Kantong berjalan

Sebel.

Cukup sebel.

Sangat sebel.

Disinilah aku, duduk bersebelahan dengan Mura, dan Mas ganteng yang berada di seberangku.

Aku memangku tangan dan mengalihkan pandangan.

"Kenapa lu duduk disini sih?" Tanyaku.

"Siapa juga yang mau duduk sama lu?" Dia malah nanya balik.

"Lah terus kenapa disini?!"

"Gue duduk disini duluan. Kalo ga suka ya pindah aja sono."

Aku mengepalkan kedua tanganku dan mengembungkan pipiku. Arghh, dia lebih nyebelin dari anak kost yang lain asdfghjkl!!

"Udah dong kalian.." kata Himuro menenangkan kami.

Ah, Mas Himuro pengecualian.
Tapi aku mengabaikan kata Mas Ganteng. Aku memungut kantong plastik yang ku taruh di atas meja lalu beranjak dari kursi.

"Dah, gue duluan."

Setelah berkata itu, aku pun meninggalkan mereka sambil membawa kantong-kantong belanjaanku. Hilang sudah nafsu makan daku gara-gara berantem.

~~

Belanjaan ku ternyata berat juga ya T_T kan ga mungkin jalan kaki ke kost sambil bawa belanjaan yang berat gini. Bisa panjang duluan tanganku ini mah.

Dan aku.. bener-bener gak sadar kalo kantongnya bolong.

Seketika itu juga snack-snack yang ku beli isinya berhamburan di jalan. Aku shock, lalu mendengus kesal.

"Masa iya balik ke supermarket lagi?"

Dengan terpaksa, aku memungut snack yang berhamburan itu satu
persatu. Kini kesialanku bertambah.

Mungkin lucky item nya midorima gak mempan denganku. Haruskah ku pakai pelet?

"Bisa bawa sendiri?"

"Bi--"

Kulihat sepasang kaki dengan balutan celana jeans , langsung ku dongakkan kepalaku ke atas. Mendapati lelaki berambut ungu yang sedang menatapku.

"Oh bisa ya? Yaudah gue pulang ya."

Dia segera melangkahkan kakinya dan pergi meninggalkanku. Namun dengan cepat aku memeluk kakinya.

"Enggak! Enggak bisa! Tolongiin." Aku merengek.

"Iya iya tapi jauh-jauh dari kaki gue."

Aku melepas pelukan kakinya, lalu berdiri dan menyengir. Dia hanya membuang muka dan berjongkok membereskan belanjaanku. Aku berdiri di sebelahnya.

"Mas ganteng mana?"

"Lagi ke wc."

Aku ber-oh ria.

Karena gatau mau ngapain, aku hanya melihat-lihat orang yang berlalu lalang dan mobil-mobil yang lewat di depanku.

"Hoi."

Aku menoleh. "Hah? Apa?"

"Bantuin lah."

"Lah, kan lu yang beresin."

Dia berdiri memeluk snack ku. "Kaga ada kantong atau apa gitu?"

Aku menggeleng. Kulihat perempatan muncul di dahinya.

"Kalo udah sampai kost ini semua jadi punya gue."

Aku panik, merentangkan kedua tanganku dan menghalanginya untuk berjalan. Dia menatapku bingung.

"Apaan?"

"Gak boleh balik ke kost sampe gue dapat kantong!"

"Haah? Malesin ah."

Aku lupa. Lupa kalau dia mempunyai badan yang lebih besar dariku. Ia pun bisa saja melangkahiku dengan kakinya yang panjang dan pulang ke kost. Ini firasat buruk!

Menutup mata, tidak siap dengan apa yang terjadi selanjutnya.

"Lu ngapain?"

Aku mengintip, kulihat dia masih berdiri di depanku dengan snack ku yang masih di pelukannya.

"Lo.. gak bakal ngelangkahin gue kan?"

Oh! Itu pertanyaan paaaaaling bego' yang belum pernah aku tanyakan pada orang. Sebengis apapun manusia, dia gak bakal ngelangkahin sesama. Dosa.

Tapi, kalo badannya segede dia aku gatau deh.

"Buat apa? Kurang kerjaan banget."

"Lo gak bakal ngedorong gue terus gue jatuh terus lo kabur ke kost kan?"

"Nanya apaan sih? Pertanyaan lu gak penting banget tau gak."

Dia memalingkan muka, entah melihat kemana. Aku mengerjap.

Oh iya iya, gak mungkin kan ya?

Apalagi sama cewek. Mana berani dia HAHA.

"Mau sampai kapan gue nunggu disini? Snack di tangan gue udah ngerengek mau dimakan."

"Kalo gue cari kantong sekarang, lo bakal kabur."

Mura menghela napas kasar. "Ngerepotin banget harus kabur sambil meluk-meluk snack."

Aku berkacak pinggang. Kayaknya harus minta bantuan nih. Betewe, Mas Himuro lama ya?

"Temen lu kemana sih? Gak balik-balik dari toilet. Buang hajat apa?"

"Mana gua tau. Tanya aja sendiri."

Kalo ngomong sama dia tuh gak berujung ya. Bawaannya pengen ngeladenin mulu. Huft, harus sabar.

Saat aku berbalik, sosok yang sedang kami bicarakan akhirnya muncul juga. Senyuman tipis terulas di wajahnya. Udah lega kali ya?

"Kok lama?" Tanyaku.

"Antre. Ramai soalnya."

Aku ber-oh ria dan mengangguk. Kupikir dia buang hajat. Betewe, aku dapat ide nih.

"Mas, boleh minta tolong gak?" Aku tersenyum selebar-lebarnya. Kesannya biar kawae gitu.

"Boleh."

Aku mengambil semua snack yang di peluk Mura. Ah, ada satu yang jatoh. Gapapalah, nanti ku ambil. Kulihat Mura yang bingung, tapi aku tidak memperdulikannya.

"Boleh bawain sampe kost gak? Kantongnya bolong, hiks."

Kata terakhir itu cuma pemanis kok. Aku gak nangis beneran.

"Oh, boleh kok."

Aku memberikan semua snack ku padanya, dan dia peluk dengan sepenuh hati.

"Enggak ngerepotin kan?" Dia menggeleng.

"Enggak kok. Biasa aku juga pegangin snack dia."

Himuro berkata seperti itu sambil melirik ke Mura dan tersenyum. Sementara itu Mura hanya membuang muka tak peduli.

Aku mengambil snack yang terjatuh tadi, lalu ku pegang. Kasian kalo di kasi ke Mas ganteng. Dia udah kerepotan gitu bawanya.

"Pulang yuk." Ajakku.

Himuro mengangguk, sedangkan Mura cuma ikut-ikutan mengangguk mengiyakan.

"Tapi kalo sampai kost snacknya jadi punya ku lho."

Dia tersenyum jahil. Aku mengembungkan pipi.

"Becanda kok."

Lagi-lagi dia tersenyum. Ah, tolonglah! Gak pegel apa senyum-senyum mulu? Kan makin doki-doki jadinya.

Tapi gapapalah.

Tidak ada kantong,
Mas Himuro pun jadi.

Tbc

Sudah berapa lama aku gak update? /ngitung/

Karena sekarang update nya udah jadi seminggu sekali, jadi kalian gak perlu nunggu berbulan2 lagi hoho =))

Btw, kok makin ujung makin absurd ya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top