BAB XXIX

"Kalau itu maumu," kata Nathan, hampir seketika.

Aku menoleh dengan cepat ke arahnya. "Kau serius? Kau benar-benar akan bergabung dengan Komunitas Hujan?"

"Bukankah itu syaratnya?" balas Nathan.

Aku menoleh kepada Bu Neli, untuk melihat reaksinya. Ia tersenyum lebar. "Bagus sekali, Nathan. Aku tahu kau akan mengatakan itu."

Nathan hanya mengangkat bahunya.

"Aku akan membicarakan hal ini dengan guru-guru lain sesegera mungkin. Setelah itu, aku pasti akan segera menghubungi kalian," kata Bu Neli. Ia kemudian bangkit dari duduknya lalu mengantar aku dan Nathan sampai ke depan pintu ruangannya. Sedetik pun ia tidak pernah menghapus senyum lebar di wajahnya.

[']

Bu Neli menemui kami di perpustakaan sekolah, pada jam hukuman kami. Ia tersenyum lebar sambil menyampaikan kabar bahwa Komunitas Hujan sudah resmi berdiri lagi. Ia tampak lebih bahagia daripada aku. Sampai-sampai kurasa ia tidak menyadari bahwa aku dan Nathan sama sekali tidak mengeluarkan buku pelajaran kami.

Kemudian aku teringat tentang perkataannya soal hukuman gudang, dan aku berpikir bahwa Bu Neli mungkin saja menyadari bahwa aku dan Nathan sama sekali tidak pernah belajar di perpustakaan, tapi dia memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa soal itu.

Bu Neli meraih kedua tanganku lalu menepuk-nepuknya sambil berkata, "Aku benar-benar senang bisa mendirikan komunitasmu lagi, Ana. Sejujurnya, aku sangat menyukai komunitasmu. Aku benar-benar terpaksa harus membubarkannya waktu itu."

"Terima kasih," kataku sambil berusaha sesopan dan sepelan mungkin menarik kedua tanganku.

Bu Neli melepaskan tanganku lalu menepuk-nepuk bahu Nathan. "Anak yang baik," katanya. "Aku tahu kau anak yang baik."

Setelah mengatakan beberapa hal lagi, Bu Neli akhirnya pergi meninggalkan perpustakaan.

Aku dan Nathan sama-sama terdiam menatap lorong di antara rak-rak buku di hadapan kami—tempat yang dilalui Bu Neli beberapa saat lalu.

"Aneh sekali," komentar Nathan akhirnya.

"Aneh sekali." Aku membenarkan.

[']

Semalam, aku sudah menghubungi semua anggota Komunitas Hujan dan menyampaikan kabar gembira ini. Telingaku sampai sakit karena semua anggota yang kuhubungi berteriak-teriak dengan semangat. Tapi aku tidak keberatan. Kurasa aku menyukai suara teriakan bahagia itu lebih daripada suara apa pun saat ini.

Pada jam istirahat pertama hari ini, semua anggota Komunitas Hujan berencana untuk mengembalikan barang-barang yang waktu itu dibagikan, untuk ditata lagi di ruangan kami. Selain itu, aku juga butuh semua anggota berkumpul untuk memperkenalkan Nathan kepada mereka semua.

Belum ada yang tahu soal kedatangan Nathan kecuali para anggota inti. Leo dan Kenzo awalnya menolak mati-matian kedatangan Nathan, tapi karena itu adalah syarat komunitas kami bisa berdiri lagi, tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menerima Nathan dengan terpaksa.

Bel istirahat pertama akhirnya berdering juga. Aku segera merapikan barang-barangku. "Aku akan langsung ke ruang Komunitas Hujan. Apakah kau akan sekalian ikut denganku?" tanyaku kepada Nathan sambil bangkit dari dudukku.

Nathan mengangkat tatapan dari ponselnya lalu berkata, "Nanti aku menyusul. Aku harus bertemu dengan beberapa teman untuk mengurus sesuatu."

"Ya, baiklah. Ruangan itu masih di tempat yang sama."

"Oke."

Aku membalikkan tubuhku dan berjalan keluar dari kelas. Aku menemukan Megan sedang berdiri di depan kelasku sambil tersenyum lebar.

"Aku benar-benar tidak sabar mengembalikan komunitas kita," katanya begitu aku sudah berdiri di sebelahnya.

Aku tersenyum. "Aku juga. Ayo."

Aku berjalan meninggalkan kelasku. Megan mengikuti dan berjalan di sebelahku. "Nathan tidak ikut?"

"Dia bilang dia ada urusan dengan teman-temannya. Nanti dia akan menyusul," jawabku.

Megan meengangguk-angguk. "Aneh sekali cowok itu mau menerima syarat Bu Neli."

Aku mengangkat bahuku. "Aku juga heran."

