02

Sesampainya, Lain langsung menghampiri Yun untuk membantu persiapan makan malam mereka. Jae-ha pun mengajak Ki-ja untuk berbincang sebentar.

"Ada apa, Jae-ha? Kau mau mengajakku lagi? Kali ini aku tidak akan terhasut!" seru Ki-ja (sok) serius.

"Kau suka Lain?" ucap Jae-ha tiba-tiba.

"A-apa m-m-maksudmu, Jae-ha?" kata Ki-ja terbata-bata. Wajahnya kini sudah ia lukiskan dengan warna merah muda yang sudah cukup lama tidak ia munculkan.

"Kau suka dengan Lain? Maksudku dalam arti lawan jenis," ujar Jae-ha. Jika saat ini bukan Lain yang dibahas, mungkin Jae-ha sudah mengoda pria di depannya itu.

Ki-ja menjawab dengan (sok) tegas, "T-tentu saja, Lain hanyak kuanggap sebagai adik perempuan."

Keduanya menganggap keduanya adik. Keduanya menganggap keduanya kakak. Cukup membingungkan.

Jae-ha dan Ki-ja pun kembali ke perkemahan. Sesampainya disana, keduanya tak merasakan hawa hidup seseorang disana. Keduanya segera berlari, mencari-cari mereka yang telah hilang.

Sebenarnya tidak sulit bagi keduanya untuk mencari karena darah naga di dalam mereka yang saling terikat membantu memberitahu posisi mereka.

Keduanya merasa sudah sangat dekat dengan teman sepernagaan mereka. Ketika melihat surai merah milik Yona, keduanya mulai tenang. Hak juga berada di sebelah Yona.

Jujur, Jae-ha sudah tidak tersenyum pahit lagi ketika melihat mereka berdua. Mungkin sekarang rasa milik Jae-ha sudah tergantikan oleh yang baru.

Keberuntungan Jae-ha dalam percintaan benar-benar kecil atau mungkin nol. Sebab perasaan baru milik Jae-ha sekarang sepertinya akan kembali bertepuk sebelah tangan. Perempuan itu tak menunjukkan tanda-tanda istimewa untuk Jae-ha.

"Kalian sedang apa?" tanya Ki-ja dan memutuskan berdiri di sebelah Lain dan Shin-ah. Jae-ha mengikuti Ki-ja dan berakhir berdiri di belakang Lain.

"Lihat ini, menurutmu bagaimana?" tanya Yona semangat. Saat ini mereka sedang melihat matahari terbenam dengan warna merah yang seakan-akan melahap daerah di sekitarnya.

"Tadi saat Zeno dan seiryuu mencari kayu, kami tidak sengaja melihat ini. Zeno pun langsung memanggil yang lain," jelas Zeno dengan senyum lebarnya.

Ki-ja berbinar-binar sedangkan Jae-ha menatap penuh arti. Sedikit bernostalgia dengan warna kesukaannya dulu.

Melihat ini, membangkitkan ingatan Ki-ja saat ia jalan-jalan di kota bersama Jae-ha. Ki-ja tak sengaja mendengar sesuatu yang menarik.

"Aku tadi tidak sengaja dengar, katanya nanti malam ada pesta perayaan tahun baru," ujar Ki-ja semangat. Yang lain ikutan semangat mendengarnya.

"Aku mau! Sudah lama tidak melihat kembang api dan petasan," kata Yona senang dan sedikit bernostalgia waktu ia di istana dulu. Hak yang melihatnya ikutan senang.

Zeno yang melihat keduanya pun juga ikutan senang. "Zeno mau ikut!"

Ki-ja yang memang sudah senang, tambah senang. Yun juga senang karena ini pengalaman pertamanya. Sedangkan Shin-ah tidak menunjukkan ekspresi apa pun, sebab wajahnya tertutup oleh topeng. Jae-ha yang awalnya biasa saja, ikutan senang saat melihat Lain senang.

Mungkin ini yang namanya kebahagiaan yang menular.

Mereka sudah sangat semangat, tetapi ada satu hal yang mereka lupakan, yaitu diri mereka. Bukan, bukan karena muka mereka yang sudah tidak muda atau penampilan mereka yang robek-robek. Tetapi, wangi yang menguar di udara yang berasal dari pori-pori di tubuh mereka.

Belum mandi selama dua minggu, kebayang tidak seperti apa wanginya? Wanginya bisa membunuh nyamuk yang mampir untuk sekedar mengisap darah. Apa salah nyamuk? Ia kan hanya ingin mengisi perutnya yang lapar.

Oke, lupakan saja nyamuk. Sekarang mereka pun ke kota mencari pemandian untuk membersihkan diri. Mengapa tidak mereka lakukan saja setibanya di kota itu?

Terkadang terbiasa itu berbahaya. Apalagi, mereka terbiasa untuk tidak mandi.



To be continued.

Jae-ha ^

Yun ^

Zeno ^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top