° Three °

Ah, tenang sekali rasanya. Tidak seperti Snehznaya yang dingin dan ditutupi salju, udara di Sumeru jauh lebih hangat, hanya ada hijau sepanjang mata memandang; oh, sungguh, untuk pertama kalinya Dottore merasakan ketenangan dan kedamaian saat berada di tengah-tengah alam.

Sungguh keputusan yang tepat untuk menaiki satu kapal dagang Fatui yang menuju ke Sumeru. Dengan statusnya sebagai Fatui Harbingers, tentu kroco-kroco Fatui takkan ada yang berani mempertanyakan maksud dan tujuannya untuk ikut serta dalam perdagangan kali ini.

Dottore lantas memasuki laboratorium miliknya di Sumeru, yang jauh terletak di dalam hutan; laboratorium rahasia tempatnya dahulu menempatkan salah satu kloningannya untuk rencana membentuk Shouki no Kami. Ia sudah cukup puas menjernihkan pikiran di alam Sumeru, sekarang sudah waktunya ia kembali bekerja.

"Tuan Dottore, saya sudah membawakan tumbuhan yang Anda minta." Seorang anggota Fatui membawa toples kaca yang di dalamnya berisikan beberapa tumbuhan, entah untuk apa. Ia menatap Dottore, menunggu instruksi yang akan diberikan.

"Taruh saja di meja situ," perintah Dottore sembari menunjuk meja kerja di laboratorium miliknya di Sumeru ini. "Kau boleh pergi. Pastikan tidak ada yang mengetahui keberadaanku di sini, paham?"

"Saya mengerti, tuan."

Setelah itu, sang anggota Fatui pun pergi dari sana, menutup pintu rapat-rapat dan meninggalkan Dottore seorang diri. Bagus, sekarang saatnya Dottore kembali menyibukkan diri dengan eksperimennya.

Ah, tenang sekali. Dottore suka suasana seperti ini. Ia mulai melanjutkan proyeknya, menuang larutan dan menulis beberapa rumus-rumus di buku catatannya.

"Eh, kamu salah tulis. Itu bukan 20 mg, tapi 25 mg."

"Oh, benar ju–"

Dottore telan dalam-dalam kalimatnya yang belum selesai itu, tepat ketika ia menyadari kehadiran sesuatu–bukan, tepatnya seseorang yang tiba-tiba saja menginterupsi. Dottore menoleh patah-patah, merasa ragu akan suara yang ia dengar; apakah Dottore berhalusinasi saja lantaran terlalu sering mendengar suara berisik wanita itu?

"Tuan Dottore, kenapa kamu seolah-olah melihat hantu begitu?" Senyuman manis tanpa ada rasa bersalah sama sekali itu terpampang jelas di wajah sang gadis, ia memiringkan kepalanya saat Dottore menganga ketika melihatnya. "Hai~ Apakah kamu merindukan aku?"

"Demi Yang Mulia Tsaritsa ...! Bagaimana bisa kau ada di sini, (Name)?!" Dottore menjerit frustrasi, untuk pertama kalinya ia putus asa hanya pada seorang gadis. "Anak buah bodoh itu, apakah dia yang membocorkan keberadaanku padamu?"

"Oh, tentu saja bukan. Ini semua karena cinta, Tuan Dottore." Sang gadis terkekeh kecil, ia melemparkan kedip sebelah mata pada sang Harbingers. "Kamu mau kabur sejauh apapun, aku bersumpah pasti akan menemukanmu."

"Menggelikan," ujar Dottore dengan nada mencibir. Helaan napas berat keluar dari bibir Dottore, ia sudah tidak tahu lagi harus bereaksi macam apa. "Sebutlah; apa yang kau inginkan supaya tidak mengganggu aku lagi?"

"Bukankah sudah jelas?" tanya sang gadis sembari menyandarkan tubuhnya pada dada Dottore. Ia memejamkan mata, melipat kedua tangan di depan dada. "Rayakanlah tahun baru bersamaku, Tuan Dottore."

"Kalau hanya itu yang kau mau," kata Dottore seiring tangannya menepuk bahu (Name), "baiklah, akan aku kabulkan."

"Tapi, dengarkan. Jangan ganggu aku lagi selama aku mengerjakan proyekku."

Dottore tidak punya pilihan lagi, ia sudah tahu seberapa kepala batu gadis itu. Jika ia menolak dan menghindar lagi, bahkan setelah tahun baru lewat; ia yakin (Name) akan mengejarnya sampai ujung dunia untuk merayakan tahun baru berikutnya lagi.

Senyuman penuh kemenangan terlintas jelas di wajah rupawan (Name). Ia mengulurkan tangan kanan, kemudian mengangkat jari kelingkingnya dan ia tautkan pada kelingking Dottore. "Tentu saja~"

"Berjanjilah. Temui aku di Snezhnaya nanti."

Dottore hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top