending balik."

Setiap akhir tahun, Universitasku mengadakan pensi -- pentas seni. Setiap acara penutup pun berbeda-beda setiap tahunnya. Tahun ini, acara penutupnya adalah kembang api. Artinya, bakal ada banyak kembang api yang di luncurkan ke langit dan katanya, itu berlangsung sekitar 10 menit.

Berdiri disana dan menonton kembang api? Ah, aku lebih memilih untuk pulang ke rumah. Hmm, asal ada teman aja sih.

Tiba-tiba saja Akashi memegang tanganku, membuatku menepis tangannya. Namun, tenaga kami beda jauh. Jelas dia yang bertahan memegang tanganku.

"Kalo orang ngomong tuh liat dulu ke orangnya, gak sopan tau."

Menepis tangannya, menaruh bajuku dengan kasar ke dalam koper, lalu menghela napas.

"Dengar ya, Lusa nanti aku mau balik ke rumah. Aku gak akan ikut nonton kembang api. Kzl tau gak!"

Memalingkan muka dan berpangku tangan, enggan menatapnya.

"Yakin gamau ikut?"

Aku meliriknya sekilas, senyuman jahil terpampang di wajahnya. Aku mendengus.

"Enggak."

Akashi berdiri, berjalan menuju pintu kamarku.

"Yaudah kalo engga mau."

Iya, aku memang gamau. Lagipula, siapa sih yang mau nonton kembang api dan berdiri selama 10 menit?

Tidak..

Aku berubah pikiran.

Berdiri, menarik belakang baju Akashi -- menahannya untuk pergi. Dia berbalik dan menatapku bingung.

"Aku.. mau pergi."

Akashi tertawa kecil. "Pasti enggak nolak sama yang namanya kembang api."

Dia tersenyum menatapku, membuatku menunduk.

"Iya kan?"

Aku mendorongnya, menyuruhnya atau lebih tepatnya mengusir Akashi untuk pergi dari kamarku.

"Besok kasi tau kapan perginya. Dah!"

Menutup pintu, lalu bersandar disana. Aku memegangi kedua pipiku.

Seharusnya tadi aku tolak aja kan?!

Tbc

Aku bingung..

Sejak kapan reader jadi tsun? 😂

➡2 Chapter lagi lalu tamat⬅

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top