Kami berjalan dalam diam sampai kami berbelok dan berjalan memasuki koridor tempat ruangan-ruangan komunitas berada. Kami sedang berjalan melewati ruang basket ketika pintu ruangan itu terbuka dan Rean melangkah ke luar.

Rean menatapku dan selama beberapa detik, kupikir dia akan menyapaku dan melupakan kejadian dua hari yang lalu. Tapi dia memasang raut wajah dingin dan berjalan melewatiku begitu saja.

Megan memerhatikan kejadian itu dengan bingung. "Sesuatu terjadi denganmu dan Rean?"

"Begitulah."

"Kurasa itu bukan sesuatu yang baik," kata Megan.

Aku mengangkat bahuku. "Kurasa juga begitu."

"Apa yang terjadi?" tanya Megan. Kami sudah berdiri di depan ruang Komunitas Hujan. Terdengar suara obrolan dan barang-barang yang dipindahkan dari dalam ruangan.

"Aku tidak bisa menceritakannya sekarang," jawabku.

"Kenapa kau tidak langsung menceritakannya padaku?" tanya Megan. "Aku yakin kejadiannya bukan hari ini."

"Aku lupa," jawabku. "Aku benar-benar lupa. Kejadiannya ada di hari yang sama ketika Nathan menawarkan diri untuk membantu mengembalikan Komunitas Hujan—yang membuatku melupakan masalah dengan Rean."

Megan menatapku. "Kalau begitu, kau harus menceritakan semuanya kepadaku. Secepatnya."

Aku mengangguk. "Aku akan meneleponmu nanti malam."

[']

Semua barang sudah ditata dengan rapi. Semua anggota sudah duduk melingkar di atas karpet besar tempat kami biasanya berkumpul. Nathan juga sudah hadir di antara kami, dia duduk di sebelahku.

Aku baru saja selesai memperkenalkan Nathan dan menjelaskan kenapa dia harus bergabung dengan Komunitas Hujan. Beberapa dari mereka tampak agak keberatan, tapi sisanya tampak tidak peduli.

Nathan berdeham. "Aku benar-benar menyesal untuk apa yang kulakukan pada acara kalian."

Hening sesaat sebelum Leo bertanya, "Apa alasanmu melakukannya?"

"Aku hanya iseng," jawab Nathan. Leo memelotot. Nathan melanjutkan, "Tapi aku benar-benar menyesal. Aku akan membantu kalian kalau kalian akan mengadakan acara itu lagi."

"Kami tidak bisa mengadakan acara lagi. Setidaknya, tidak bisa dalam waktu dekat," kata Ayu. "Dana kami telah habis untuk acara yang kau hancurkan waktu itu."

"Aku akan membantu untuk masalah dana," kata Nathan menawarkan. "Aku tidak masalah soal itu. Dan, seperti yang sudah kalian duga, memang aku dan teman-temanku yang menyembunyikan kostum drama kalian. Terakhir kali aku mengeceknya, kostum itu masih tersimpan di dalam kardus di ruang janitor. Kalian bisa mengambilnya lagi."

Rara, salah satu anggota Komunitas Hujan, membelalak. "Kau menyembunyikan kostum kami di ruang janitor?"

"Ya," jawab Nathan sambil mengangkat bahunya. "Memangnya kenapa?"

"Aku berkali-kali ke ruang janitor untuk mengambil sapu—untuk menjalani hukuman—dan tidak pernah sekali pun aku melihat kostum-kostum itu di sana," jawab Rara.

"Kostum itu ada di dalam sebuah kotak kardus. Aku bisa menunjukkannya kalau kalian mau." Nathan menyandarkan tubuhnya ke dinding di belakangnya. Salah satu tangannya dimasukkan ke dalam saku. Aku nyaris saja tersenyum melihatnya. Dasar banyak gaya.

Tunggu, apa aku tadi baru saja berpikir bahwa aku nyaris tersenyum?

"Jadi bagaimana?" tanya Nathan. "Aku bisa membantu."

"Kau yakin tidak akan menghancurkan acara kami lagi?" tanya Megan sambil menatap Nathan dengan sangsi.

"Acara kita," koreksi Nathan. "Aku bagian dari kalian sekarang." Nathan menoleh kepadaku lalu bertanya, "Kau ketuanya. Keputusan ada di tanganmu. Apakah kau setuju untuk mengadakan acara itu lagi?"

Semua orang menatapku. Aku berdeham. "Baiklah. Kurasa tidak ada salahnya kalau Nathan benar-benar bisa membantu—terutama untuk masalah dana karena dana kita benar-benar habis."

Nathan mengangkat bahunya. "Baiklah. Aku akan membantu. Selain dana, aku juga bisa membantu dalam hal-hal lain. Seperti misalnya, aku bisa membantu acara kalian menjadi lebih realistis dengan guyuran air dari atas."

Aku memelotot. "Jangan coba-coba—"

"Bercanda," sela Nathan sambil tertawa kecil. Beberapa dari kami ikut tertawa bersamanya.[]





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top