Meet
Volterra.
Musim telah berganti, dari musim kemarau, kini telah menjadi musim penghujan. Seorang anak Adam tengah duduk di bangku di depan sekolah barunya. Karena dia baru saja pindah ke kota Volterra karena ayahnya di alih tugaskan. Dia adalah Win Metawin. Pemuda metawin, tengah kebingungan. Pasalnya Ia-Win sudah menyusuri semua bagian sekolah barunya. Namun tidak menemukan ruangan yang ia cari. Dia putus asa, sambil menyesap coklat hangatnya, ia menyadarkan punggungnya.
Terdengar derap langkah kaki yang mendekatinya.
"Hai, apa aku boleh duduk disini" Sapa seorang pemuda berkulit tan, dengan perawakan tinggi, berbadan kekar. Mengenakan jaket musim dingin berwarna coklat yang lumayan tebal, dan syal dengan warna senada yang membungkus leher jenjangnya. Pemuda ini memiliki aroma citrus dan pohon basah yang menengangkan.
"O-oh, hai. Tentu, silahkan..." Pemuda tan yang paham akan maksud Win pun langsung menjawab.
"Namaku Wayar, Joss Wayar. Kamu bisa memanggilku Joss. Dan sepertinya kau baru(?) Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."
"Hai, Joss. Aku Metawin, Win Metawin. Kamu bisa memanggilku Win jika kau mau. Aku memang baru, aku pindahan dari Ventella, karena ayahku di pindah tugaskan kesini."
"Baiklah, Win. Aku pikir Sepertinya kamu butuh bantuan."
Pemuda Metawin mengagguk.
"Aku sudah berkeliling untuk mencari ruang kepala sekolah. Tapi aku tidak kunjung menemukannya." Win menjawab dengan nada lesunya.
Pemuda Wayar mengerti apa yang menjadi masalah pemuda manis di sebelahnya. Dia beranjak.
"Bisakah aku membantumu menunjukan yang kamu cari?"
Dengan senang hati Win bangkit dari duduknya dan menanggukan kepala dengan antusias.
Pemuda Tan tadi berjalan dan di ikuti Win di belakangnya. Dengan seksama, Win memperhatikan setiap dekorasi di sepanjang koridor. Hingga tanpa ia sadari pemuda di depannya sudah berhenti. Tak terelakan, Win yang meliliki tubuh lebih kecil pun menubruk punggung kekar milik Joss.
'Aroma ini, sangat menenangkan'
Win terlarut dalam lamunannya, hingga suara memecahkan lamunannya.
"Win, apakah kau baik?"
Win terkesiap, ia yang sedang menjelajah dunia lamunanya di tarik kembali ke kenyataan.
"Oh. Aku baik, Joss. Maafkan aku sudah menabrakmu."
"Tidak masalah, kita sudah sampai."
"Baiklah. Terimakasih, Joss." Setelah mengucapkan Terimakasih, pemuda Metawin masih setia berdiri di tempatnya. Itu membuat atensi pemuda Wayar di depanya kembali terfokus padanya.
"Win, apakah kau tidak akan masuk?"
"E-em, bisakah kau menungguku disini, Joss?"
"A-ah, tentu saja. Hari ini aku sedang tidak ada kelas."
Dengan senang hati pemuda Wayar duduk di kursi tunggu.
"Terimakasih, Joss. Maaf merepotkanmu."
"Tak apa, Win. Tak usah sungkan. Aku akan menunggu disini."
Setelah melambai kecil kepada Joss, Win mengetuk pintu yang bertuliskan 'Heademaster'.
----------
Mereka berjalan berjalan beriringan. Pemuda manis bergigi kelinci itu mengeluh lapar setelah keluar dari ruangan. Joss, yang menjadi tourguide dadakan dengan senang hati membawa Win menuju kantin. Tempat dimana mahasiswa mengisi perutnya yang lapar, mengobrol, atau sekedar bertemu dengan orang terkasih.
Win memandang sekeliling, banyak yang menatapnya. Entah tatapan bingung, menyidik, dan tak jarang yang menatapnya penuh kebencian. Entahlah, Win juga tidak paham kenapa dirinya menjadi pusat perhatian.
Win mengikuti Joss mengambil nampan, beberapa makanan yang Ia pilih sudah rapi tertata di atasnya.
Joss sudah terlebih dahulu duduk di meja, Win yang hendak menyusul Joss tiba-tiba menjadi sasaran empuk kejahilan. Seseorang dengan sengaja meletakan kakinya di tengah jalan, hingga membuat Win tersandung, semua makananya terjatuh. Tanpa sengaja tanganya terluka karena nampan yang dia pegang. Rupanya salah satu jarinya terluka.
Tidak ada yang tahu, bahwa di sekitar kantin ada keberadaan 'mereka' yang bersuhu tubuh lebih rendah dari manusia biasa.
Joss yang menyadari keberadaan Win, langsung menghampirinya.
Di meja seberang, terdapat 5 sekumpulan 'mereka' yang haus akan darah. Salah satu dari ke lima pemuda tadi hampir menerjang Win.
Namun di tahan oleh pemuda lainnya.
Mereka berjalan melewati Win yang tengah menahan nyeri di jari kelingkingnya.
-------
Win, pemuda itu kini tengah berdiri didepan gerbang sekolahnya. Melihat sekeliling dan mendapati salah satu dari kelima pemuda yang menatapnya di kantin, tengah berdiri di samping mobilnya sambil mengobrol. Jaraknya lumayan, sekitar 20 meter dari hadapannya. Win yang merasa di tatap balik, reflek mengalihkan atensi pandangannya. Dia kembali memikirkan 5 orang yang lewat di depannya sambil menatap dengan tatapan 'lapar'.
Sepersekian detik Win hampir tertabrak karena dia berjalan sambil melamun.
Entah pemuda Metawin yang terlalu asyik dengan lamunannya atau memang orang yang berkendara yang ugal-ugalan.
Dalam sekejap, pemuda tampan itu menyelamatkannya. Dia menggunakan tanganya untuk melindungi Win. Tidak ada yang tahu bagaimana dia bisa berada di hadapan Win.
Win yang masih syok karena kejadian itu, dengan pelan mengeluarkan pertanyaan yang sudah mendesak di dalam kepalanya.
"Bagaimana bisa kamu berada disini?"
"Ah, aku tadi berdiri di dekat sini."
"Tidak mungkin, kamu berdiri di sana tadi."
"Aku sudah berpindah di dekat sini sejak kamu melamun." Katakanlah pemuda ini sedang beralibi.
"Lalu mobilnya? Apakah tanganmu baik baik saja?" Tanya Win, setelah memastikan bahwa apa yang dia lihat itu nyata. Pemuda di hadapanya menyelamatkanya.
"Ah, tidak apa apa. Lain kali lebih hati-hati." Setelah mengatakan itu, pemuda berambut pirang tadi berlalu meningalkan Win yang masih bingung di tempatnya.
----------
Pagi-pagi sekali Win bertemu dengan Tay di kantin. Win masih penasaran dengan pemuda berambut pirang yang menyelamatkannya kemarin.
"Tay, apakah kau tau tetang pemuda berambut pirang dengan kelima temannya itu?"
"Oh, dia. Siapa yang tidak kenal dengan dia. Dia adalah keturunan Jongceveevat, bisa dibilang mereka adalah klan Jongceveevat. Pria yang kau sebut pirang itu namanya Bright, dia yang paling dingin di antara ke 5 temannya," Tay menjelaskan sambil memakan Desertnya, sedangkan Win mengikuti arah pandang Tay yang mengarah kepada 5 pemuda yang tengah duduk di pojok Kantin.
"Dan pemuda berkumis itu, namanya Mike, dia adalah kekasih pemuda yang berperawakan paling imut di antara yang lain, Namanya Toptap. Sedangkan pemuda yang lebih muda, dia Nanon. Yang di sebelahnya dan berambut abu-abu dia Saint, adik dari Bright. Masih keturunan Jongceveevat."
"Mereka terkenal dingin dan tak tersentuh, bahkan satu kampus tidak ada yang tahu dimana rumah mereka dan seperti apa."
"Lalu, apakah mereka semacam manusia."
"Mereka memang manusia, tapi mereka berbeda dari kita, Win. Aku dengar mereka adalah manusia berdarah dingin (Vampir) dan masih memiliki hubungan dengan Volturi."
"Dan siapa Jongceveevat itu?"
"Dia adalah Suppasit, Mew Suppasit Jongceveevat. Dokter berdah forensik yang terkenal di kota ini. Dia dan Istrinya Tuan Gulf Kanawut, yang terkenal dingin, bahkan sampai saat ini tidak ada yang tahu dimana keberadaan mereka. Tuan Mew hanya akan muncul jika ada panggilan dari kepolisian dan datang sebagai dokter forensik."
"Dan rumor yang beredar mengatakan, bahwa tuan Mew beserta keluarganya pindah ke sini karena disini tidak banyak tersinari matahari, dan kota ini memiliki curah hujan yang tinggi dan suhu yang cukup dingin."
Tay menyesap kopinya sebelum melanjutkan ceritanya.
"Tapi, itu semua baru rumor, Win. AKu harap kamu tidak mudah mempercayainya."
Setelah bertemu dengan Tay, Win menuju perpustakaan, toko buku, bahkan mencari 'Volturi' di mesin pencarian. Win tidak percaya apa yang di tampilkan di layar laptopnya. Disitu di jelaskan, bahwa Volturi adalah manusia setengah Vampir yang hidup sejak abad pertengahan, lebih tepatnya abad ke-18, mereka bisa di katakan 'Abadi' dan selalu haus akan darah manusia.
-
-
-
-
Hai hai, aku datang dengan cerita baru, maapakan kalo masih banyak ke kurangan. Aku baru pertama kali bikin cerita beginian. Maapkan
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top